Di Pulau Kalimantan, ada puluhan Suku Dayak yang masing-masing mempunyai rumah adat yang khas. Salah satunya adalah Rumah Betang Pedagi Apet Akap yang merupakan hunian Suku Dayak Be Aje.
Suku Dayak Be Aje ini menempati sebuah dusun yang bernama Dusun Mandong, Kec. Tayan Hulu, Kab. Sanggau, Prov. Kalimantan Barat.
Dalam kesehariannya mereka menghuni rumah tradisional peninggalan leluhur nenek moyang yang sangat khas. Dan berikut adalah informasi mengenai salah satu rumah adat Kalimantan Barat ini.
Sekilas tentang Rumah Betang Pedagi Apet Akap
Rumah Betang Pedagi adalah rumah adat Suku Dayak Be Aje yang berasal dari Daerah Provinsi Kalimantan Barat yang sangat khas desain dan ornamennya.
Ya, benar, rumah tradisional warisan nenek moyang Suku Dayak Be Aje ini masih bisa kita jumpai di Desa Mandong.
Ini membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat di sana masih memegang teguh adat dan tradisi nenek moyang mereka.
Mereka menggunakan rumah ini sebagai tempat kegiatan upacara adat Gawai Padi. Tradisi penyelenggaraan upacara adat Gawai Padi ini adalah sebuah perayaan ulang tahun padi.
Masyarakat setempat menyebutnya Nyinung Dio yang artinya ulang tahun padi.
Secara adat, perayaan ini wajib mereka selenggarakan setahun sekali.
Tujuan pengadaan upacara adat ini adalah untuk merayakan hasil panen padi. Perayaan tersebut juga sebagai bentuk rasa syukur dan hormat kepada Jubata atau Tuhan Yang Maha Kuasa.
Nah, Rumah Betang Pedagi inilah yang menjadi lokasi diadakannya upacara ulang tahun padi ini.
Asal Usul dan Sejarah Rumah Betang Pedagi Apet Akap
Rumah adat Kalimantan Barat ini merupakan warisan nenek moyang Suku Dayak yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Keberadaannya sempat tak terdengar lagi karena faktor modernisasi. Namun sekitar tahun 2017 lalu, Rumah Betang Pedagi ini dibangun kembali dengan kisaran biaya ratusan juta rupiah.
Proses pembangunannya melibatkan masyarakat Desa Mandong atas nama prinsip budaya gotong royong.
Usai selesai pembangunan, Bapak Paulus selaku Wakil Presiden Majelis Adat Dayak Nasional pada masa itu, meresmikan rumah adat tersebut.
Harapannya, dengan adanya Rumah Betang Pedagi ini, akan terus tumbuh kecintaan terhadap adat dan budaya lokal, yaitu budaya asli Suku Dayak.
Selain itu, rumah ini adalah simbol persatuan Suku Dayak, terutama masyarakat Suku Dayak yang ada di Desa Mandong, Kalimantan Barat.
Susunan Konstruksi Rumah Betang Pedagi Apet Akap
Seperti Rumah adat Kalimantan pada umumnya, Rumah Betang Pedagi ini juga memiliki susunan konstruksi yang serupa. Berikut penjelasan lengkapnya.
Tiang Pondasi
Kita awali dengan bagian tiang pondasi rumah adat ini. Rumah adat ini berdiri di atas susunan tiang-tiang penyangga sebagai pondasi utamanya.
Jumlah tiang penyangga ini cukup banyak dan merupakan tiang kayu berukuran sedang hingga besar.
Untuk mendapatkan daya dukung yang kokoh, tiang-tiang ini terpasang di setiap sisi bidang pondasi dengan formasi dan jarak yang teratur antar unit tiang.
Tiang-tiang kayu ini berbentuk balok, bukan kayu bulat atau gelondongan. Artinya, tiang-tiang kayu ini mengalami proses pengolahan agar memiliki ukuran dan tinggi yang sama.
Lantai
Umumnya Rumah Betang berlantaikan papan kayu yang tertata rapi, teratur, dan rapat. Begitu juga dengan lantai rumah ini.
Sebagian ada yang diberi lapisan kain semacam karpet agar lebih nyaman dan juga estetik dipandang.
Dinding
Struktur dinding rumah ini juga bermaterialkan kayu. Lebih spesifiknya papan-papan kayu yang terpasang pada posisi vertikal.
Dan yang paling menarik adalah dinding pada jenis Rumah Betang ini adalah banyaknya ornamen khas Dayak di hampir semua bagiannya.
Salah satunya adalah ornamen lukisan dengan motif floral khas Dayak yang tersemat di antara ornamen stripes sederhana.
Selain itu, ada juga ornamen papan perisai khas Dayak yang terpasang di masing-masing sisi kanan dan kiri pintu masuk.
Tak lupa juga kita sebutkan bahwa dinding-dinding rumah ini tampak meriah dengan adanya aplikasi warna-warna khas Dayak, seperti kuning, putih, dan hitam.
Serambi Depan
Area serambi depan pada rumah ini tergolong luas karena memanjang mengikuti denah pondasi bangunan yang berbentuk empat persegi panjang.
Di sisi terluar serambi, terpasang pagar kayu yang sebenarnya tak begitu tinggi. Kemungkinan keberadaan pagar ini bukan sebagai fitur pengaman.
Mungkin lebih ke fungsi estetik alias aksen yang dapat mempercantik tampilan saja. Atau, bisa juga sebagai fitur pengaman sekaligus pembatas antara area luar dan dalam rumah.
Pagar keliling ini juga terkoneksi dengan tiang serambi di beberapa titik. Dan menariknya, tiap segmen pagar kayu ini memiliki semacam teralis yang berbentuk X atau tanda silang.
Kemudian di sepanjang dasar pagar, terlihat adanya ornamen ukiran kayu bercat cokelat kemerahan, tone warna yang kontras dengan warna pagar itu sendiri.
Pintu dan Jendela
Sebenarnya untuk desain pintu dan jendela, tak ada yang istimewa karena desainnya sederhana. Namun semuanya berubah menjadi lebih berwarna dan jauh lebih menarik berkat adanya ornamen lukisan.
Ya, ornamen-ornamen lukisan khas Dayak terlihat memenuhi area sekitar pintu dan jendela. Bahkan di bagian daun pintu dan jendela penuh dengan lukisan penuh warna.
Tangga
Konstruksi tangga pada rumah ini berupa tangga kayu yang modelnya sudah sangat rapi karena sudah dilengkapi dengan pegangan atau handling.
Jumlah anak tangganya juga beragam, menyesuaikan ketinggian kolong rumah dan sudut kemiringan struktur tangga itu sendiri.
Fungsi Rumah Betang Pedagi Apet Akap
Pada dasarnya, Rumah Betang Pedagi ini adalah sebuah hunian keluarga. Fungsi sebagai hunian ini sudah melekat sejak dulu. Tepatnya pada masa leluhur Suku Dayak pertama kali eksis di tanah Kalimantan.
Namun, seiring bertambahnya tahun, fungsi rumah ini turut berkembang yang dulunya hanya sebagai tempat tinggal.
Namun kini rumah adat ini hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan upacara adat saja.
Contohnya adalah upacara Gawai Padi yang diselenggarakan sekali dalam setahun.
Upacara adat Gawai Padi adalah sebuah upacara adat tahunan yang diselenggarakan dalam rangka untuk merayakan panen padi.
Dulunya upacara adat ini hanya diselenggarakan di rumah ketua adat setempat. Dalam upacara ini, setiap kepala keluarga akan datang ke lokasi upacara.
Lalu setelah upacara adat yang dilaksanakan di rumah ketua adat usai, mereka akan melanjutkan perayaan di rumah masing-masing.
Rumah Betang Pedagi yang sekarang juga berperan sebagai simbol pemersatu semua Suku Dayak, terutama mereka yang tinggal di Desa Mandong.
Di sinilah berbagai kegiatan adat dan festival budaya Suku Dayak dihadirkan. Yang memeriahkan tentu saja masyarakat Suku Dayak yang berkolaborasi dengan pemerintah setempat.
Masyarakat dari luar Suku Dayak tentu saja juga boleh menghadiri dan meramaikan acara budaya yang super seru ini.
Melalui kegiatan-kegiatan festival budaya semacam ini, adat dan tradisi nenek moyang Suku Dayak pun dapat terus lestari. Bahkan dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Itu dia informasi menarik berkaitan dengan Rumah Betang Pedagi Apet Akap milik Suku Dayak Be Aje di Desa Mandong, Kalbar.
Semoga dengan pembangunan Rumah Betang Pedagi yang baru ini bisa menjadi inspirasi bagi pemda dan masyarakat lainnya untuk mempertahankan adat dan budaya nenek moyang.
Dan kita sebagai generasi muda juga bisa turut melestarikan warisan budaya berupa rumah adat Indonesia dengan cara kita sendiri.
Misalnya dengan mengenal rumah adat daerah kita sendiri dan membagikan wawasan yang kita punya ke anak cucu kita.