Rumah Adat Riau

Rumah adat Riau mempunyai makna filosofis yang menarik untuk dipelajari. Dari belajar rumah adatnya, Kamu dapat tahu seperti apa kebudayaan dan tradisi masyarakat melayu terdahulu.

Nggak hanya itu saja, desain arsitektur beberapa rumah adat Riau memiliki makna baik yang mungkin bisa Kamu terapkan di masa sekarang.

Oleh karena itu, bagi Kamu yang punya minat dalam bidang arsitektur, bisa mempelajari tentang jenis-jenis rumah adat riau beserta makna filosofisnya di sini.

Penjelasan Rumah Adat Riau

Rumah tradisional Riau, yang umumnya berbentuk rumah panggung, memiliki berbagai jenis yang masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri.

Alasan utama masyarakat Riau membangun rumah panggung adalah untuk menghindari binatang buas, mengingat dahulu kala hutan masih banyak.

Selain itu, rumah panggung juga dibangun dengan mempertimbangkan lingkungan sekitar yang kebanyakan berupa air, seperti sungai atau laut.

Dengan demikian, saat air pasang, rumah tetap aman dan tidak tergenang. Jika lingkungan sekitar tidak berair dan jauh dari hutan, bagian kolong rumah biasanya dimanfaatkan untuk beternak.

Rumah adat Riau memiliki berbagai fungsi yang masih lestari hingga saat ini. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat tinggal.

Selain itu, rumah adat juga menjadi tempat berkumpul masyarakat, baik untuk musyawarah atau kegiatan lainnya, menjadikannya sebagai pusat kegiatan masyarakat. Rumah adat Riau juga sering dipakai untuk tempat acara adat atau ritual setempat.

Beberapa masyarakat bahkan menggunakan rumah adat sebagai simbol status sosial, di mana semakin rumit ukuran dan bentuk rumah, semakin tinggi status sosial pemiliknya.

Rumah adat juga menjadi tempat pendidikan budaya, tempat wisata, dan berperan dalam menjaga kelestarian alam.

Ciri khas lain dari rumah adat Riau adalah pemilihan warna yang cerah, seperti kuning, yang memberikan kesan semangat, ceria, dan menarik perhatian.

Warna kuning biasanya dipadukan dengan warna merah, cokelat, hingga biru, sehingga rumah tampak semakin menarik.

Rumah adat Riau dibangun menggunakan bahan-bahan alami, seperti bambu, kayu, dan ijuk, yang digunakan untuk alas, badan, hingga atap rumah.

Ciri khas lainnya adalah penyesuaian yang tinggi terhadap lingkungan, baik saat air laut pasang maupun surut.

Secara umum, rumah adat Riau dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu selasar (beranda), rumah induk, dan penanggah. Bentuk atapnya bervariasi, tergantung jenis rumah, mulai dari yang melengkung, segitiga, dan lainnya.

Jenis-jenis Rumah Adat Melayu Riau

Rumah Melayu Atap Limas Potong

Rumah Melayu Atap Limas Potong adalah salah satu jenis rumah adat Melayu yang memiliki bentuk unik berupa panggung.

Nama ‘Limas Potong’ sendiri diambil dari bentuk atap rumah ini yang menyerupai bangunan limas yang terpotong.

Keberadaan Rumah Melayu Atap Limas Potong hingga saat ini masih terjaga dengan baik. Ukuran pembangunan rumah ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi pemiliknya.

Dengan kata lain, semakin mampu pemiliknya, maka ukuran rumahnya akan semakin luas. Sebagai rumah panggung, Rumah Atap Limas Potong memiliki ketinggian sekitar 1,5 meter dari permukaan tanah.

Rumah ini umumnya memiliki lima bagian utama, yaitu teras, ruang depan, ruang tengah, ruang belakang, dan dapur.

Dinding rumah ini dibangun dari susunan papan kayu berwarna coklat, memberikan kesan hangat dan alami pada rumah ini.

Selaso Jatuh Kembar

Selaso Jatuh Kembar

Selaso Jatuh Kebar adalah rumah adat khas Riau yang berbentuk balai selaso jatuh. Meski bukan tempat tinggal pribadi, balai ini memiliki fungsi penting sebagai tempat berkumpul dan bertemu bagi masyarakat setempat.

Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar ini memiliki desain arsitektur yang unik. Bangunan rumah ini dirancang dengan penyangga dan lantai yang sejajar, memberikan kesan harmonis dan seimbang.

Salah satu detail menarik dari rumah ini adalah ukiran di bagian tangga, yang disebut ‘lebah bergantung’ atau ‘ombak-ombak’ karena bentuknya yang menyerupai ombak.

Meski bukan tempat tinggal, rumah adat ini memiliki beberapa sekat yang membagi ruangannya menjadi beberapa bagian.

Setiap sekat memiliki fungsi tertentu, mencerminkan struktur sosial masyarakat. Ada ruang khusus untuk tetua, laki-laki, dan perempuan, memfasilitasi interaksi sosial yang terorganisir.

Selain itu, beberapa ruang lainnya difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda adat, menjaga warisan budaya mereka tetap aman dan terawat.

Rumah Belah Bubung

Rumah Belah Bubung

Rumah Belah Bubung, atau yang juga dikenal dengan Rumah Rabung atau Rumah Bumbung Melayu, merupakan jenis rumah panggung yang lebih sederhana dibandingkan dengan rumah Selaso Jatuh Kembar.

Jenis rumah adat Riau satu ini, biasanya terbagi menjadi tiga bagian utama: selasar, rumah induk, dan penanggah.

Salah satu ciri khas dari rumah ini adalah variasi bentuk atapnya, yang juga bisa menjadi penamaan untuk rumah adat tersebut.

Misalnya, jika atapnya agak mendatar, rumah tersebut disebut Rumah Lipat Kajang. Sementara itu, atap yang bertumpuk dan ditambah dengan bahan lain dikenal sebagai Rumah Atap Layar atau Ampar Labu.

Seperti halnya rumah panggung lainnya, tiang merupakan bagian yang sangat penting. Pada Rumah Belah Bubung, tinggi tiang berkisar antara 1,5 meter hingga 2,4 meter.

Rumah Melayu Lipat Kajang

Rumah Melayu Lipat Kajang

Hunian Melayu Lipat Kajang adalah salah satu jenis rumah adat Melayu yang berbentuk panggung.

Rumah ini memiliki atap yang dikenal sebagai ‘lipat kajang’, yang berbentuk bumbung dengan kemiringan yang cukup curam, memudahkan aliran air hujan.

Kayu yang digunakan dalam pembangunan Rumah Lipat Kajang ini dihiasi dengan ukiran-ukiran ornamen yang indah, seperti ‘selembayung’ atau ‘Selo bayuang’ dan ‘tanduk buang’, yang terdiri dari motif-motif tumbuhan, bunga, dan hewan.

Meski berbentuk rumah panggung, bagian dasar Rumah Lipat Kajang ini juga difungsikan sebagai ruangan.

Bagian depan rumah ini memiliki selasar yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ruang tengahnya, yang sering digunakan sebagai tempat untuk menjamu tamu.

Rumah Melayu Atap Lontik

Rumah Melayu Atap Lontik

Rumah Melayu Atap Lontik adalah sebuah rumah adat berbentuk panggung dengan bentuk persegi panjang.

Bangunan rumahnya memiliki berbagai elemen utama seperti tangga, tiang, rasuk, gelegar, tutup tiang, alang, kasau, tunjuk langit, sento dan jenang.

Setiap elemen memiliki makna simbolis tertentu. Misalnya, tiang segi empat melambangkan empat arah mata angin, dengan harapan penghuni rumah dapat mendapatkan rejeki dari keempat arah tersebut.

Rumah ini terbagi menjadi tiga bagian utama. Ruang pertama adalah ruang muka atau ruang bawah, yang sering digunakan sebagai tempat berkumpul dan beribadah dalam berbagai upacara.

Ruang kedua adalah ruang tengah atau rumah induk, yang digunakan sebagai tempat tidur pemilik rumah dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai pelaminan dalam acara pernikahan.

Kemudian ruang ketiga adalah ruang belakang atau pedapuan, yang difungsikan sebagai dapur dan tempat makan keluarga.

Terkadang, ruang belakang dan ruang induk tampak menyatu karena tidak ada pembatas berupa ruangan lain. Ini mencerminkan konsep kekeluargaan dan kebersamaan dalam budaya Melayu.

Rumah Singgah Sultan Siak

Rumah Singgah Sultan Siak

Rumah Singgah Siak adalah sebuah rumah adat yang mayoritas dibangun dari kayu, dengan beberapa elemen seperti tangga yang dibuat dari bata berspesi.

Bangunan ini memiliki dimensi panjang 17 meter dari utara ke selatan dan lebar 8 meter dari barat ke timur.

Dilihat dari atas, desain rumah ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu dua persegi panjang besar dan satu persegi panjang kecil.

Saat ini, Rumah Singgah Siak yang berlokasi di Jembatan Siak III, Kampung Bandar, Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau, dilindungi sebagai situs cagar budaya.

Rumah ini memiliki nilai historis yang tinggi, karena di tempat inilah Sultan Siak dan pengiringnya biasa beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan mereka.

Balai Adat Melayu Riau

Balai Adat Melayu Riau

Berlokasi di Jalan Pangeran Diponegoro, Pekanbaru, Balai Adat Melayu Riau berdiri megah sebagai pusat balai adat.

Bangunan ini memiliki dua lantai, dengan setiap lantai memiliki fungsi dan keunikan tersendiri.

Lantai atas dihiasi dengan ungkapan-ungkapan adat dan pasal-pasal dari Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji yang menghiasi dinding dan pintu masuk.

Sementara itu, lantai pertama digunakan oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, sebuah organisasi kemasyarakatan, dan lantai dua difungsikan sebagai tempat pertemuan.

Desain bangunan ini menampilkan variasi warna dan ukiran motif yang mencerminkan kekhasan budaya Melayu, dengan dominasi warna kuning, hijau, dan merah.

Balai adat ini juga memiliki sejarah yang kaya, dimana beberapa tokoh nasional telah dianugerahi gelar adat Melayu Riau di sini.

Beberapa di antaranya adalah Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono; Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X; Gubernur Riau, H.M. Rusli Zainal; Walikota Pekanbaru, H. Herman Abdullah; dan pada tahun 2017, Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rahman, yang diberi gelar Datuk Sri Setia Amanah.

Balai Adat Melayu Siak

Balai Adat Melayu Siak

Di Kabupaten Siak, Anda dapat menemukan dua balai adat Melayu yang penting, yaitu Balai Kerapatan Tinggi Siak dan Balai Lembaga Adat Melayu Riau Siak.

Balai Kerapatan Tinggi Siak terletak di tepi Sungai Siak, menghadap muara sungai. Balai ini memiliki dua pintu masuk, satu dari sungai dan satu lagi dari darat, dengan tiga tangga yang mengarah ke lantai tempat sidang-sidang diadakan.

Sementara itu, Balai Lembaga Adat Melayu Riau Siak dibangun oleh pemerintah Kabupaten Siak, seiring dengan pembangunan Siak Sri Indrapura, yang saat itu baru saja menjadi ibu kota kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis.

Arsitektur rumah Adat Melayu Riau Siak ini tampak megah, mengingatkan kita pada bentuk bangunan Istana Asyiratul Hasyimiyah yang sarat dengan nuansa Melayu Islam.

Balai Adat Melayu Riau Kampar

Balai Adat Melayu Riau Kampar

Balai Adat Kabupaten Kampar terinspirasi oleh arsitektur rumah lontiak atau rumah lancang. Rumah adat ini dibangun pada tahun 2008, ketika H. Burhanuddin Husin menjadi bupati.

Balai Adat Melayu Pelalawan

Balai Adat Melayu Pelalawan

Balai Adat Melayu Riau di Kabupaten Pelalawan berlokasi di kompleks Pusat Perkantoran Kabupaten Pelalawan di Pangkalan Kerinci.

Pembangunan balai ini dilakukan bersamaan dengan dibangunnya pusat perkantoran kabupaten.

Itulah penjelasan lengkap seputar nama-nama rumah adat riau dan gambarnya yang bisa Kamu baca dan pelajari dengan baik.