Home » Sulawesi » Rumah Adat Suku Luwuk

Rumah Adat Suku Luwuk

Di Sulawesi hidup sekelompok Suku Luwuk yang mendiami rumah adat mereka yang mereka namai Langkanae. Rumah adat Suku Luwuk ini terbuat dari kayu dan berupa rumah panggung.

Keseluruhan desainnya terbilang megah dengan detail bentuk atap yang unik. Bagian struktur tangganya juga sungguh curi perhatian siapa pun yang memandangnya.

Kamu penasaran dengan visual aslinya, bukan? Sebelum membahas desain arsitekturnya lebih detail lagi, yuk simak info singkat mengenai rumah adat Sulawesi Selatan bernama Langkanae ini.

Sekilas tentang Rumah Adat Suku Luwuk

nama Rumah Adat Suku Luwuk

Rumah Adat Suku Luwuk dengan nama Rumah Langkanae ini adalah sebuah rumah panggung yang keseluruhan materialnya kayu.

Langkanae ini adalah simbol budaya bagi masyarakat setempat dan dulunya merupakan tempat tinggal raja.

Sebagai simbol budaya, rumah panggung ini dekat dengan aturan-aturan tertentu dalam membangun sebuah rumah adat.

Salah satunya seputar penggunaan tiang penopang yang wajib ada. Nah, tiang-tiang penopang ini mereka sebut Posi Bola.

Dan setiap akan membangun sebuah rumah adat, etikanya adalah wajib meminta izin atau dalam bahasa lokal appisabbi kepada Pim Posi’.

Unsur Filosofi pada Rumah Adat Suku Luwuk

rumah luwuk

Rumah adat Suku Luwuk dari Provinsi Sulawesi Selatan ini mempunyai rangka pondasi persegi di mana ada empat unsur di dalamnya.

Keempat unsur tersebut antara lain air, api, tanah, dan angin. Semua unsur yang ada ini harus seimbang dan saling terkait serta tidak boleh terputus.

Masyarakat setempat juga menilai bahwa keempat unsur di atas adalah cerminan karakter manusia.

Tanah cerminkan sifat sabar, api simbolkan sifat marah, air bermakna sifat kuat, dan angin melambangkan sifat serakah.

Keempatnya sudah sewajarnya eksis dalam diri manusia dan biasa kita jumpai dalam implementasi kehidupan sehari-hari kita.

Unsur filosofi juga hadir pada tiga tingkatan yang bisa kita lihat pada tiga bagian rumah ini, yaitu kolong, rumah induk, dan loteng.

Tiga tingkatan ini berada di cakupan area badan rumah yang berbentuk segi empat atau masyarakat sebut Sulapa Eppa’.

Bagi mereka, rumah ini berbentuk belah ketupat, bukan segi empat. Dan tiga tingkatan ini mereka kaitkan dengan kehidupan manusia di dunia ini.

Mereka meyakini bahwa tiga tingkatan tersebut merefleksikan tiga dunia kehidupan, yaitu dunia atas alias Botting Langi’, dunia tengah atau Ale Bola, dan dunia bawah atau Awa Bola.

Masing-masing dihuni oleh entitas ciptaan Tuhan, bahkan tuhan itu sendiri menempati dunia atas.

Pembagian Ruangan pada Rumah Adat Suku Luwuk

rumah luwu

Rumah adat Suku Luwu ini meliputi tiga bagian utama, yaitu kolong atau Sullu, Ale Bola atau bagian tengah, dan loteng yang disebut Rakkeang atau Palandoang.

Area kolong ini mereka gunakan untuk tempat istirahat, menerima tamu, atau tempat kumpul bersama keluarga atau tetangga.

Naik lagi ada ruang tengah atau ale bola yang fungsinya sebagai tempat tinggal. Nah, di ruang tengah ini ada beberapa petak ruangan kecil yang bersekat.

Petak-petak ini dulunya digunakana sebagai tempat tinggal raja dan permaisuri serta para keturunannya, tempat menyimpan senjata dan pusaka, dan ruang pejabat.

Naik satu tingkat lagi ada rakkaeng yang gunanya sebagai lumbung padi dan kamar khusus memingit anak gadis.

Di bagian terluar bangunan rumah, ada tangga yang juga memegang peranan adat yang sangat penting bagi Suku Luwuk.

Anak tangga pada tangga rumah ini harus berjumlah ganjil, tidak boleh berjumlah genap. Jumlah ganjil ini memiliki makna hidup.

Jadi, kehadiran tangga dengan anak tangga berjumlah ganjil ini mengartikan bahwa manusia yang menempati rumah tersebut adalah makhluk hidup.

Di luar bangunan rumah juga ada pintu gerbang yang masyarakat sebut Tabu-Tabuang. Desain pintu gerbang ini secara visual sangat menarik.

Konstruksinya tersusun atas atas tiga bagian atau timpa laja. Dan tiga susun ini adalah pertanda bahwa semua lapisan masyarakat dari mana saja boleh memasuki area dalam dari gerbang ini.

Lain lagi jika pintu gerbang tersebut hanya terdiri dari satu bagian saja. Jika demikian, yang boleh memasuki gerbang adalah mereka adalah kalangan keluarga atau kerabat terdekat saja.

Demikian juga jika konstruksi gerbang yang dibuat tersusun atas dua bagian.

Dua bagian ini mengisyaratkan bahwa mereka yang boleh memasuki gerbang adalah masyarakat asli Suku Luwuk dan para bangsawan.

Keunikan Rumah Adat Suku Luwuk

rumah adat langkanae luwu

ada banyak keunikan yang akan kamu jumpai jika berkunjung ke rumah adat ini. dan berikut daftar keunikannya.

Penggunaan Ornamen

Dalam pemilihan ornamen, suku luwuk memang memiliki selera yang tinggi. ada cukup banyak ornamen yang mereka gunakan untuk mempercantik rumah adat mereka.

Salah satunya adalah ornamen berupa ukiran kanji yang memiliki makna yang sama dengan makna simbol Luwu yang ada di Kedatuan Luwu.

Lalu ada ornamen yang menunjukan heroklib aksara asli bugis. Aksara ini biasanya terpasang dibagian tengah Singkerru Mulajaji, yaitu sebuah simbol tertinggi di suku luwuk.

Singkerru Mulajaji ini adalah sebuah ikrar atau perjanjian suci antara manusia dan tuhan. Ikrar ini manusia ucapkan saat menjelang lahir di dunia.

Aksara indah bisa kamu temui dengan mudah di pusaka dan pintu rumah adat ini.

Kemudian ada ornamen Bala Suji yang tersemat di pintu gerbang rumah adat ini. Bala Suji ini menyimbolkan keempat unsur kehidupan yang berupa air, api, tanah, dan angin.

Pensakralan Struktur Rumah Tertentu

Pada sebagian besar rumah adat Indonesia, rata-rata menganut keyakinan bahwa ada bagian dari rumah yang sifatnya sakral atau mengandung makna tertentu.

Demikian juga dengan rumah adat Suku Luwuk ini. ada beberapa struktur rumah yang dianggap sakral oleh masyarakatnya.

Salah satunya adalah tangga rumah. Tangga rumah atau sapana adalah simbol kehidupan. Makna simbol ini tercermin dari anak tangga yang berjumlah ganjil.

Jumlah anak tangga yang ganjil menandakan sebuah kehidupan di dalamnya. Beda lagi jika jumlah anak tangga yang genap.

Genap bagi masyarakat Suku Luwuk artinya sempurna atau purna atau selesai.

Hal ini berkaitan dengan kepercaayaan jika seseorang meninggal, artinya ia telah purna atau selesai dengan urusan dunia.

Selain tangga, ada struktur rumah lainnya yang juga kaya akan makna, yaitu Pim Posi atau Posi Bola. Pim Posi adalah bagian yang sama dengan Saka Guru pada rumah adat Joglo Jawa Tengah.

Saka Guru ini terletak di ruang depan dan berperan sebagai pusat atau poros layaknya manusia.

Pusat di sini juga mengacu pada pusat kosmos di mana alam semesta ini berada, serta menandakan pusat kegiatan manusia.

Di atasnya lagi ada Rakkaeng atau loteng yang lebih sering digunakan sebagai lumbung padi, kamar anak gadis, dan kamar kucing.

Padi di sini dianggap sesuatu yang mulia. Demikian juga dengan anak gadis yang kerap dikaitkan dengan embrio kehidupan.

Masyarakat pada masa leluhur Suku Luwuk menganggap gadis itu seperti telur yang berada di ujung tanduk.

Artinya, gadis harus dijaga dengan baik. Oleh karenanya, para gadis harus ditempatkan di Rakkaeng.

Detail Arsitektur

Dan keunikan yang paling tampak jelas adalah detail arsitekturnya yang benar-benar berbeda dengan rumah panggung pada umumnya.

Jika kita urutkan dari depan hingga ke belakang, rumah adat ini seperti terbagi menjadi tiga bagian.

Bagian depan adalah gapura yang beratap. Konstruksi gapura ini terkesan menjadi bagian dari bangunan utama, bukan gapura biasa yang umumnya terpisah dengan bangunan induk.

Gapura ini memiliki atap yang tersambung dengan atap tangga. Ya, tangga di sini juga memiliki atap tersendiri.

Dan uniknya lagi, tangga di sini menjadi media untuk menghubungkan area gapura dengan area rumah induk.

Tangga inilah yang menjadi bagian kedua dari keseluruhan bangunan rumah adat ini.

Oiya, jika kamu amati lagi gambar rumah adat Suku Luwuk di atas, gapura pada rumah ini nampak seperti rumah kecil tanpa dinding.

Lanjut lagi ke bagian ketiga, yaitu rumah panggung yang memiliki serambi depan yang cukup luas.

Sama seperti tangga dan gapura, area serambi depan pada rumah ini juga memiliki atap tersendiri yang pemasangannya terpisah dengan atap rumah induk.

Jadi, jika kita lihat dari depan dan samping, tampak seperti ada dua atap yang tumpang tindih.

Namun atap depan memiliki ukuran yang lebih kecil. Atap kecil inilah yang menaungi area serambi depan rumah.

Bagaimana, menarik sekali, bukan? Memang ada banyak fakta menarik yang berhasil kita kulik dari salah satu rumah adat Sulawesi ini.

Di antaranya beragam arti filosofi dan keunikannya. Oleh karena itu, warisan budaya dari nenek moyang ini wajib kita lestarikan agar tetap eksis hingga ke masa generasi anak cucu kita.

Demikian penjelasan lengkap seputar rumah adat Suku Luwuk yang rupanya menyimpan banyak sekali daya tarik.

Semoga informasi ini akan menambah pengetahuan baru, terutama buat kamu yang baru pertama kali mengenal rumah adat Luwuk ini.

Scroll to Top