Suku Minang atau Minangkabau adalah suku mayoritas yang tinggal di Provinsi Sumatra Barat. Suku Minang memiliki rumah adat khas Sumatera Barat yang bernama Rumah Gadang.
Bangunannya sangat ikonik dan banyak digunakan sebagai logo pada rumah makan padang yang banyak tersebar di pinggir jalan.
Kalau Kamu tertarik mempelajari arsitektur yang ada pada rumah adat Suku Minang ini, bisa baca materi tentang rumah adat Sumbar berikut ini.
Sekilas Tentang Rumah Adat Sumbar
Rumah adat yang dikenal dengan nama Rumah Gadang, atau sering disebut oleh masyarakat Minangkabau sebagai Bagojong / rumah bergonjong (rumah yang semakin ke ujung semakin lancip), memiliki ciri khas dengan atap yang meruncing.
Bentuk Rumah Gadang ini memang unik, banyak yang mengatakan mirip dengan bentuk kapal. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa bentuknya mirip dengan tanduk kerbau.
Dalam buku “Rumah Gadang yang Tahan Gempa” karya Gantino Habibi sejarah arsitektur rumah gadang berkaitan dengan kemenangan rakyat Minangkabau dalam pertempuran melawan Majapahit.
Bentuk unik ini kemudian diadaptasi dan menjadi ciri khas dari Sumatera Barat. Tidak hanya digunakan pada bangunan, bentuk ini juga digunakan sebagai ikon logo pemerintah daerah dan hiasan pengantin wanita.
Fungsi Rumah Adat Gadang Sumatera Barat
Rumah Gadang atau Godang, yang kita kenal sebagai rumah adat Sumatera Barat, sebenarnya hanya salah satu dari beberapa jenis rumah adat di Sumatera Barat yang dikenal oleh masyarakat.
Rumah adat ini berfungsi sebagai tempat pertemuan keluarga, pesta pernikahan, musyawarah warga, dan berbagai aktivitas perkumpulan lainnya.
Seperti rumah pada umumnya, Rumah Gadang juga digunakan sebagai tempat tinggal keluarga besar, terutama untuk kaum perempuan.
Hal ini dibuktikan dengan jumlah kamar yang tersedia di rumah ini, yang disesuaikan dengan jumlah perempuan dalam keluarga tersebut.
Alasan mengapa kamar tidur disesuaikan dengan jumlah perempuan adalah karena hanya perempuan dan suaminya yang boleh tinggal di rumah tersebut.
Anak laki-laki yang belum menikah akan tinggal di surau yang terpisah dari Rumah Gadang. Budaya ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa laki-laki Minang banyak yang merantau.
Seorang perempuan yang telah menikah mendapatkan sebuah kamar untuk dirinya dan suaminya. Perempuan yang sudah beranjak remaja biasanya menempati kamar bersama yang berada di bagian ujung rumah.
Sementara itu, anak-anak dan perempuan yang sudah tua mendapatkan kamar yang letaknya dekat dengan dapur.
Selain ruang tidur, seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruang terbuka. Ruang terbuka ini terdiri dari ruang dan lanjar, yang ditandai dengan susunan tiang yang berbanjar dari kiri ke kanan dan dari depan ke belakang.
Dari kiri ke kanan menandai ruang, sementara dari depan ke belakang menandai lanjar. Jumlah ruangan harus ganjil, antara tiga sampai sebelas, dan jumlah lanjar disesuaikan dengan ukuran rumah.
Dalam budayanya, rumah adat Sumbar biasanya dibangun di atas lahan milik keluarga induk suku setempat. Uniknya, rumah ini hanya dapat dimiliki dan diwariskan dari perempuan ke sesama perempuan dalam keluarga tersebut.
Selain rumah utama, rumah adat Sumatera Barat juga disertai dengan bangunan-bangunan pendukung yang memiliki fungsi masing-masing. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1. Anjuang
Di bagian sayap kanan dan kiri Rumah Gadang biasanya terdapat anjuang atau ruang anjung. Anjuang berguna untuk tempat bersandingnya pasangan pengantin yang baru menikah atau tempat pelantikan kepala adat suku Minang.
2. Rangkiang
Rumah Gadang selalu memiliki satu bangunan terpisah di bagian depannya yang disebut rangkiang. Fungsi rangkiang adalah sebagai tempat penyimpanan padi. Ini juga menandakan bahwa di rumah tersebut ada kehidupan.
3. Surau
Surau merupakan rumah ibadah yang biasanya digunakan untuk sholat. Biasanya terletak tak jauh dari rumah gadang.
Selain dimanfaatkan sebagai sarana ibadah karena mayoritas penduduknya Muslim, surau juga kerap dijadikan tempat belajar.
Keunikan Rumah Adat Sumatera Barat
Rumah adat Sumatera Barat, yang dikenal dengan Rumah Gadang atau Bagojong, memiliki bentuk yang unik dan khas, dengan ujung-ujung atap yang meruncing seperti tanduk kerbau dan melengkung turun di bagian tengah.
Berikut adalah beberapa keunikan dari rumah adat satu ini:
Bentuknya Mirip Perahu
Tampak secara keseluruhan, Rumah Gadang mempunyai bentuk yang mirip perahu, dengan bagian bawah yang berukuran kecil dan membesar di bagian atasnya.
Sebagai salah satu jenis rumah panggung, rumah ini dapat mengurangi risiko masuknya hewan-hewan liar.
Atap Tanduk Kerbau
Bentuk tanduk kerbau menjadi ciri khas dalam budaya Minang. Tanduk Kerbau melambangkan harapan untuk mendekatkan diri pada Tuhan melalui nilai-nilai dan amal ibadah.
Bentuk ini juga melambangkan kemenangan, yang diambil dari sejarah kemenangan suku Minang dalam perlombaan adu kerbau di Pulau Jawa di masa lalu.
Peletakan Tiang
Tiang rumah adat Sumatera Barat tidak ditancapkan ke dalam tanah, tetapi ditumpukan di atas batu yang berbentuk datar dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap tekanan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan yang parah saat terjadi gempa.
Kayu yang Tahan Rayap
Kayu-kayu yang digunakan dalam pembangunan rumah ini adalah kayu-kayu berkualitas terbaik yang tahan terhadap hama kayu.
Sebelum digunakan untuk membangun rumah, kayu tersebut direndam di air selama beberapa tahun untuk melarutkan zat-zat yang disukai rayap, sehingga kayu menjadi antirayap.
Tidak Menggunakan Paku
Untuk mencegah kerusakan pada dinding saat terjadi gempa, sambungan antar kayu mengandalkan pasak kayu, bukan paku. Konsep seperti ini mengingatkan pada pembuatan kapal kayu pada jaman dahulu.
Tahan Gempa
Saat gempa bumi melanda tanah Minang, Rumah Gadang dikabarkan tidak ada yang mengalami kerusakan. Hal tersebut karena memang desain arsitekturnya dirancang untuk dapat menahan goncangan gempa.
Lumbung Pangan Terpisah dari Rumah
Karena Rumah Gadang rawan terbakar, cadangan makanan disimpan di tempat yang tidak riskan terbakar.
Rangkiang ini berguna lumbung padi sebagai bentuk antisipasi untuk mengurangi kerugian yang terlalu dalam jika terjadi musibah yang tak diinginkan.
Nama Rumah Adat Sumatera Barat dan Gambarnya
Rumah Gadang Sitinjau Lauik
Rumah Gadang Sitinjau Lauik, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dirancang dengan atap yang meruncing.
Tujuan dari desain ini adalah untuk memastikan atap bebas dari endapan air hujan, karena air akan langsung turun ke tanah berkat bentuk atap yang lancip tersebut.
Biasanya, daerah dengan topografi datar lebih memilih jenis rumah gadang ini. Salah satu contohnya adalah di Kota Padang Panjang, yang kini berfungsi sebagai Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau.
Rumah Gadang Kajang Padati
Sementara itu, Rumah Gadang Kajang Padati memiliki desain yang berbeda dari rumah gadang pada umumnya yang memiliki atap runcing.
Kajang Padati sengaja dirancang dengan atap yang menumpul untuk menyesuaikan dengan kondisi alam pesisir.
Alasannya, bila atapnya dibuat runcing, maka rumah tersebut bakal rawan diterpa angin puting beliung yang kerap terjadi di daerah tersebut, seperti di Padang dan Padang Pariaman.
Rumah Gadang Gajah Maharam
Nama ‘Gajah Maharam’ berasal dari kata ‘gajah tidur’, yang menggambarkan bentuk rumah ini yang besar dan mengembang, mirip dengan gajah yang sedang tidur.
Rumah ini memiliki ruang di bagian kanan dan kiri yang terlihat seperti sambungan dari bangunan utama.
Rumah Gadang Gajah Maharam ini dikenal sebagai salah satu rumah adat paling megah di Sumatera Barat.
Bangunan ini dibuat dari kayu-kayu berkualitas tinggi seperti juar, surian, dan ruyung. Atapnya dibuat dari seng, dan didukung oleh 30 tiang yang membuatnya tahan gempa. Rumah ini biasanya memiliki lebih dari 6 gonjong.
Rumah ini sering digunakan sebagai tempat bersanding pengantin dalam acara adat, tempat bermain anak-anak, atau tempat menenun.
Kamu bisa menemukan Rumah Gadang Gajah Maharam ini di Kabupaten Solok Selatan, tepatnya di Nagari Koto Baru.
Rumah Gadang Sibak Baju
Selanjutnya, ada Rumah Gadang Sibak Baju. Rumah ini memiliki dua gonjong di bagian tengah atap yang menyerupai belahan baju, atau ‘sibak baju’.
Rumah ini terbuat dari kayu dan sasak, dengan bentuk dasar yang mirip dengan Gajah Maharam.
Beberapa contoh bangunan yang mirip dengan rumah ini adalah Istana Ampang Tinggi di Malaysia, Rumah Adat Lontik/Pencalang di Riau, dan Istana Seri Menanti di Malaysia.
Rumah Gadang 7 Gonjong: Alang Babega
Berikutnya, ada Rumah Gadang Alang Babega. Nama ‘Alang Babega’ berarti burung elang, yang menggambarkan bentuk gonjong rumah ini yang menyerupai elang yang sedang terbang.
Meski bagian lainnya mirip dengan rumah gadang lainnya, rumah ini memiliki ruangan kecil di bagian tengah atap dengan atap gonjong, sehingga jumlah gonjongnya menjadi ganjil.
Rumah Gadang 5 Gonjong: Rajo Babandiang/Gonjong Limo
Rumah Gadang Gonjong Limo adalah jenis rumah adat yang umum ditemui ketika Anda berkunjung ke Luhak Limo Puluah Koto dan Payakumbuah.
Jenis rumah gadang ini memiliki lima gonjong atau atap, dengan empat di antaranya sejajar dan satu lagi berada di ujung luar dan tidak sejajar.
Dilihat dari samping, rumah ini tampak seperti beberapa rumah gadang yang disatukan, sehingga mendapatkan julukan ‘rajo babandiang’ yang berarti ‘berdampingan’.
Rumah Gadang Bagonjong Banyak
Selanjutnya, ada Rumah Gadang Begojong Banyak, yang memiliki lebih dari enam gonjong, bahkan bisa mencapai sembilan gonjong.
Rumah ini sangat dilestarikan oleh masyarakat Nagari Abai, Solok Selatan, yang memiliki hukum adat yang sangat kuat, bahkan lebih kuat daripada hukum pemerintahan.
Masyarakat setempat lebih memilih untuk mengikuti aturan adat daripada peraturan pemerintah.
Rumah Gadang Koto Piliang
Rumah Gadang Koto Piliang biasanya terdiri dari tiga gonjong, dengan satu di depan dan belakang, serta tiga lainnya di sisi kiri dan kanan.
Tipe rumah gadang ini memiliki anjungan yang ditinggikan di bagian kanan dan kiri, menunjukkan status pemimpin yang lebih tinggi dari masyarakat umum.
Rumah Gadang Bodi Caniago
Rumah Gadang Bodi Caniago memiliki dua gonjong di sisi kiri dan kanan bangunan, menjadi ciri khas yang membedakannya dari rumah gadang lainnya.
Beberapa bangunan bahkan memiliki gonjong tambahan di belakang atau depan, dan ada juga yang tanpa anjungan.
Posisi duduk di rumah ini dibuat sejajar, simbolisasi bahwa setiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat, menunjukkan nilai musyawarah dalam masyarakat.
Rumah Gadang Batingkek
Kemudian, ada Rumah Gadang Batingkek, yang memiliki empat gonjong atau bertingkat.
Ini adalah pengembangan dari tiga model rumah gadang sebelumnya, yaitu gajah maharam, rajo babandiang, dan serambi papek, dengan tambahan ruang di lantai kedua dan ketiga yang disebut paranginan.
Menurut kepercayaan masyarakat Minangkabau, gonjong bertingkat ini digunakan untuk menyimpan hasil panen. Daerah Singkarak, Solok, masih menjaga kelestarian rumah adat ini.
Rumah Gadang Gonjong Anam
Tipe rumah gadang ini merupakan transformasi dari rumah gadang gajah maharam dengan desain yang lebih modern.
Bagian penutup kolong rumah (selangko) yang biasanya dibuat dari anyaman, kini menggunakan papan.
Meski demikian, ukiran khas suku Minangkabau tetap ada di sisi-sisi rumah. Bangunan ini juga ditambah dengan anjung dan memiliki lebih banyak jendela.
Rumah Gadang Surambi Papek
Terakhir, ada Rumah Gadang Surambi Papek/Bapaserek, yang namanya diambil dari kata ‘bapamokok’ dan ‘papek’.
‘Bapamokok’ dalam bahasa Minang berarti pengakhiran pada sisi kanan dan kiri rumah, sedangkan ‘papek’ berarti pintu masuk dari arah belakang.
Oleh karena itu, siapa pun yang ingin memasuki rumah ini harus melalui pintu belakang.
Hal ini memiliki makna bahwa pemilik rumah ini adalah perempuan, sehingga laki-laki hanya boleh menumpang dan tidak boleh menetap di rumah ini. Meski demikian, rumah ini memiliki ruang tamu, meski tidak terlalu luas.
Kini, rumah ini mulai dimodifikasi, terutama di Koto Merapak Bukit Tinggi, dengan memindahkan surambinya ke depan atau menambahkan serambi dengan dua anak tangga.