Di Aceh juga ada rumah kecil yang dibangun di tengah ladang sebagai tempat istirahat bagi pemilik ladang. Rumah tersebut bernama Rumah Rangkang.
Mungkin rumah kecil semacam ini sama dengan gubuk di Jawa atau Rumah Aapeu di Sumatera.
Ketiganya memiliki fungsi yang sama, yakni sebagai tempat singgah atau tempat beristirahat bagi pemilik ladang.
Lantas, apakah rumah mungil ini memiliki detail konstruksi yang sama dengan rumah hunian biasa? Yuk simak informasi selengkapnya untuk mengetahui jawabannya.
Pengertian Rumah Rangkang Aceh
Rumah Rangkang adalah rumah rumah panggung dan terbuat dari kayu yang berfungsi sebagai rumah singgah.
Meski bukan sebuah hunian tetap, Rangkang ini termasuk dalam daftar rumah adat Aceh yang memiliki ciri khas.
Ciri khasnya ada pada ukurannya yang mungil dan fungsinya yang hanya sebagai tempat untuk melepas lelah usai bertani.
Dengan kata lain, rumah adat Rangkang ini adalah sebuah rumah kecil yang dibangun secara khusus di sekitar area ladang untuk keperluan istirahat bagi pemiliknya.
Keberadaan rumah ini bisa kamu jumpai di hampir semua area pertanian yang ada di Aceh. Kamu bisa menemuinya di pinggir-pinggir ladang atau ada juga di tengah ladang.
Konstruksinya dari kayu biasa, bukan jenis kayu yang berkualitas dan daun rumbia untuk bagian atapnya.
Desain bangunannya pun sangat sederhana; hanya terdiri dari satu petak rumah panggung lengkap dengan tiang-tiang, dinding, tangga, dan atap.
Konstruksi Bangunan Rumah Adat Rangkang
Seperti yang kamu lihat pada gambar Rumah Rangkang Aceh di atas, jelas sekali bahwa rumah ini memiliki konstruksi bangunan yang sangat sederhana.
Konstruksi bangunannya dari bawah ke atas hanya terdiri dari tiang penyangga, bangunan inti yang mencakup dinding dan lantai, tangga, dan atap.
Untuk tahu gambaran detailnya, berikut kami jabarkan per bagian dari masing-masing struktur penyusun rumah ini.
Tiang Penyangga
Struktur tiang pada rumah panggung ini terbuat dari batang kayu berukuran sedang dan terpasang di keempat sisi kolong rumah.
Jadi total ada 10 tiang yang menancap kuat ke dalam tanah. Di bagian ujung bawahnya terlihat runcing agar mudah saat menancap ke dalam tanah.
Tiang-tiang ini berfungsi sebagai pondasi utama yang menopang keseluruhan konstruksi bangunan rumah yang ada di atasnya.
Oleh karenanya, tiang-tiang ini harus kokoh dan terpasang sama tinggi agar rumah dapat berdiri dengan stabil dan mampu menahan beban dengan baik.
Tangga
Elemen tangga pada rumah ini juga tak kalah sederhananya dengan bangunan rumah itu sendiri.
Tangga di sini hanya berupa tangga sender yang terbuat dari kayu. Cara membutnya pun mudah hanya memerlukan beberapa batang kayu dan tali.
Pembuatannya cukup dengan meletakan dua buah batang kayu dengan posisi membujur sama panjang dan menyisakan ruang kosong di antaranya.
Ruang kosong tersebut kemudian diletakan batang kayu yang lebih pendek secara melintang dan diikat kedua ujungnya dengan masing-masing sisi batang kayu yang membujur.
Kemudian pasang lagi batang-batang kayu pendek berikutnya di antara dua batang kayu berjejer secara membujur tersebut hingga terbentuk beberapa barisan batang kayu yang posisinya melintang ini.
Barisan batang kayu ini nantinya akan berfungsi sebagai pijakan atau anak tangga yang berguna dalam membantu pemilik rumah untuk keluar masuk rumah.
Lantai
Bagian lantai rumah ini juga terbuat dari papan kayu yang terpasang dengan rapat.
Untuk menopang agar lantai kayu ini tetap kuat, di bawahnya terdapat rangka yang tersusun atas batang-batang kayu yang pola pemasangannya membujur dan melintang.
Dan untuk kenyamanan, ada sebagian pemilik rumah yang dengan sengaja menambahkan tikar di atas lantai kayu agar lebih hangat.
Dinding
Sama seperti lantai, dinding-dinding rumah ini terbuat dari susunan papan kayu yang rapat dan teratur. Tujuannya tentu saja agar angin dan udara dingin tidak dapat menembus ke dalam rumah.
Meski begitu, ada sebagian kecil sisi dinding rumah yang tidak sepenuhnya tertutup papan kayu. Tujuannya mungkin sebagai pengganti jendela agar sirkulasi udara dan cahaya dari luar tetap lancar.
Biasanya sisi dinding yang dimaksud adalah salah satu sisi dinding pada rumah ini saja.
Sementara itu, di bagian muka rumah, sepenuhnya terbuka dan langsung terkoneksi dengan tangga.
Atap
Nah, atap pada rumah ini berbentuk atap rumah kampung atau atap pelana yang sederhana.
Material penutup atapnya terbuat dari daun rumbia yang tersusun rapi hingga berbentuk lembaran-lembaran dan mereka pasang secara bertumpuk.
Kemudian di bagian sudut bentangan atapnya yang mulanya terbuka biasanya akan ditutup dengan menggunakan papan kayu.
Fungsi Rumah Rangkang
Terkait dengan fungsi, fungsi utama Rumah Rangkang ini sebenarnya hanyalah rumah singgah.
Rumah singgah sendiri adalah sebuah rumah atau tempat untuk beristirahat sejenak.
Istirahat di sini sangat beragam konteksnya. Menurut beberapa sumber, rumah ini digunakan sebagai tempat istirajat saat sedang dalam perjalanan jauh.
Namun sebagian sumber lainnya mengatakan bahwa rumah ini ada untuk kebutuhan tempat istirahat bagi petani yang lelah pasca mengurusi ladangnya.
Meski ada sedikit perbedaan pendapat mengenai fungsi yang sesungguhnya, yang jelas Rumah Rangkang ini eksis sebagai rumah singgah.
Rumah singgah ini bersifat non-permanen, alias hanya sebagai hunian sementara saja. Tidak seperti rumah adat Aceh pada umumnya yang sebagian besar berstatus sebagai hunian tetap.
Selain sebagai tempat singgah, Rumah Rangkang khas Aceh ini juga dapat mereka manfaatkan sebagai tempat penyimpanan yang aman.
Dengan begitu, beragam barang yang dibawa saat sedang menempuh perjalanan jauh bisa disimpan sementara di rumah ini.
Begitu juga dengan hasil panen juga bisa disimpan untuk sementara waktu di dalam rumah ini.
Keunikan Rumah Rangkang
Beragam keunikan bisa kamu temukan pada rumah singgah khas Aceh ini. salah satu di antarannya adalah ukuran rumah yang tergolong mungil.
Ukuran yang mungil ini biasanya hanya bisa kamu temui pada Rumah Rangkang yang ada di ladang-ladang.
Dan akan berbeda lagi jika kamu bandingkan dengan Rumah Rangkang untuk para musafir.
Rumah Rangkang milik musafir biasanya berukuran lebih besar dan konstruksi bangunannya lebih tertata.
Keunikan lainnya adalah pemilihan material yang identik dengan material-material alam yang mudah didapat dan bernilai jual murah.
Contohnya kayu dan daun rumbia. Kayu yang digunakan umumnya kayu biasa yang bisa kita dapatkan di kebun.
Rumah Rangkang Saat Ini
Keberadaan Rumah Rangkang ini masih bisa kita jumpai di sejumlah daerah di Aceh meski jumlahnya tak sebanyak beberapa tahun terakhir.
Oleh karena itu, pemerintah daerah setempat kini tengah pengupayakan pelestarian rumah ini bersamaan dengan rumah-rumah adat Aceh yang lainnya.
Salah satu caranya dengan membangun sebuah replika Rumah Rangkang seperti yang terlihat pada gambar di atas.
Dari gambar di atas, terlihat jelas bahwa dari segi desain, cukup berbeda dengan versi aslinya. Namun secara umum, modelnya sama, yaitu rumah panggung.
Kemudian dari penggunaan material, replika ini menggunakan material-material yang biasa digunakan pada rumah-rumah modern.
Misalnya genteng tanah liat pada atap dan beton pada tiang-tiang penyangga rumah. Model tangga yang diaplikasikan juga sangat berbeda.
Lalu pagar keliling pada replika ini berupa pagar dengan teralis ukiran kayu yang estetik, bukan dinding papan kayu.
Selanjutnya area sudut bentangan atap dan bagian bawah rangka atap juga berisi penuh dengan ornamen ukiran dari kayu.
Dan terakhir yang menjadi sorotan adalah soal penggunaan warna. Hampir semua elemen pada rumah ini dicat dengan warna-warna tertentu.
Penampakan ini jauh berbeda dengan rumah aslinya yang sama sekali tidak bercat alias tetap tetap menggunakan warna alami dari masing-masing material.
Gimana, pembahasan seputar rumah singgah khas Aceh ini sangat menarik, bukan? Buat kamu warga Aceh, mari lestarikan Rumah Rangkang warisan leluhur kita ini.
Dan buat kamu yang masih ingin tahu lebih banyak lagi dengan aneka rumah adat Indonesia yang lainnya, silakan kamu bisa manfaatkan sumber pengetahuan yang tersedia.
Misalnya melalui situs-situs online, perpustakaan, museum, dan referensi lainnya, baik yang berformat digital mauupun format biasa.
Alternatif lainnya yaitu dengan mengunjungi berbagai aktivitas budaya seperti festival budaya, pameran budaya, dll, yang mengekspos kekayaan warisan budaya daerah kita.
Termasuk di dalamnya rumah adat daerah kita.