Rumah Adat Sumatera Utara

Rumah adat Sumatera Utara terdiri dari beberapa jenis yang berasal dari keanekaragaman budaya setempat.

Tidak hanya terkait filosofi bangunan, namun ragam suku juga dapat mempengaruhi aspek lain yang ada di lingkungan. Diantaranya seperti tradisi, budaya, hingga kuliner.

Memahami hal tersebut dapat memberikan wawasan tentang bagaimana karakteristik orang zaman dahulu.

Berdasarkan sejarah, terdapat rumah yang menjadi hunian para bangsawan dan masyarakat biasa. Perbedaannya dapat terlihat dari desain bangunan dan material yang digunakan.

Rumah masyarakat biasa menggunakan material dari bahan ijuk untuk bagian dinding dan lantai. Sedangkan rumah bangsawan menggunakan material kayu mahoni.

Sejarah Rumah Adat Sumut

Dalam sejarahnya, rumah adat di Sumatera Utara pernah menjadi tempat tinggal bagi masyarakat biasa dan juga para raja.

Namun, terdapat perbedaan yang signifikan antara rumah tempat tinggal para raja dan rumah tempat tinggal masyarakat biasa.

Sebagai contoh, para raja dari suku Batak Toba menempati rumah adat yang dikenal sebagai Ruma Bolon, atau juga disebut Jabu Bolon. Dulunya, Ruma Bolon merupakan hunian untuk 13 raja yang tinggal di Sumatera Utara.

Berdasarkan catatan sejarah, Raja pertama yang membangun dan menempati rumah ini adalah Raja Tuan Rahalim, seorang raja yang pernah berkuasa di Simalungun pada pertengahan abad ke-19.

Sementara itu, pada masa lalu, masyarakat non-bangsawan dari suku Batak Karo tinggal di rumah besar yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu.

Rumah ini dihuni oleh lebih dari satu kepala keluarga. Di bawah rumah panggung ini, terdapat berbagai hewan ternak yang menjadi sumber penghidupan bagi keluarga yang tinggal di atasnya.

Ciri Khas Rumah Adat Sumatera Utara

Rumah adat Sumatera Utara, dengan ciri khas utamanya berbentuk persegi panjang dan berdesain rumah panggung, menampilkan keunikan tersendiri.

Tingginya, yang rata-rata mencapai 1,75 meter dari tanah atau setara dengan tinggi orang dewasa, mencerminkan kearifan lokal dalam merancang rumah.

Desain rumah panggung ini memerlukan tangga sebagai akses masuk ke dalam rumah. Menariknya, ada adat yang mengharuskan tamu, bahkan penghuni rumah itu sendiri, untuk merunduk saat menaiki tangga. Ini merupakan bentuk penghormatan kepada rumah dan pemiliknya.

Selain itu, rumah adat ini juga memiliki ciri khas pada bagian atapnya. Bentuk atap yang melengkung di bagian depan dan belakang, mirip dengan pelana kuda, memberikan keindahan tersendiri.

Bagi masyarakat Batak, atap rumah dianggap sebagai tempat suci. Oleh karena itu, mereka biasanya menyimpan benda-benda berharga dan pusaka di atap rumah.

Jenis-jenis Rumah Adat Sumatera Utara dan Gambarnya

Sumatera Utara dihuni oleh beberapa suku yang memiliki kebiasaan dan budaya berbeda sehingga menciptakan peninggalan budaya dengan karakteristik beragam.

Gaya rumah panggung dengan tinggi sekitar 1,75 meter menjadi karakteristik dari budaya yang diterapkan masyarakat sekitar.

Menurut adat, tamu maupun penghuni yang melewati tangga untuk masuk ke rumah harus merunduk sebagai bentuk penghormatan.

Bagian atap dianggap suci karena berfungsi untuk menyimpan barang berharga. Apa saja jenis rumah adat peninggalan masyarakat Sumatera Utara, berikut informasinya.

1. Rumah Nias

Rumah adat Nias

Keunikan rumah adat Sumatera Utara yang lokasinya berada di pesisir ini yaitu dibangun dengan bermacam desain.

Diantaranya yang paling unik adalah Omo Sebua dan Omo Nina. Rumah ini merupakan tempat tinggal untuk kepala negara yang disebut dengan Takenori.

Selain itu bisa juga tinggali oleh bangsawan atau kepala desa. Walaupun memiliki desain yang berbeda-beda, biasanya pondasi rumah dibangun dengan tiang kayu nibung berukuran besar dan tinggi dengan bentuk denah membulat.

Hal ini menjadi daya tarik utamanya sehingga terlihat unik. Meskipun hanya mengandalkan material yang ada di alam, namun bisa menghadirkan konsep bangunan tradisional yang mengagumkan.

Hal ini tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi generasi selanjutnya. Menariknya, rumah ini memiliki bangunan tambahan yang terpisah dari area utama yang berfungsi sebagai ruang makan dan dapur.

2. Rumah Bagas Godang

Rumah Bagas Godang

Rumah adat Sumatera Utara berbentuk empat persegi panjang ini memiliki ciri khas disangga oleh kayu besar yang berjumlah ganjil. Umumnya bangunan ini merupakan tempat tinggal suku Batak Mandailing.

Terdapat pembagian ruangannya sesuai fungsi, diantaranya ruang tidur, tengah, depan, dan dapur. Material rumah didominasi dengan kayu dan memiliki kolong. Jumlah anak tangga untuk sampai ke pintu masuk sekitar 7-8.

Pada bagian depan akan terlihat pintu lebar dengan bunyi khas menderit ketika dibuka. Mulanya, rumah adat Mandailing ini adalah tempat tinggal para raja namun kini telah menjadi warisan budaya yang bisa digunakan oleh masyarakat.

Atapnya berbentuk segitiga gunting dan tersusun atas dedaunan kering dan ilalang. Pada bagian atap depan terdapat ornamen berwarna merah, putih, dan hitam yang menjadi ciri khas mempesona.

3. Rumah Adat Karo

Rumah Adat Karo

Keistimewaan rumah Karo adalah dari aspek konstruksinya yang tidak menggunakan paku sama sekali. Rumah dibangun dengan teknik lilit menggunakan material kayu dengan tinggi mencapai 12 meter.

Rumah Karo memiliki sebutan lain yaitu Siwaluh Jabu yang artinya dihuni oleh delapan keluarga. Setiap keluarga memiliki peranan masing-masing dalam kehidupan rumah tangga.

Delapan keluarga yang tinggal di rumah tersebut dipilih berdasarkan keputusan sang pemangku adat sekitar.

Norma adat pada daerah ini sangatlah kental dan dijaga dengan baik. Rumah tersusun dari enam belas tiang yang bersandar pada bebatuan sehingga lebih kokoh.

Atapnya dibuat dari bahan ijuk hitam yang diikat pada kerangka anyaman bambu. Desain arsitekturnya yang menarik membuat para wisatawan lokal hingga mancanegara menjadi penasaran dan ingin melihatnya.

4. Rumah Simalungun

Rumah Simalungun

Rumah adat batak Sumatera Utara bernama Simalungun memiliki karakteristik desain bangunan yang berbentuk limas.

Tidak jauh berbeda dengan rumah adat lainnya yang ada di Sumatera Utara, Simalungun dibangun dengan model panggung.

Bagian kolongnya dibuat dengan tinggi 2 meter agar bisa mencegah masuknya hewan hutan ke rumah. Bagian kaki rumah terdapat beberapa kayu penyangga yang dilengkapi ukuran dan diberi warna.

Pintu didesain pendek sehingga seseorang yang ingin masuk ke rumah perlu membungkuk. Hal tersebut diterapkan berdasarkan filosofi adat yang bertujuan untuk menghormati pemilik rumah. Rumah adat ini awalnya dibangun pada tahun 1939 oleh Raja Simalungun.

5. Rumah Bolon

Rumah Bolon

Rumah adat dari Sumatera Utara adalah Bolon yang berasal dari suku Batak. Dahulu bangunan ini adalah hunian para raja.

Tetapi sekarang bisa juga dihuni oleh masyarakat biasa. Ukurannya yang cukup besar membuat rumah ini cocok untuk beragam aktivitas.

Artinya menjadi tempat pertemuan keluarga besar. Desainnya berbentuk panggung sesuai dengan budaya setempat. Bagian atas memiliki beberapa kamar sehingga dijadikan sebagai area tempat tinggal. Area kamar dibuat tinggi dibandingkan dapur.

Bentuk dinding rumah sengaja dibuat miring untuk menghadirkan karakteristik yang unik. Bahan penyusun dinding menggunakan daun rumbia.

Rumah Bolon atau rumah gorga sebutan lainnya, dibangun hanya menggunakan material kayu terpilih. Cirinya adalah akan berbunyi nyaring ketika diketuk.

Meskipun Sebagian besarnya didominasi dengan material kayu, namun tidak menggunakan paku sebagai penghubung.

Melainkan menggunakan bahan lain seperti tali yang terbuat dari ijuk. Sistem pemasangan dilakukan secara cermat sehingga bangunan bisa kuat dan kokoh.

6. Rumah Angkola

Rumah Angkola

Konsep desain rumah adat Sumatera Utara Angkola sangatlah unik. Bentuknya persegi sama sisi dengan bagian atap membesar ke depan. Kemudian mengecil ke bagian atas sehingga terlihat mirip dengan bentuk segitiga.

Atapnya disusun dengan menggunakan material tanah liat dan ijuk. Untuk dinding serta lantainya menggunakan bahan papan kayu.

Rumah adat ini milik suku Batak Angkola. Banyak yang mengatakan bahwa desainnya mirip dengan rumah adat Bagas Godang.

Padahal jika diperhatikan, terdapat perbedaan bentuk hingga warna pada bangunan. Atap rumah Angkola berbentuk kotak dan ukurannya lebih besar. Selain itu, warna rumah Angkola didominasi dengan orange, coklat tua, dan putih.

7. Rumah PakpakRumah Pakpak

Karakteristik rumah Pakpak terlihat berbeda karena memiliki warna paling cerah diantaranya yang lainnya.

Penggunaan warna jingga dan merah membuat arsitekturnya terlihat menawan. Meskipun begitu, masih ada juga rumah Pakpak yang berwarna coklat dan hitam.

Sedangkan bagian atapnya berwarna putih. Desain atapnya sangat unik dan terlihat mirip tanduk kerbau. Hal tersebut menjadi lambang kepahlawanan yang berkaitan dengan pemilik rumah.

Jiwa kepahlawanan masyarakat sekitar cukup tinggi sehingga hal tersebut menjadi simbolis untuk mencerminkan budaya sekitar. Material pembentuk atap dan lantainya disusun dari ijuk.

Bangunan rumah ini dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai tempat musyawarah untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Filosofinya yang mendalam mampu memberikan pesan bagi generasi muda untuk tetap kuat dan berprinsip.

8. Rumah Adat Puri Melayu Sri

Rumah Adat Puri Melayu Sri

Berikut nya ada rumah adat Suku Melayu yang tinggal di Sumatera Utara dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Namanya adalah Puri Melayu Sri Menantu yang artinya yaitu menanti kedatangan keluarga besar.

Konsep bangunannya menggunakan rumah panggung dengan ukiran khas melayu. Kebanyakan rumah tradisional Melayu Sumut identik dengan penggunaan warna hijau dan kuning.

Sementara dinding dan lantainya menggunakan papan yang terbuat dari ijuk. Jika ingin melihatnya, Kamu bisa mengunjungi Kecamatan Deli Serdang, Kabupaten Labuhan, Kota Medan.

Sebagian besar rumah adat Sumatera Utara saat ini menjadi destinasi wisata yang menarik karena pesonanya yang memikat.

Namun beberapa rumah juga masih berfungsi sebagai tempat berkumpul untuk bermusyawarah atau melaksanakan upacara adat suku setempat.

Itulah rangkuman materi tentang rumah adat Sumatera Utara yang bisa Kamu pelajari dengan seksama.