Tahukah kamu bahwa kawasan pedalaman wilayah Jambi juga ada rumah adat unik milik Suku Anak Dalam, loh. Namanya adalah rumah Suku Anak Dalam Jambi.
Sekedar info, Suku Anak Dalam di Jambi ini hanyalah salah satu dari beberapa suku bangsa minoritas yang ada di Indonesia.
Dan mereka juga memiliki budaya dan tradisi yang khas dan juga berbeda dengan suku-suku bangsa lainnya. Penasaran seperti apa visual rumah adatnya? Berikut ulasan lengkapnya.
Sekilas tentang Rumah Suku Anak Dalam
Rumah Suku Anak Dalam adalah rumah tradisional Suku Anak Dalam di Jambi yang konstruksinya berupa pondok-pondok panggung berukuran besar dan kecil.
Pondok berukuran besar mereka namai Rumah Godong, sedangkan pondok berukuran kecil mereka sebut Sesudungon.
Keduanya memiliki desain sederhana dengan kayu hutan sebagai material utamanya. Selain kayu, adapun material alami lainnya yang mereka gunakan adalah dedaunan dan juga kulit pohon.
Dedaunan mereka manfaatkan sebagai penutup atap rumah-rumah mereka, sedangkan kulit pohon mereka pergunakan sebagai dinding rumah.
Kini rumah-rumah milik Suku Anak Dalam masih eksis di wilayah hutan dan wilayah pedalaman Jambi lainnya.
Meski kini ada cukup banyak masyarakat Suku Anak Dalam yang mulai terbuka dengan dunia luar, mereka masih memegang tradisi dan budaya nenek moyang.
Termasuk dalam hal bertahan hidup yang mereka lakukan dengan cara berburu, meramu, dan kini berkebun.
Mereka membuka sebagian kecil area hutan di sekitar pondok mereka sebagai ladang yang mereka gunakan untuk menanam aneka umbi-umbian, buah, dan sayur.
Bentuk Rumah Suku Anak Dalam
Perbedaan tak hanya bisa kamu jumpai pada nama rumah Adat Suku Anak Dalam ini saja. Baik Susudungon maupun Rumah Godong, keduanya juga memiliki bentuk yang berbeda.
Berikut penjelasan detail mengenai bentuk rumah Suku Anak Dalam yang juga masuk dalam kategori rumah adat Jambi.
Rumah Godong
Nama rumah adat Suku Anak Dalam yang satu ini berukuran lebih besar daripada Sesudungon. Struktur konstruksinya juga terlihat lebih tertata dan berfungsi sebagai hunian permanen.
Mari kita cermati dari bentuk dasarnya terlebih dahulu. Sesuai dengan penampakan gambar rumah Suku Anak Dalam di atas, jelas sekali bahwa bentuk dasar rumah ini adalah pondok panggung.
Mengapa disebut pondok panggung dan bukan rumah panggung? Sebab, ukuran fasad bangunannya relatif kecil untuk sebuah rumah panggung.
Meski begitu, ukuran fasad pondok panggung ini masih lebih besar daripada jenis pondok panggung milik Suku Anak Dalam lainnya.
Kemudian dari segi komposisi bangunan, Rumah Godong ini sudah memiliki detail komposisi layaknya rumah pada umumnya.
Contohnya saja pondok sudah memiliki pintu, tangga, atap, dinding, lantai, dan tiang-tiang penyangga layaknya rumah adat Sumatera pada umumnya.
Agar pondok tetap dapat berdiri dengan kokoh, pondok panggung berukuran lumayan besar ini mendapat sokongan dari 12 tiang penyangga.
Tiang-tiang ini adalah tiang kayu berukuran sedang dan terpasang dengan formasi empat membujur dan tiga melintang mengikuti bentuk denah ruangan.
Denah ruangannnya sendiri berbentuk persegi panjang dengan posisi memanjang ke samping. Dindingnya sangat unik karena terbuat dari kulit kayu.
Sementara pada atap, material atapnya berupa dedaunan yang terpasang menyesuaikan bentuk rangka atap yang berbentuk limas.
Di bagian depan, tepatnya di atas tangga utama, terdapat penutup atap tambahan semacam kanopi. Gunanya adalah sebagai atap pelindung untuk area tangga.
Uniknya lagi, atap tambahan ini selain terhubung langsung dengan atap utama, di bagian sisi kanan kiri bagian depan atap terdapat dua buah tiang penyangga.
Di dekat dua tiang penyangga tersebut, ada tangga utama yang desainnya sungguh sederhana dan hanya tersusun atas tiga anak tangga yang berupa tongkat kayu.
Tiga tongkat kayu ini terpasang secara horizontal pada dua buah tongkat kayu yang terpasang dengan posisi miring dengan sudut kemiringan sekitar 30 derajat.
Sebenarnya untuk besaran sudut kemiringan tidak harus saklek 30 derajat. Melainkan sudut kemiringan tersebut sebaiknya menyesuaikan dengan ketinggian permukaan tanah dengan lantai.
Masih soal tangga, tepat di bawah anak tangga terdapat semacam pijakan yang terbuat dari rangkaian batangan kayu kecil.
Pijakan ini merupakan pembatas antara tanah dengan area rumah yang ditandai oleh bagian struktur tangga.
Susudungon
Berbeda dengan Rumah Godong, Susudungon ini jauh lebih sederhana dan komponen konstruksinya tak begitu sempurna atau kurang lengkap.
Contohnya saja pada struktur dinding yang tidak menutup keseluruhan badan pondok, alias hanya menutupi setengahnya saja.
Tepatnya hanya menutupi dari bawah hingga setengah badan pondok saja. Sisanya dari tengah hingga atas dibiarkan terbuka.
Bahkan ada sisi tertentu yang hanya tertutupi seperempat bagian atau tanpa penutup dinding sama sekali.
Untuk pondok panggung kecil yang berdinding, dinding-dinding yang mereka gunakan berupa papan kayu.
Ada juga yang memasang dinding yang terbuat dari bilah bambu yang mereka rangkai dan mereka pasang dengan cukup rapat.
Lain lagi dengan atap pondok yang terdiri dari susunan daun-daun yang sangat rapat. Tujuannya tentu untuk mencegah air dan sinar matahari tembus masuk ke area dalam pondok.
Susunan daun pada atap juga bukanlah daun-daun yang diletakan begitu saja. Melainkan daun-daun yang dianyam menjadi lembaran-lembaran anyaman daun yang bisa dipasang sebagai penutup atap.
Sebagai benang anyamnya, masyarakat Suku Anak Dalam menggunakan bilah bambu yang tipis dan lentur atau akar rotan sebagai benang anyam alami.
Anyaman daun ini kemudian dipasang di atas rangka atap yang terbuat dari barisan kayu yang sebelumnya sudah terpasang dengan posisi melintang.
Nah, soal tiang penyangga, ada yang unik, terutama dari segi penyebaran pemasangannya. Rata-rata pondok panggung kecil ini berjumlah 10 buah.
Formasi pemasangannya yaitu masing-masing tiga buah di bagian depan dan belakang, dan empat buah tiang di bagian tengah.
Jumlah tiang penyangga di bagian tengah pondasi lebih banyak untuk memastikan sokongannya kuat karena biasanya beban terberat ada pada di bagian tengah.
Mari kita intip bagian interiornya. Memasuki area interior, ruangan pada pondok panggung kecil ini hanya berjumlah satu saja. Ruangannya cukup luas dan memanjang.
Ruangan ini berperan sebagai ruang serbaguna, jadi bisa mereka manfaatkan sebagai ruangan untuk istirahat, makan, berkumpul dengan keluarga, dll.
Agar tetap nyaman, mereka memanfaatkan susunan bilah bambu sebagai lantai pondok. Kemudian di bagian atasnya lagi mereka pasang tikar sebagai alasnya.
Fungsi Rumah Suku Anak Dalam
Sebagian besar rumah Suku Anak Dalam berfungsi sebagai hunian, baik hunian permanen maupun semi-permanen, menyesuaikan jenis pondoknya.
Rumah Godong, misalnya, lebih sering berperan sebagai hunian permanen. Sementara itu, Susudungon biasanya hanya dihuni untuk sementara waktu.
Berbeda dengan leluhur Suku Anak Dalam dahulu, mereka cukup menggunakan tenda yang terbuat dari material alami di sekitarnya sebagai hunian sementara.
Sebab, dahulu, mereka hidup di hutan secara nomaden, alias berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Namun tidak dengan zaman sekarang yang mana sebagian besar masyarakat Suku Anak Dalam sudah mengenal teknik berkebun.
Dampaknya, mereka mendirikan pondok-pondok untuk tempat tinggal yang lokasinya berdekatan dengan kebun milik mereka.
Fungsi lainnya selain sebagai tempat tinggal adalah sebagai tempat khusus penyimpanan harta benda, barang berhaga, atau hasil perkebunan.
Untuk keperluan penyimpanan semacam ini biasanya mereka menggunakan Sesudungon sebagai tempat penyimpanannya.
Itu dia ulasan singkat namun lengkap tentang rumah adat Suku Anak Dalam Jambi yang secara desain sangat sederhana dan sepenuhnya dari material alam.
Sudah sepatutnya kita, generasi muda Indonesia, untuk mengetahui adanya eksistensi suku-suku minoritas yang tinggal di daerah pedalaman.
Mereka ini adalah bagian dari kita, rakyat Indonesia, yang juga memiliki adat, budaya, dan tradisi yang unik dan pastinya memperkaya budaya bangsa kita.
Jadi, rumah adat Indonesia tak hanya berasal dari daerah-daerah besar saja, melainkan juga ada rumah-rumah tradisional dari suku-suku pedalaman seperti Suku Anak Dalam ini.