Home » Sulawesi » Rumah Boyang

Rumah Boyang

Pernah kah kamu mendengar Suku Mandar? Ya, Suku Mandar rupanya punya Rumah Tradisional Boyang Suku Mandar yang cukup unik.

Keunikannya terletak pada bentuk konstruksi dan juga arti filosofi yang tersemat di dalamnya.

Kamu pasti sangat penasaran kan apa saja keunikan juga arti filosofi dari rumah adat Sulawesi Barat Boyang ini? tak perlu berlama-lama lagi, mari simak informasi lengkapnya di bawah ini.

Sekilas tentang Rumah Tradisional Boyang Suku Mandar

rumah adat mandar

Rumah Tradisional Boyang Suku Mandar adalah rumah panggung dari Provinsi Sulawesi Barat yang berbahan kayu lengkap dengan tiang-tiangnya.

Sepintas, desain arsitekturnya tak jauh berbeda dengan desain rumah-rumah adat di Sulawesi pada umumnya. Terutama rumah adat dari Daerah Makassar dan Rumah Adat Suku Bugis.

Namun jika kita perhatikan lebih seksama, Rumah Adat Boyang ini memiliki keunikan tersendiri. Khususnya pada bentuk dan arsitekturnya.

Nah, soal bentuk, ada dua jenis Rumah Boyang dengan bentuk yang berbeda. Dan berikut ulasan lengkapnya.

Asal-usul dan Sejarah Rumah Adat Boyang

Asal-usul Boyang memiliki kaitan erat dengan sejarah Suku Mandar. Berdasarkan naskah Lontarak Mandar, komunitas di wilayah Tinambung berawal dari sepasang manusia yang dijuluki Tomanurung.

Pasangan ini dipercaya menetap di kawasan hulu Sungai Saddang sekitar tahun 1190 Masehi. Generasi penerus Tomanurung kemudian menyebar ke berbagai daerah di Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan, menjadi leluhur bagi kalangan bangsawan dan raja di wilayah tersebut.

Budaya masyarakat Mandar yang berkembang inilah yang kemudian melahirkan konsep Rumah Boyang seperti yang dikenal sekarang.

Meski demikian, praktik tradisionalnya kini telah mengalami akulturasi dengan unsur kebudayaan Makassar dan Bugis.

Jenis Rumah Adat Boyang Suku Mandar

rumah boyang adaq adalah

Mengutip buku dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang berjudul Arsitektur Sulawesi Barat yang terbit 2018 lalu, terdapat dua jenis Rumah Boyang.

Kedua jenis Rumah Boyang tersebut adalah Boyang Adaq dan Boyang Beasa.

Rumah Boyang Adaq adalah jenis Rumah Boyang khusus kediaman kaum bangsawan. Sementara Rumah Boyang Beasa merupakan sebuah hunian untuk masyarakat biasa.

Dari segi arsitektur, perbedaan pada kedua jenis Rumah Boyang di atas akan nampak jelas pada penggunaan ornamen.

Akan ada jenis-jenis ornamen tertentu yang hanya bisa kita jumpai pada Rumah Boyang Aqad. Oramen-ornamen tersebut seakan menunjukan status sosial pemiliknya.

Adapun ornamen yang dimaksud adalah ornamen tumbaq lajar yang terpasang di bagian penutup bubungan atap. Ornamen ini dapat kita lihat pada bagian depan rumah.

Pada rumah Boyang Adaq, terdapat tiga hingga tujuh susunan ornamen Tumbaq Lajar di bagian atapnya. Semakin banyak susunannya, semakin tinggi pula status kebangsawanannya.

Selain penggunaan ornamen, perbedaan kedua jenis Rumah Boyang juga bisa kita lihat pada susunan anak tangganya.

Terdapat dua susunan anak tangga pada Rumah Boyang Adaq, yaitu tangga bagian atas dan tangga bagian bawah. Keduanya memiiki jumlah anak tangga yang berbeda.

Tangga bagian bawah hanya memiliki tiga buah anak tangga, sedangkan tangga atas memiliki sembilan hingga 11 anak tangga.

Diantara kedua instalasi tangga tersebut terdapat Pararang, yakni semacam papan lantai seluas satu meter persegi.

Fungsi Pararang ini adalah sebagai tempat untuk menyimpan alas kaki milik penghuni rumah atau tamu yang hendak menaiki anak tangga.

Nah, Pararang ini tidak akan kita temukan di Rumah Boyang beasa milik golongan masyarakat biasa.

Bentuk dan Arsitektur Rumah Adat Boyang Suku Mandar

rumah boyang berasal dari

Hampir semua rumah adat Indonesia memiliki ciri khas pada bentuk dan arsitekturnya masing-masing. Demikian juga dengan Rumah Boyang ini.

Secara umum, bentuk rumah adat ini termasuk kategori rumah panggung dengan tiang-tiang penyangga sebagai ciri khas utamanya.

Tiang-tiangnya adalah batang kayu yang berbentuk balok berukuran besar dengan tinggi sekitar dua meter.

Tiang-tiang ini tidak menancap ke dalam tanah, melainkan ditopang oleh batu agar lebih kuat dan stabil.

Selain itu, cara pemasangan tiang semacam ini juga bertujuan agar kayu tiang tidak mudah lapuk.

Struktur bangunannya juga tersusun secara teratur, mulai dari bagian atas, depan, tengah, dan bagian belakang.

Susunan Bangunan pada Rumah Boyang

rumah boyang sulawesi barat

Ada tiga bagian utama yang menyusun konstruksi bangunan rumah adat Suku Mandar ini, yakni bagian atas, tengah, dan belakang.

Bagian Atas

Rumah bagian atas mencakup atap dan loteng. Masyarakat mandar menamai bagian atas ini dengan istilah Tapang.

Nah, area loteng rumah ini terbilang unik karena berada tepat di atas ruang tamu. Biasanya pemilik menggunakan area loteng ini sebagai gudang penyimpanan gabah atau beras.

Namun fungsi gudang ini tidak berlaku pada zaman dulu karena dulu area loteng digunakan sebagai tempat untuk memingit anak gadis. Khususnya anak gadis yang akan menikah.

Bagian Depan

Area bagian depan rumah adat ini disebut Samboyang yang mana areanya meliputi ruang tamu.

Saat sedang adakan hajatan, area ini biasanya menjadi tempat berkumpulnya para tamu laki-laki.

Biasanya antara Samboyang dan Tangnga Boyang, ada sekat yang masyarakat sebut Passollor.

Sekat ini membatasi area umum dan area pribadi. Jadi, apabila ada seorang tamu yang melewati sekat ini, masyarakat akan menganggap tamu tersebut tidak sopan.

Bagian Tengah

Nah, bagian tengah ini mereka sebut Roang Boyang, sedangkan ruang terbawah atau kolong rumah mereka sebut Naong Boyang atau Tangnga Boyang.

Ruang tengah ini paling luas dan menjadi tempat tinggal pemilik rumah dan keluarganya. Misalnya berkumpul dan bercengkerama dengan keluarga.

Di bagian tengah ini juga terdapat kamar-kamar atau bilik untuk beristirahat atau tidur serta sebagai ruang pribadi.

Di area ini juga terdapat sebuah kamar utama, yaitu kamar tidur untuk kepala keluarga beserta istri dan anak-anaknya yang masih kecil.

Bagian Belakang

Area dengan nama lokal Bui Boyang ini meliputi kamar-kamar atau Songi. Kamar-kamar ini dibangun khusus untuk generasi tertua di rumah tersebut. Contohnya kakek dan nenek.

Ada juga kamar untuk anak yang masih gadis. Nah, penempatan kamar anak gadis di bagian belakang rupanya bertujuan sebagai wujud perlindungan.

Masyarakat Suku Mandar percaya bahwa anak gadis sudah sewajarnya mendapat perlindungan ekstra.

Paceko

Ruangan ini adalah dapur yang uniknya lokasinya berada di area menyilang dengan bangunan utama.

Area dapur ini sama luasnya dengan ruangan-ruangan lainnya, dan berfungsi sebagai tempat khusus untuk memasak atau mengolah bahan makanan.

Paceko ini juga memiliki fungsi lain selain untuk memasak. Fungsi lainnya adalah sebagai gudang penyimpanan stok bahan makanan dan peralatan memasak.

Nah, di dalam Paceko ini, terdapat ruangan lainnya yang dinamakan Pattetemeangang yang berfungsi sebagai kamar mandi.

Lego-Lego

Mungkin area Lego-Lego ini sama dengan teras yang terletak di depan bangunan utama dan tanpa dinding.

Luasnya tak seberapa namun tetap cukup untuk duduk-duduk santai. Yang membuat area ini terlihat menarik adalah adanya pemasangan ornamen berupa ukiran.

Selain ukiran, opsi jenis ornamen lainnya yang biasanya terpasang di area Lego-Lego ini adalah lukisan bermotif garis horizontal dan vertikal.

Nilai Budaya dan Filosofi Rumah Tradisional Boyang Suku Mandar

Pada dasarnya rumah adat ini adalah bagian dari cerminan dan identitas budaya Suku Mandar.

Sebab, pada rumah ini, terdapat nilai adat, tradisi, moral, dan etika yang masih menjadi tuntunan hidup bermasyarakat.

Seperti pada penggunaan sekat Passollor yang mencerminkan nilai moral yang berlaku di lingkungan kehidupan bermasyarakat.

Dari adanya sekat Passollor ini, siapa pun wajib menjaga etika, terutama saat sedang bertamu di kediaman seseorang.

Contoh lainnya adalah penggunaan ornamen tumbaq lajar pada atap rumah yang mencerminkan nilai status sosial yang tinggi.

Namun ada nilai filosofi yang lebih penting lagi, yakni filosofi yang dijunjung tinggi masyarakat hingga saat ini.

Filosofi tersebut tercermin dari pepatah lokal yang kurang lebih berbunyi dua tidak bisa dipisahkan, tiga saling membutuhkan.

Pepatah tersebut kurang lebih bermakna pada penegakan hukum dan demokrasi, serta masyarakat yang wajib menjunjung tinggi nilai persatuan dan keadilan.

Keunikan dalam Proses Pembangunan Rumah Boyang Suku Mandar

rumah boyang dari

Pada saat akan membangun Rumah Tradisional Boyang Suku Mandar harus mengikuti aturan adat yang masih berlaku hingga saat ini.

Seperti harus melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan keluarga dan juga ahli rumah yang mereka sebut Pappapia Boyang.

Selain itu, status sosial calon pemilik rumah juga harus menjadi pertimbangan utama. Sebab, status sosial ini akan menentukan jenis Rumah Boyang yang akan mereka bangun.

Pertimbangan lainnya yang juga tak boleh terlewatkan saat bermusyawarah adalah pemilihan waktu pembangunan.

Menurut Putika, sistem kepercayaan yang Suku Mandar percayai, terdapat waktu baik dan buruk terkait dengan pembangunan sebuah rumah adat.

Ada beberapa nama hari yang dipercaya akan membawa kebaikan dan keberuntungan, yakni Senin, Kamis, dan Jumat.

Demikian juga dengan bulan yang mana Muharram, Jumadil Awal, Safar, dan Dzulkhijah adalah bulan-bulan yang sangat baik untuk membangun rumah.

Dan rumah menghadap Kiblat adalah keputusan yang tepat karena barat adalah arah yang sesuai dengan arah Kiblat.

Itu dia ulasan lengkap seputar Rumah Tradisional Boyang Suku Mandar. Harapannya informasi ini dapat memperkaya wawasan para pembaca.

Kamu juga bisa mengetahui informasi lengkap mengenai rumah adat Sulawesi Barat lainnya di situs yang sama.

Jangan lupa untuk tetap mencintai dan bangga dengan budaya daerah kita sendiri agar tetap lestari hingga ke masa anak cucu kita.

Scroll to Top