Rumah Adat NTB

Ternyata Nusa Tenggara Barat punya rumah adat lebih dari satu, lho. Setidaknya, terdapat sembilan rumah adat NTB yang dikenal di Nusa Tenggara Barat.

Bagi Kamu yang pernah liburan ke Nusa Tenggara Barat mungkin pernah juga menyaksikan rumah-rumah adat ini tapi belum mengetahui namanya.

Oleh karenanya, dalam artikel ini kita akan belajar dan mengenal rumah adat Nusa Tenggara Barat tersebut dan apa saja keistimewaannya, dikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB.

Sekilas Tentang Rumah Adat NTB

desa wisata sasak ende

Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah provinsi yang terdiri dari dua pulau utama, yaitu Lombok dan Sumbawa.

Mayoritas penduduk di provinsi ini berasal dari tiga suku utama: Sasak, Samawa (atau Sumbawa), dan Mbojo (atau Bima). Ketiganya dikenal dengan akronim Sasambo.

Di antara berbagai jenis rumah adat yang ada di NTB, terdapat dua yang paling terkenal, yaitu bale dan dalam loka.

Menurut Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi NTB, bale adalah rumah adat yang ditempati oleh masyarakat suku Sasak. Istilah ‘bale’ merujuk pada rumah dalam bahasa setempat.

Sedangkan, dalam loka artinya adalah ‘rumah yang ada di dalam istana.’ Nama bangunan ini mengacu pada istana atau rumah raja.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bale adalah rumah tradisional yang ditinggali oleh masyarakat biasa, sedangkan dalam loka adalah rumah adat yang ditempati oleh raja atau bangsawan.

Rumah adat Bale hingga saat ini masih dijaga kelestariannya oleh masyarakat NTB, terutama oleh suku Sasak yang tinggal di Lombok dan Lombok Tengah.

Begitu pula dengan dalam loka, yang kini telah dijadikan museum dengan nama Istana Dalam Loka di Kabupaten Sumbawa.

Kedua jenis rumah adat ini menjadi bagian dari warisan budaya lokal dan menjadi daya tarik pariwisata di NTB

Nama Rumah Adat Nusa Tenggara Barat dan Gambarnya

Rumah Adat Bale Tani

rumah adat bale tani

Suku Sasak adalah suku asli di Nusa Tenggara Barat dan punya rumah adat yang bernama Rumah Adat Bale Tani.

Tempat tinggal Suku Sasak ini memiliki lantai yang unik, terbuat dari campuran tanah liat, kotoran kerbau/sapi, dan jerami.

Hasil dari kombinasi ini adalah lantai yang sangat keras, hampir sekeras semen. Masyarakat Sasak percaya bahwa penggunaan kotoran kerbau/sapi membuat lantai mengkilap dan membantu mengusir lalat serta nyamuk.

Jika Anda ingin melihat rumah adat NTB, Anda dapat langsung mengunjungi Dusun Sade, yang terletak di Desa Rembitan, Oujut, Lombok Tengah.

Hingga saat ini, masyarakat di Desa Sade masih memegang erat tradisi dan melestarikan rumah adat bale tani.

Desa Sade sendiri cukup populer di kalangan wisatawan lokal dan mancanegara. Lokasinya yang strategis dan dekat dengan sirkuit Mandalika, tempat pagelaran Moto GP, menambah daya tariknya.

Ada beberapa aturan unik yang harus diikuti oleh Suku Sasak sebelum mendirikan rumah adat Bale. Salah satunya adalah pemilihan waktu untuk mendirikan rumah tersebut.

Rumah Adat Bale Jajar

Rumah Adat Bale Jajar

Bagi masyarakat Suku Sasak yang mempunyai ekonomi menengah ke atas, tempat tinggal mereka biasanya berada di rumah adat NTB yang bernama Bale Jajar.

Bangunan rumah adat ini sangat sederhana karena terbuat dari bahan bambu, jerami untuk atap, dan anyaman pada dindingnya. Meskipun bentuknya mirip dengan rumah tani, ukurannya lebih luas dan lebih besar.

Rumah adat Bale memiliki dua bagian utama: Sesangkok dan sambi. Ruangan sambi digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan keperluan rumah tangga lainnya, sementara Sesangkok berfungsi sebagai dapur.

Bagi pemilik rumah, ruang utama berada di dalem Bale. Di bagian depan sering dilengkapi dengan sekepat, sedangkan di bagian belakang terdapat sekenam.

Bale Jajar memiliki banyak ruang untuk menyimpan kebutuhan hidup, menunjukkan bahwa mayoritas Suku Sasak bekerja sebagai petani atau peternak.

Rumah Adat Bale Lumbung

Rumah Adat Bale Lumbung

Rumah Bale Lumbung bukanlah tempat tinggal, melainkan bangunan yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan.

Biasanya hasil panen dari ladang atau sawah disimpan di rumah adat NTB ini, termasuk padi yang sementara disimpan di Bale Lumbung.

Bangunan Bale Lumbung dibuat dari bahan sederhana yang mudah ditemukan di Maluku. Bagian atapnya terbuat dari jerami yang menutupi seluruh bagian rumah, sementara dinding dalamnya terbuat dari anyaman bambu yang disusun rapi.

Bentuk rumah adat ini cukup unik. Tampak dari luar, Bale Lumbung mirip dengan topi para perompak di lautan, dengan bentuk agak bulat dan tinggi.

Pembangunan rumah adat Bale Lumbung menggunakan konsep rumah panggung sebagai antisipasi terhadap tikus atau banjir yang sering melanda pulau NTB.

Rumah Bale Bonder

Rumah Bale Bonder

Rumah Bale Bonder termasuk salah satu rumah tradisional dengan bangunan terbesar di NTB. Dengan luas mencapai 50 meter persegi, rumah ini menjadi hunian bagi para tokoh adat di daerah tersebut.

Tokoh adat di sini setara dengan perangkat desa atau dusun di sekitar wilayah tersebut. Oleh karena itu, rumah Bale Bonder dibangun di setiap wilayah seluas desa atau dusun.

Desain bangunan rumah adat Bale Bonder mirip seperti bangunan Bale Jajar. Di rumah adat NTB ini, terdapat satu ruang khusus bagi pemilik rumah.

Ruang ini biasanya digunakan untuk musyawarah penting atau bahkan berfungsi sebagai ruang pengadilan jika ada kasus di wilayah desa atau dusun.

Karena ukurannya yang besar, Bale Bonder memerlukan beberapa tiang penyangga. Biasanya, minimal delapan hingga sepuluh tiang penyangga digunakan untuk mendukung bangunan Bale Bonder.

Namun, ada beberapa Bale Bonder yang bahkan memiliki hingga 20 tiang penyangga, terutama jika bangunan tersebut sangat luas dibandingkan dengan Bale Bonder pada umumnya.

Rumah Adat Bale Beleq Palung Dalem

Rumah Adat Bale Beleq Palung Dalem

Rumah adat NTB satu ini dalam bahasa Sasak sering disebut Bale Beleq atau Bale Balaq memiliki sejarah yang kaya.

Bangunan ini dulunya digunakan sebagai tempat tinggal pemimpin desa Karang Bayan sekaligus berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Rumah Bale Beleq telah berdiri sejak abad ke-16 dan memiliki dua ruangan.

Ruangan pertama digunakan sebagai tempat beristirahat, sementara ruangan kedua berfungsi untuk menyimpan benda-benda pusaka yang disakralkan serta keperluan ritual keagamaan.

Selain itu, rumah ini sering digunakan untuk musyawarah antara pemimpin dan masyarakat, serta sebagai tempat penyelesaian permasalahan berdasarkan aturan hukum adat yang berlaku.

Rumah Adat Berugak Sekenam

Rumah Adat Berugak Sekenam

Berugaq atau Berugak Sekenam merupakan salah satu rumah adat NTB yang berfungsi sebagai ruang komunal.

Menyadur dari Lalu Erwan Husnan dalam repositori.kemdikbud.go.id, Berugaq termasuk dalam jenis bangunan non rumah tinggal.

Rumah adat ini sering digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga untuk belajar tentang kebudayaan dan tata krama.

Sesuai dengan namanya, yakni Sekenam, Berugaq ini memiliki enam tiang penyangga. Jika tiang penyangga hanya berjumlah empat, maka disebut Berugaq Sekepat.

Bagian bawah Berugaq meliputi lantai dasar hingga tempat duduk dan tiang penopang. Selain itu, pada bagian paling bawah juga terdapat elemen bernama sampak atau umpak, jejait, dan perteng.

Istana Sumbawa

Istana Sumbawa

Istana Sumbawa, juga dikenal dengan nama Istana Dalam Loka, merupakan bangunan mewah yang hanya digunakan oleh raja dan keluarganya.

Berbeda dengan rumah-rumah sebelumnya, istana ini terletak di Kota Sumbawa Besar dan dikembangkan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III.

Istana ini memiliki peran khusus sebagai pusat pemerintahan dan terdiri dari beberapa bangunan. Salah satunya adalah Bala Rea, yang berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga sultan.

Kemudian ada Bala Bulo, tempat berkumpul putra-putri sultan, serta Bala Datu Raja Muda untuk putra mahkota. Bale Bawa digunakan oleh para abdi dalem dan petugas istana.

Rumah Dalem Loka didukung oleh 99 tiang penyangga. Jumlah ini memiliki makna khusus, mengacu pada Asmaul Husna. Selain itu, 99 tiang tersebut diyakini sebagai penopang segala masalah dunia yang dihadapi manusia.