Home » Kalimantan » Rumah Adat Lanting

Rumah Adat Lanting

Jika di Jabar kita kenal dengan adanya Pasar Apung, maka lain lagi di Kalimantan Selatan. Di sepanjang sungai di Kalsel, ada yang namanya Rumah adat Lanting.

Lanting ini adalah sebuah rumah tradisional asal Kalimantan Selatan yang dibangun di atas area perairan. Biasanya di sepanjang sungai-sungai besar yang ada di Kalsel.

Penasaran dengan bentuknya? Tak perlu berlama-lama lagi. Yuk simak informasi selengkapnya mengenai salah satu rumah adat Kalimantan Selatan bernama Lanting ini.

Sekilas tentang Rumah Adat Lanting

rumah lanting

Rumah adat Lanting adalah sebuah rumah tradisional yang berupa rumah apung yang dibangun di sepanjang sungai besar yang ada di Kalimantan Selatan.

Pondasinya berupa rakit berukuran besar yang mengapung di atas permukaan air. Rakit ini terbuat dari susunan batang kayu. Biasanya terdiri dari tiga buah batang kayu berukuran besar.

Yang menarik dari rumah apung ini adalah rumah akan ikut bergoyang saat ada kapal yang melintas di dekatnya. Hal ini terjadi karena adanya gelombang air yang muncul saat kapal sedang melintas.

Di Banjarmasin sendiri, Rumah Lanting masuk dalam daftar 12 nama rumah adat Kalimantan Selatan yang masih eksis dan lestari hingga saat ini.

Asal Usul Rumah Adat Lanting

rumah lanting kalimantan tengah

Awal mula rumah lanting Kalimantan Selatan ini muncul adalah ketika mulai adanya transaksi perdagangan di atas perahu.

Kegiatan berdagang ini menjadi rutinitas masyarakat yang tinggal secara nomaden di Sungai Martapura.

Lambat laun muncul kebutuhan akan hunian yang lebih layak untuk mendukung kegiatan berdagang di area perairan ini.

Nah, perahu yang mereka gunakan sebagai alat transportasi sekaligus media untuk menjajakan dagangan mereka sebut Jukung.

Jukung-Jukung ini memiliki dayung dan biasanya mereka parkirkan di dekat Rumah Lanting mereka.

Ciri-Ciri Rumah Adat Lanting

rumah lanting kalimantan selatan

Tiap rumah adat Indonesia pasti memiliki ciri khas yang membedakan antar rumah adat dari daerah yang satu dengan rumah adat daerah lainnya.

Begitu juga dengan rumah adat asal Kalimantan ini. Ada beberapa ciri khas yang sangat menonjol.

Berikut ciri khasnya yang berhasil kita buat sesuai dengan gambar rumah adat Lanting di atas.

Bentuk Atap

Ciri khas yang pertama bisa kamu lihat di bagian atapnya. Secara visual, atap rumah ini dibuat dengan mengambil bentuk pelana sebagai inspirasi utamanya.

Model atap pelana ini memang paling umum dan paling sering digunakan untuk rumah-rumah darat, terutama tipe rumah kampung.

Itulah yang menjadi alasan mengapa hingga hari ini rumah dengan model atap pelana sering disebut dengan Rumah Kampung, salah satu nama rumah adat Jawa Tengah yang terkenal.

Pembagian Ruangan

Kemudian ciri khas lainnya ada pada ruangan-ruangannya yang hanya terbagi menjadi dua ruangan saja.

Ruangan pertama merupakan ruang utama untuk menyambut tamu yang sedang berkunjung. Lalu, sisa satu ruangan lainnya adalah ruang istirahat atau kamar tidur.

Mengapa hanya terdiri dari dua ruangan saja? Sebab, rumah apung khas Banjar ini hanya memiliki luas sekitar 20 hingga 40 meter persegi saja.

Sementara untuk kebutuhan ruangan untuk memasak dan juga toilet biasanya tersedia di bangunan terpisah.

Pintu dan Jendela

Layaknya rumah pada umumnya, rumah apung khas Kalimantan ini juga mempunyai fitur jendela dan pintu.

Uniknya, pintu pada rumah ini hanya berjumlah dua yang masing-masing menghadap ke sungai dan daratan.

Selain pintu, ada juga jendela yang masyarakat banjar menyebutnya dengan istilah Lalungkang.

Lalungkang ini biasanya ada di sisi kiri dan kanan rumah, jadi jumlah jendelanya dua di tiap sisinya.

Namun umumnya jendela di rumah ini berjumlah dua dengan posisi masing-masing di sisi kanan dan kiri rumah.

Jembatan

Tepat di depan rumah, terdapat jembatan atau titian yang terbuat dari kayu atau bambu. Titian ini cukup sempit dan posisinya terapung.

Panjang pendeknya titian ini tentunya akan menyesuaikan dengan jarak rumah dengan daratan.

Demikian juga dengan ketinggian titian yang juga menyesuaikan ketinggian maksimal air sungai.

Jembatan atau titian ini juga menghubungkan antar rumah yang satu dengan rumah apung lainnya serta berujung ke area daratan.

Pondasi

Berbeda dengan rumah panggung yang memiliki tiang-tiang penyangga sebagai pondasi, rumah lanting ini mendapat dukungan tiga balok kayu sebagai pondasinya.

Balok-balok kayu tidak akan hanyut terbawa arus karena terikat dengan tiang-tiang kayu yang tertancap ke dalam dasar sungai.

Saat permukaan air sungai sedang pasang, posisi Rumah Lanting akan berada di posisi dekat dengan daratan, atau di dekat tepian daratan.

Dan sebaliknya, apabila air sungai tengah surut, tali pengikat Rumah Lanting akan dikendurkan hingga posisi rumah menjauh dari tepian sungai.

Eksistensi Rumah Adat Lanting Saat Ini

rumah lanting banjarmasin

Sekitar tahun 1970-an, hampir semua rumah warga kalimantan yang hidup di pinggiran sungai menempati Rumah Lanting Kalsel.

Namun sayangnya keberadaan rumah apung ini semakin berkurang seiring berkembangnya zaman.

Banyak warga Kalimantan yang mulai menggantinya dengan rumah panggung yang sifatnya lebih stabil dan dapat dihuni secara permanen.

Ya, memang menjadi sebuah fakta bahwa rumah apung lebih rawan terombang-ambing oleh arus sungai. Terlebih ketika arus sungai sedang kencang atau ada perahu sedang melintas.

Kondisi ini berbeda dengan rumah panggung yang bagian bawahnya berupa tiang-tiang penopang yang menancap kuat ke dalam tanah tepian sungai.

Dari sisi letak, rumah panggung ini juga sedikit bergeser ke area daratan. Tepatnya di daratan tepian sungai.

Alasan Rumah Adat Lanting Kini Ditinggalkan

rumah adat lanting banjar

Ada sejumlah faktor mengapa rumah apung asal kalimantan ini perlahan ditinggalkan. Dan berikut faktor dan penjelasannya.

Faktor Biaya

Masyarakat memerlukan biaya yang tak sedikit untuk membangun sebuah Rumah Lanting yang layak huni.

Biaya terbesarnya adalah biaya untuk membeli kayu gelondongan yang nantinya mereka gunakan sebagai pondasi rumah.

Terlebih saat ini kayu gelondongan kian sulit didapatkan akibat penyusutan area hutan. Belum lagi masalah pelarangan jual beli kayu gelondongan karena isu illegal logging.

Mudah Dicuri

Selain faktor biaya, ada faktor lainnya yang menyebabkan masyarakat enggan membangun Rumah Lanting, yaitu rumah ini rawan dicuri.

Ada cukup banyak kasus pencurian rumah lanting yang pernah dihadapi oleh masyarakat Kalsel.

Pencurian tersebut bisa terjadi saat pemilik sedang lengah, dan pencurian terjadi hanya pada bagian-bagian rumah tertentu saja.

Biasanya pelaku menggunakan gergaji untuk memotong kayu di bagian tertentu. Kayu-kayu yang sudah pelaku potong bisa mereka jual dengan harga yang cukup mahal.

Faktor Perawatan yang tidak Mudah

Rumah dengan material konstruksi berupa kayu pastinya memerlukan perawatan khusus agar awet dan tidak mudah lapuk.

Oleh karenanya, rata-rata Rumah Lanting Banjar terbuat dari kayu yang tahan air seperti kayu ulin. Tapi sayangnya kayu ulin sangatlah mahal.

Dan sebagai alternatifnya, masyarakat menggunakan jenis kayu lain yang kualitas keawetannya masih di bawah kualitas kayu ulin.

Alhasil, saat air sungai surut, rumah apung ini akan mudah terdampar di area tepian sungai dan biasanya dalam posisi miring.

Kondisi seperti inilah yang sangat potensial menyebabkan kayu-kayu pada Rumah Lanting Banjarmasin ini mudah rusak.

Faktor Kemudahan di Darat

Dengan hadirnya rumah-rumah panggung dan rumah-rumah modern saat ini, akan jauh lebih mudah untuk mengakses berbagai kebutuhan.

Berbeda kondisinya jika masih menempati Rumah Lanting. Terlebih saat ini segala macam transaksi, seperti perdagangan sayur, buah, dll, tidak lagi dilakukan di atas perahu.

Jikalaupun ada, barang atau produk yang dijual tak selengkap barang atau produk yang dijual di toko, warung, atau supermarket di darat.

Faktor Historis

Berdasarkan aspek historis, eksistensi rumah lanting merupakan simbol dari Kota Banjarmasin.

Dan hal ini juga sangat erat dengan label Kota Banjarmasin yang terkenal dengan Kota Seribu Sungai.

Lanting juga merupakan warisan peradaban nenek moyang sama seperti rumah adat Kalimantan Selatan lainnya, dan juga bagian dari identitas Banjar.

Jadi, jika tak lagi eksis, maka hilanglah sudah identitas budaya tersebut.

Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda indonesia wajib melestarikannya. Misal dengan berkolaborasi dengan pemerhati budaya lokal banjar.

Melalui organisasi non-profit ini, kita dapat membantu dalam menjadikan rumah-rumah apung ini sebagai objek wisata yang menarik.

Tentu upaya ini juga memerlukan kontribusi dan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat.

Dengan cara ini, kemungkinan rumah apung khas Banjar ini akan tetap lestari hingga ke generasi anak cucu kita.

Demikian ulasan lengkap mengenai rumah adat Lanting yang dulu sangat populer.

Semoga informasi ini dapat memberi pengetahuan baru terkait dengan warisan budaya Nusantara.

Scroll to Top