Capit Gunting merupakan salah satu nama bangunan khas suku Sunda yang masih bisa kamu temukan di area Tasikmalaya, Jawa Barat.
Rumah adat Sunda satu ini tentu memiliki karakteristik atau keunikan tersendiri baik dari segi bentuk arsitektur, kegunaan, dan arti filosofis tiap aspek bangunannya.
Tampak sekilas rumah ini hampir sama dengan tempat tinggal suku Sunda lainnya seperti Jolopong, Julang Ngapak, Badak Heuai, dan Perahu Kemureb.
Rumah tersebut memiliki halaman belakang atau taman yang luas, kemudian pada bagian tiang kayunya banyak terdapat ukiran-ukiran indah bermotif bunga. Yang membedakan hanya bentuk atapnya saja.
Sejarah Rumah Capit Gunting Jawa Barat
Faktanya, asal muasal nama rumah capit gunting berasal dari dua kata dalam bahasa sunda yaitu “capit” dan “gunting”. Capit artinya asal mengambil dengan menggunakan ujung barang yang sama-sama terjepit.
Kemudian frasa “gunting” dalam bahasa sunda juga bermakna benda tajam berbentuk dua pisau menyilang yang dipakai untuk memotong.
Bagaimana sejarah rumah adat Capit Gunting? Rumah adat telah ada sejak ratusan tahun lalu, bahkan terkenal sebagai model bangunan kuno sekarang.
Konon masyarakat Sunda menganut kepercayaan dari para leluhur menggunakan gaya hidup tradisional sambil menjaga keseimbangan lingkungan sekitar.
Masyarakat mulai menerapkan gaya hidup tradisional dalam pembangunan huniannya menggunakan bahan sederhana seperti kayu, bambu, batu, dan bahan atap dedaunan.
Atap pelananya menjorok mirip “burung mengepakkan sayapnya”, sehingga ujung-ujung atap mayoritas berbentuk X atau O.
Tradisi masyarakat seolah mendorong terbentuknya rumah Capit khas Sunda, dimana bentuk atapnya menyerupai gunting atau huruf X.
Atap bangunan berukuran tinggi, sehingga para penghuni dalam rumah bisa merasa sejuk walaupun struktur bangunannya terbuat dari bahan tradisional.
Bentuk Arsitektur Rumah Capit Sunda
Rumah Sunda memang mayoritas memiliki bentuk arsitektur tradisional, walaupun detailnya kelihatan sangat tinggi.
Rumah adat Capit Gunting berbentuk rumah panggung setinggi 1,5 meter dengan atap capit gunting yang terdiri dari tiga bagian utama: bagian depan, bagian tengah, dan bagian belakang.
Bagian depan rumah berupa teras yang disebut golodog, yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu yang datang.
Ruangan tengah merupakan tempat untuk berkumpul keluarga, dengan kamar tidur atau bilik di sebelahnya. Adapun dapur dan goah (tempat menyimpan beras) terletak di depan rumah, berdampingan dengan ruang tamu.
Rumah adat capit gunting rata-rata memiliki ukuran yang relatif kecil, yaitu sekitar 5 meter x 8 meter.
Menariknya, rumah-rumah ini tidak memiliki pintu di dua arah yang berlawanan, karena masyarakat Sunda meyakini bahwa rezeki bisa masuk dari pintu depan, tetapi bisa keluar juga jika ada pintu di bagian belakang.
Bagian Atap Bangunan
Rumah tradisional dari sunda satu ini punya ciri khas struktur atap miring yang mirip seperti alat potong gunting. Pada bagian atas bangunan, kamu bisa melihat terdapat 2 atap berbentuk segitiga sama kaki. Atap kanan maupun kirinya saling bersilangan satu sama lain, sehingga terlihat mirip gunting bergerak.
Plafon Bangunan
Plafon rumah adat Capit Gunting terbuat dari bahan kayu, lalu bagian rangka atapnya berdesain lebih besar daripada kerangka lainnya.
Biasanya rangka atap terbuat dari bambu sebagai tempat penyimpanan bahan makanan atau barang pribadi pemilik rumah.
Tembok Bangunan
Tembok bangunan umumnya terbuat dari anyaman bambu agar udara bisa mudah keluar masuk melalui lubang-lubang kecil.
Pada bagian tembok bangunan, kamu bisa menemukan pintu sampai jendela terbuat dari material bambu sebagai bahan utamanya. Bagaimana cukup unik, bukan?
Bagian Pondasi
Rumah capit sunda berbentuk rumah panggung dengan pondasi menggunakan balok kayu dengan ketinggian sekitar 0,5 hingga 1,5 meter dari tanah.
Tujuan bangunan berbentuk panggung untuk mencegah air masuk ke dalam rumah saat musim hujan atau bencana banjir yang bisa tiba-tiba terjadi.
Lantai Rumah
Ciri khas rumah capit sunda adalah arsitekturnya yang unik memakai material bambu terbelah.
Nah, penggunaan bahan bambu bisa membuat sirkulasi udara bisa masuk melalui kolong bawah rumah. Orang Sunda biasa menyebut bambu terbelah yang ada di lantai dengan sebutan “Sepuluh”.
Keunikan dan Filosofis Rumah Capit Sunda
Bagian Atas Bangunan Berbentuk Gunting
Atap bangunan (sirap) terlihat seperti alat potong gunting yang menjulang tinggi. Adapun dindingnya terbuat dari potongan bambu tipis yang kemudian dianyam dengan pola anyam kepang.
Menurut kepercayaan masyarakat adat setempat, dinding rumah tidak boleh dicat warna kecuali menggunakan kapur.
Lantai rumahnya terbuat dari material bambu terbelah, sehingga membuat tampilan bangunannya tampak unik dan menarik walaupun menggunakan material sederhana.
Nggak cuma dalam hal arsitektur yang unik, tapi rumah adat tradisional dari Jawa Barat ini juga punya makna filosofi tersendiri lho!
Bentuk gunting melambangkan kehidupan manusia yang terus menghadapi berbagai pilihan, kamu harus memutuskan pilihan secara bijak agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Rumah Berbentuk Panggung
Rumah panggung memiliki makna simbolis yang menandakan bahwa tempat tinggal tidak boleh menempel langsung ke tanah.
Tujuan bangunan rumah lebih tinggi sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur atau orang-orang yang sudah lebih dulu meninggal dunia.
Menggunakan Bahan Alam
Bahan yang digunakan untuk membangun rumah adat capit gunting terdiri dari kayu dan bambu, dengan larangan untuk menggunakan tembok dan genteng.
Atap rumah terbuat dari eurih atau alang-alang kering serta daun tepus yang ditutupi ijuk.
Bahan-bahan ini memungkinkan sirkulasi udara yang baik di dalam rumah, serta karena sifatnya yang kedap air, atap juga membantu menjaga kehangatan di dalam rumah.
Lantai rumahnya menggunakan papuluh, bambu yang sudah disamak, diratakan kemudian disusun memanjang di atas rumah panggung.
Fondasi rumah berbentuk umpak, menggunakan batu papas yang dipasang secara vertikal, sementara tiang atau struktur kayu rumah dibuat dari kayu balok albasia.
Rumah Tahan Gempa
Secara keseluruhan material pembuatan rumah capit sunda menggunakan bahan alami yang ringan dan elastis. Hal ini membuat bangunan tidak terbebani oleh beban berat, sehingga ketika terjadi gempa, rumah tidak akan runtuh atau goyah.
Fungsi Rumah Capit Gunting
Selain memiliki berbagai keunikan tersendiri, rumah adat Sunda ternyata sangat fungsionalis sebagai tempat tinggal, tempat berkumpulnya keluarga, dan menjalankan aktivitas.
Apa tujuan pondasinya lebih tinggi? Penghuni rumah bisa menggunakan kolong untuk menyimpan peralatan tani dan stok kayu bakat.
Taman atau halaman belakang berukuran luas bermanfaat sebagai tempat bercocok tanam sayuran maupun buah-buahan semacam cabai, bayam, durian, pisang, rambutan, dan masih banyak lagi.
Bagian dalam bangunan terdiri atas dapur, kamar tidur, dan ruang tamu berukuran besar yang sangat nyaman.
Capit Gunting adalah salah satu rumah tradisional Jawa Barat yang bentuknya cukup unik menyerupai huruf X atau gunting.
Tidak hanya terbuat dari berbagai material sederhana, namun bangunan memiliki banyak fungsi sebagai tempat tinggal, penyimpanan barang pribadi, dan bercocok tanam bahan pangan.
Sebagai salah satu warisan budaya yang kaya akan nilai sejarah dan kearifan lokal, rumah adat Jawa Barat dengan arsitektur capit gunting merupakan bukti nyata dari kearifan nenek moyang dalam menciptakan hunian yang harmonis dengan alam.
Untuk Anda yang ingin merasakan langsung keunikan dan kehangatan suasana tradisional ini, tak ada salahnya berkunjung ke Kampung Naga, sebuah desa wisata di Tasikmalaya yang masih mempertahankan rumah capit gunting sebagai tempat tinggal.
Kunjungi Kampung Naga dan saksikan sendiri bagaimana nilai-nilai tradisi tetap hidup di tengah modernitas.