Berbicara soal rumah adat Kalimantan Barat, memang tak bisa lepas sama yang namanya rumah panjang khas Kalbar yang sangat khas. Seperti Rumah Panjae atau Rumah Panjai ini.
Rumah Panjai yang akan kita bahas ini merupakan salah satu jenis Rumah Betang khas Suku Dayak yang ada di Kalbar.
Namun ada beberapa bagian yang berbeda dari Rumah Betang pada umumumya. Penasaran apa saja perbedaannya? Yuk simak informasi lengkapnya di bawah ini.
Sekilas tentang Rumah Panjae Kalimantan Barat
Rumah Panjae adalah salah satu jenis Rumah Betang khas Suku Dayak yang menempati beberapa Daerah Kalimantan.
Warisan rumah tradisional yang juga memiliki nama lain Rumah Panjai ini adalah hunian Suku Dayak Iban.
Kini sebagian besar Suku Dayak Iban ini menempati daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan beberapa daerah milik Negara Malaysia. Seperti Sarawak dan Malaysia Timur.
Secara umum, konstruksi bangunannya mirip dengan Rumah Betang pada umumnya.
Namun jika kita amati dengan seksama, ada beberapa bagian yang berbeda dan menjadi ciri khas rumah ini. Misalnya pada struktur tangga dan struktur bangunan.
Ciri Khas Rumah Panjae
Seperti yang diinfokan sebelumnya, terdapat beberapa bagian yang membedakan Rumah Panjai ini dengan jenis Rumah Betang lainnya.
Perbedaan tersebut kemudian menjadi ciri khas yang tak dimiliki oleh rumah-rumah Betang yang ada di Pulau Kalimantan. Dan berikut adalah ciri khasnya.
Struktur Bangunan
Rumah Adat Iban mengadopsi konsep desain dengan model struktur knock-down yang terbukti lebih ramah lingkungan. struktur ini juga lebih tahan gempa.
Tentu saja berkat penggunaan model struktur knock-down ini, rumah akan tetap bertahan dan akan terminimalisir kerusakannya jika terjadi gempa.
Ini sangat menguntungkan mengingat Kalimantan juga merupakan area yang masuk dalam list area yang rawan akan potensi bencana gempa bumi.
Model Tangga Keling
Ciri khas lainnya dari rumah adat Suku Dayak Iban ini adalah pemilihan model tangga keling.
Uniknya, tidak banyak rumah adat Kalimantan yang menggunakan model tangga keling ini, kecuali Rumah Panjae ini.
Tentu ada alasan mengapa masyarakat Suku Dayak Iban memilih model tangga keling.
Mereka meyakini bahwa tangga keling dinilai sangat aman dari risiko terkena bencana banjir, serangan musuh, atau serangan binatang buas.
Tentu alasan ini sangat masuk akal mengingat kondisi geografis Pulau Kalimantan yang penuh dengan sungai.
Air sungai dapat berpotensi meluap selama musim hujan dan dapat menyapu isi rumah yang kebanyakan terletak di dekat sungai.
Potensi serangan binatang buas juga tetap ada mengingat dahulu kebanyakan Rumah Panjae ini dibangun di area hutan.
Namun untuk bagian-bagian yang lainnya, misalnya material yang digunakan, tetap sama dengan material penyusun Rumah Betang pada umumnya.
Sekedar tambahan info bahwa material utama penyusun Rumah Panjae adalah kayu belian atau kita mengenalnya dengan nama kayu ulin.
Kayu ulin merupakan kayu lokal Kalimantan yang sangat kuat dan terkenal awet. Tekstur kayunya akan semakin keras apabila tersentuh air.
Keawetan kayu ini bisa capai puluhan tahun. Tak bisa keropos akibat rayap, sehingga sangat recommended untuk model rumah panggung semacam Rumah Panjae ini.
Pembagian Ruangan pada Rumah Panjae
Melansir info dari situs Good News from Indonesia, Rumah Panjae Kalimantan Barat ini terbagi menjadi lima ruangan.
Kelima ruangan tersebut adalah Kaki Lima atau teras, Tanju’, Ruai, bilik atau kamar, dan Sadau Bugau.
Kaki Lima
Bagian yang mendapat sebutan Kaki Lima ini adalah area teras depan rumah. Seperti teras pada rumah adat Indonesia umumnya, areanya cukup luas.
Luas dari area teras ini tentu menyesuaikan panjang atau lebar bangunan intinya. Kemudian sebagai fitur pengaman, di semua sisi teras terpasang pagar atau railing dari kayu.
Berbeda dengan pagar rumah adat Kalimantan pada umumnya, pagar pada Rumah Panjai ini hanya berupa pagar biasa, tanpa ornamen ukiran, lukisan, ataupun patung.
Lantai pada area teras ini terbuat dari papan kayu, material yang sama dengan material keseluruhan lantai rumah.
Tanju’
Area dengan nama Tanju’ ini adalah area luar depan rumah atau biasa kita sebut halaman depan.
Umumnya area ini mereka gunakan untuk area menjemur gabah atau pakaian para penghuni rumah.
Tanju’ sangat luas dan sudah berupa tanah lapang yang berpermukaan datar, sehingga sangat layak sebagai tempat untuk menjemur gabah atau pakaian.
Ruai
Nah, Ruai ini adalah ruang utama yang pertama yang fungsinya sebagai ruang pertemuan dan ruang tamu.
Areanya juga sangat luas sehingga cocok digunakan untuk kegiatan pertemuan yang melibatkan banyak audiens.
Pertemuan di sini umumnya adalah pertemuan yang ada kaitannya dengan adat budaya.
Atau, bisa juga pertemuan yang berkaitan dengan peradilan atas suatu kasus yang melanggar hukum adat.
Kedua jenis pertemuan di atas tetap akan melibatkan semua kalangan, termasuk ketua adat dan perwakilan masyarakat serta masyarakat Suku Dayak Iban.
Kemudian apabila ada kedatangan tamu, seperti tamu kenegaraan, dll, rombongan tersebut akan disambut di ruangan yang sama.
Bilik
Ruangan yang masyarakat iban sebut bilik ini adalah kamar tinggal yang fungsinya sebagai tempat tinggal. Termasuk untuk beristirahat, berkumpul dengan keluarga, dan tidur.
Jumlah bilik pada Rumah Panjae ini menyesuaikan jumlah kepala keluarga yang menempati rumah panjang ini.
Dalam satu unit rumah, biasanya mampu menampung puluhan kepala keluarga.
Kemudian agar masing-masing kepala keluarga dapat memenuhi kebutuhan pangan sendiri, tiap bilik biasanya akan memiliki satu tungku yang dapat digunakan untuk memasak.
Sadau
Rumah adat panjae dari Kalimantan Barat ini juga memiliki Sadau, yaitu sebuah ruangan khusus untuk keperluan penyimpanan gabah padi.
Ruangannya luas dan hanya diperuntukan untuk menyimpan padi saja.
Sementara untuk keperluan penyimpanan benda lainnya, ada jenis Sadau tersendiri.
Contohnya Sadau Bugau yang dibangun secara khusus untuk menyimpan peralatan pertanian, berbagai macam kerajinan, dan senjata tradisional.
Peran Rumah Panjae
Sebagai pusat kehidupan kemasyarakatan Suku Dayak Iban, Rumah Panjae ini memegang beberapa peranan utama.
Berikut adalah penjelasan detail mengenai masing-masing peranan tersebut.
Sebagai Hunian
Tentu peranan yang paling utama adalah sebagai hunian permanen. Meski terkesan sebagai hunian bersama, Rumah Panjai atau Rumah Betang ini sangat nyaman bagi para penghuninya.
Sebab, bangunan panjang nan luas ini sangat akomodatif dalam memenuhi kebutuhan akan hunian yang layak.
Masing-masing kepala keluarga mendapatkan fasilitas bilik hunian yang sama. Termasuk ada tungku di masing-masing bilik.
Hal tersebut menandakan bahwa mereka tetap menjalankan kehidupan sebagai individu keluarga di tengah kondisi kehidupan komunal.
Balai Pertemuan
Peran lainnya selain sebagai hunian adalah sebagai balai pertemuan yang menghadirkan semua kalangan.
Biasanya pengadaan pertemuan akan ada menjelang acara adat tertentu. Misalnya upacara perayaan panen yang sesuai dengan tradisi dan adat yang diwariskan leluhur sejak dulu.
Atau, balai pertemuan juga akan ramai saat sedang penyelenggaraan acara pernikahan adat, dan lain sebagainya.
Balai Pengadilan
Rumah adat ini juga dapat berperan sebagai balai peradilan bagi anggota masyarakat yang secara terbukti telah melanggar hukum adat.
Balai pengadilan ini biasanya akan diselenggarakan di ruai dan menghadirkan tetua adat dan seluruh masyarakat.
Jika pelaku pelanggar hukum adat terbukti bersalah, maka akan diberi sanksi sesuai dengan ketentuan hukum adat.
Representasi Tradisi, Struktur Sosial, dan Spiritual Suku Dayak Iban
Rumah Panjae adalah representasi fisik dari tradisi dan struktur sosial masyarakat Suku Dayak Iban.
Dengan kata lain, bangunan ini bukan sekedar tempat tinggal. Melainkan juga memiliki makna budaya yang sangat besar bagi masyarakat Dayak Iban.
Bagi mereka, adat istiadat, tradisi, dan budaya warisan leluhur yang diwakilkan melalui rumah ini adalah elemen yang sangat fundamental.
Ketiga elemen tersebut adalah identitas budaya mereka. Maka dari itu, sangat wajar apabila mereka sangat menjunjung tinggi filosofi yang tercerminkan pada rumah adat mereka.
Sebab, rumah adat mereka ini adalah wujud fisik struktur sosial, tradisi, budaya, dan jiwa spiritual yang telah mengakar di jiwa mereka.
Itu dia ulasan lengkap seputar Rumah Panjae, rumah adat Suku Dayak Iban dari Kalimantan Barat.
Dari ulasan tersebut kita dapat mengetahui keunikan, bagian-bagian ruangan, dan juga fungsi rumah adat tersebut.
Harapannya informasi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekaligus dapat memperkaya wawasan budaya asli Indonesia.