Hai warga Palembang, kalian pasti sangat bangga karena memiliki warisan nenek moyang super keren yang berupa rumah Cara Gudang.
Rumah adat Sumatera Selatan bernama Cara Gudang ini sangat ikonik berkat implementasi desain arsitektur yang khas dan juga orisinil. Menariknya lagi, bangunan rumah ini sarat dengan makna simbolis yang dalam.
Lantas, seperti apa penampakan desainnya dan makna simbolis apa yang tersimpan di dalamnya? Sebelum membahasnya, kita simak penjelasan singkat mengenai rumah adat ini terlebih dahulu.
Sekilas tentang Rumah Cara Gudang
Rumah Cara Gudang adalah sebuah rumah adat yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan, yang berupa rumah panggung memanjang seperti gudang.
Konstruksi bangunanya sederhana. Lebih tepatnya bertumpu pada pondasi berbentuk empat persegi panjang dengan penutup atap berbentuk limas.
Material konstruksinya sendiri dari kayu berkualitas dan material kayu yang digunakan tak hanya satu jenis saja. Melainkan beberapa jenis untuk bagian struktur yang berbeda-beda.
Kemudian untuk susunan ruangannya, sebenarnya tak jauh berbeda dengan susunan ruangan pada rumah limas.
Lebih spesifiknya terdiri dari tiga ruangan utama, yaitu ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Masing-masing memegang peranan yang berbeda.
Asal Usul Rumah Cara Gudang
Rumah adat Indonesia yang satu ini sebenarnya dulunya adalah rumah rakit yang dibangun di area rawa dan perairan.
Masyarakat membangun rumah-rumah rakit ini karena menyesuaikan kondisi topografi sebagian besar wilayah Sumatera Selatan pada masa itu adalah rawa-rawa.
Hal ini merupakan imbas dari adanya banyak sungai yang bermuara ke sungai induk, yakni Sungai Musi. Sungai-sungai ini memang sejak lama masyarakat manfaatkan sebagai jalur transportasi.
Jadi tak heran bila ada banyak rumah rakit yang bermunculan di sekitar sungai untuk kemudahan mobilitas.
Akan tetapi, pada masa dahulu, hanya orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang mumpuni atau penguasa yang bisa membangun rumah rakit.
Sebab, selain memerlukan biaya besar, faktor status sosial juga menjadi pertimbangan utama lainnya.
Rumah rakit bagi masyarakat asli Sumsel ada kaitan erat dengan status sosial yang disimbolkan oleh model lantai yang tinggi atau lantai Kekijing.
Perbedaan ketinggian lantai ini kemudian masyarakat hubungkan dengan filosofi mikro dan makro kosmos yang mengacu pada perbedaan hierarki dalam masyarakat.
Sebagai alternatif, masyarakat kemudian membangun rumah panggung di sekitar pinggir sungai.
Bentuk Arsitektur Rumah Cara Gudang
Seperti rumah adat Sumatera Selatan pada umumnya, konstruksi Cara Gudang Palembang ini tersusun atas tiga bagian utama, yaitu pondasi, badan, dan juga atap.
Pondasi di sini meliputi tiang-tiang penyangga dan pondasi rumah yang juga berperan sebagai pondasi lantai rumah.
Sementara bagian badan mencakup dinding, serambi, lantai, pintu, dan jendela rumah. Nah, bagian atap hanya terdiri dari rangka atap dan penutup atap yang bentuknya limas.
Pondasi
Sesuai dengan gambar rumah Cara Gudang di atas, model rumah adat ini tak lain adalah rumah panggung dengan tinggi kolong sekitar dua meter.
Rumah panggung ini berdiri kokoh dengan dukungan tiang-tiang penyangga yang berbahan kayu setinggi dua meter dari permukaan tanah.
Tiang-tiang penopang rumah ini terbuat dari balok-balok kayu berukuran besar yang menancap ke dalam tanah.
Agar pondasi kuat dan stabil, masyarakat setempat biasanya akan menambahkan timbunan batu dan juga tanah liat sebagai material utama kaki-kaki tiang.
Selain tiang, elemen penting penyusun pondasi rumah panggung ini adalah balok-balok kayu yang terpasang membujur dan melintang.
Pemasangannya harus tertata dan teratur, baik dari segi formasi maupun jarak antara balok kayunya.
Badan Rumah
Untuk bagian yang satu ini, kita akan mulai mengupasnya dari lantai rumah. Lantai rumah ini mengusung model lantai yang berbeda dengan model lantai limas.
Cara Gudang Sumatera Selatan tidak memiliki lantai bertingkat seperti lantai rumah limas. Melainkan lantai yang jauh lebih tinggi karena rumah ini bermodelkan rumah panggung.
Lantainya sendiri adalah lantai papan kayu yang terpasang dengan rapat dan rata. Kayu yang digunakan juga kayu yang memiliki kualitas kekuatan yang sangat baik.
Bagaimana dengan dinding rumah? Apakah terbuat dari kayu yang sama dengan lantai rumah? Ya, dinding rumah ini juga berupa papan-papan kayu.
Biasanya material kayu yang dipilih adalah material yang sama. Namun boleh-boleh saja apabila ingin menggunakan material kayu dari jenis kayu yang berbeda.
Jendela dan Pintu
Berbeda dengan rumah adat pada umumnya yang hanya mempunyai satu atau dua buah jendela saja, Cara Gudang ini hadir dengan banyak jendela.
Jika kamu amati lagi gambar di atas, hampir semua bagian dinding pada muka rumah tersemat jendela dengan jumlah yang cukup banyak.
Lalu di bagian tengah terdapat pintu utama yang ukurannya standard dengan model daun pintu tunggal.
Nah, baik jendela dan pintu pada rumah ini memiliki frame kayu sederhana sebagai pemanisnya.
Jendela-jendela ini tak hanya berperan sebagai pemanis saja. Peranan utamanya adalah sebagai bukaan agar sirkulasi udara dapat keluar dan masuk dengan lancar.
Pintu pada rumah ini juga berguna sebagai bukaan, akan tetapi fungsi utamanya adalah sebagai akses untuk keluar dan masuk ke dalam rumah.
Serambi
Ada yang unik dari area serambi pada rumah adat masyarakat Sumatera Selatan ini. Jika kamu lihat dengan seksama, areanya tak luas dan hanya sebatas pada area depan pintu utama.
Area serambi depan ini langsung terkoneksi dengan tangga utama yang berjumlah dua unit di sisi kanan dan kiri rumah.
Tangga
Eksterior rumah ini tampak megah dengan fitur dua buah tangga utama yang terdapat di kanan dan kiri rumah.
Bagian ujung atas kedua struktur tangga ini menyatu dengan serambi depan yang luasnya tak seberapa, membuat tampilan eksterior rumah ini unik dan khas.
Nah, struktur tangga pada rumah ini tergolong mewah karena mempunyai handling. Namun uniknya, handling pada masing-masing tangga ini hanya terpasang di satu sisi saja.
Tangga sebelah kiri hanya memiliki handling di sisi kiri saja. Begitu juga dengan tangga di sebelah kanan yang handling-nya hanya ada di sisi kanan saja.
Atap
Struktur atap rumah didukung dengan rangka atap yang terbuat dari kayu. Bagian penutup atap memiliki desain bentuk limas sederhana dengan puncak runcing.
Untuk rumah Cara Gudang masa kini sudah beratapkan genteng yang terbuat dari campuran tanah liat dan abu pembakaran jerami.
Sedangkan rumah zaman dulu, kemungkinan masih menggunakan material alami seperti alang-alang. Namun tidak ada info pasti mengenai hal tersebut.
Susunan Ruangan Rumah Cara Gudang
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, rumah adat ini terbagi atas beberapa ruangan, yaitu ruangan depan, tengah, dan ruangan belakang.
Ruangan Depan
Area ruang depan meliputi area beranda muka yang fungsinya beragam. Contohnya adalah sebagai tempat berkumpul dengan anggota keluarga.
Fungsi lainnya adalah sebagai tempat yang ideal untuk acara kenduri atau suatu pesta yang melibatkan keluarga dan masyarakat sekitar.
Ruangan Tengah
Area yang satu ini sifatnya semi-privat karena bisa digunakan untuk menerima tamu khusus atau tamu undangan.
Tamu undangan ini biasanya berasal dari kalangan yang lebih tua atau orang yang dituakan. Bisa juga tamu tersebut adalah para tetua adat yang menjabat pada saat itu.
Para tamu undangan ini akan mendapatkan tempat khusus di bagian dalam ruang tengah ini.
Sementara itu, ruangan belakang ini meliputi beberapa ruangan pribadi, seperti kamar tidur, ruang dalam, dan dapur.
Kamar di sini tak boleh ditempati oleh sembarang orang. Yang boleh menempati satu-satunya kamar ini adalah pasangan suami istri dan anak-anak mereka yang masih kecil.
Selain itu, hanya anak gadis saja yang juga boleh menempati kamar tersebut. Sedangkan orang tua dan anak lain yang masih belum dewasa menempati ruangan lain.
Namun pemikiran lama tersebut kian lama kian hilang karena banyak masyarakat Sumsel yang kini banyak mengadopsi ide-ide pembuatan kamar yang lebih modern.
Keunikan Rumah Cara Gudang
Ada beberapa hal unik yang bisa kamu temukan terkait dengan rumah adat asli masyarakat Sumsel ini.
Salah satunya adalah jenis material yang mana semua material yang menyusun rumah ini adalah kayu.
Jenis kayunya beragam, seperti kayu unglen, merawan, petanang, dan kayu tembesu. Semua jenis kayu tersebut terjamin kualitas kekuatannya.
Selain unik pada material pembuatnya, rumah ini juga unik dari segi mitos yang dulu masyaakat yakini.
Masyarakat percaya bahwa konstruksi bangunan rumah yang menjorok ke arah sungai akan membawa kemakmuran karena dekat dan menuju sumber air. Air merupakan sumber kehidupan.
Namun seiring dengan majunya zaman, pemikiran semacam ini kini tidak lagi menjadi landasan utama masyarakat.
Sebaliknya, sebagian besar masyarakat Sumsel masa kini lebih menyukai lokasi pembangunan rumah di area daratan.
Rumah-rumah yang mereka bangun juga sebagian besar adalah rumah tapak, bukan lagi rumah panggung dengan pertimbangan tidak berada di pesisir sungai.
Hal inilah yang membuat eksistensi rumah adat Cara Gudang ini kian lama kian jarang. Tentu sangat disayangkan karena jika dibiarkan, salah satu warisan budaya ini akan tersisihkan.
Maka dari itu, sudah menjadi tugas bagi kita sebagai generasi muda untuk melestarikannya. Minimal dengan mengenalnya dan berbagi informasi seputar rumah adat ini ke generasi muda lainnya.