Rumah adat Jawa Timur identik dengan konsep Joglo dengan ciri khas atap berbentuk gunung. Dalam budaya masyarakat Jawa, gunung merupakan tempat sakral berkedudukan tinggi yang menjadi tempat tinggal dewa.
Bagian atap rumah disebut dengan Tajug. Bangunan rumah didesain berdasarkan ajaran tata krama dan aturan dari kepercayaan Kejawen yang dianut masyarakat sekitar.
Hal tersebut membuat bentuk bangunan unik dan mengandung mendalam. Material rumah berbentuk limasan ini tersusun atas bahan dasar kayu jati sehingga kokoh.
Area serambi didesain seperti pendopo dengan ukuran yang sangat luas karena bermanfaat untuk menerima tamu dalam jumlah banyak saat upacara adat setempat.
Nama Jenis Rumah Adat Jawa Timur dan Gambarnya
Umumnya masyarakat dahulu memanfaatkan material alam untuk membangun rumah. Seperti dinding rumah yang menggunakan anyaman bambu, genteng tanah liat, dan daun kelapa untuk penutup atap.
Hal tersebut membuat hubungan masyarakat dengan alam dapat menyatu dan berjalan selaras. Bahkan Sebagian besar masyarakat sejak dahulu sering mengandalkan alam untuk bertahan hidup.
Di Jawa Timur, terdapat beberapa jenis rumah adat yang bisa ditemukan. Bentuk bangunan, pembagian ruangan, dan filosofi yang terkandung dalam setiap rumah berkarakter dan menarik untuk dipelajari.
1. Limasan Lambang Sari
Seperti namanya, rumah adat Jawa Timur Lambang Sari memiliki bentuk persegi panjang atau limas. Keunikannya terletak pada bagian atap sehingga serupa dengan balok penyambung.
Tiang penyangga rumahnya terdiri dari 16 buah dengan bentuk atap empat sisi. Terdapat satu bubungan kuat yang berfungsi menghubungkan keempat sisi pada bagian atap tersebut.
Bagian pondasinya berbentuk umpak dengan alas tiang yang terbuat dari batu. Ada purus pada bagian tengah tiang bawah yang bermanfaat untuk mengunci sambungan kayu agar tetap kuat untuk waktu lama.
Materialnya didominasi dengan kayu sehingga terlihat etnik. Jenis material kayu yang digunakan seperti nangka, jati, dan lainnya.
Kayu sering dijadikan sebagai material utama pembangunan rumah tradisional karena mudah ditemukan, dirawat, dan tahan terhadap berbagai cuaca.
Daya tahannya yang tinggi membuat rumah tetap kokoh untuk waktu yang lama.
2. Joglo Jompongan dan Joglo Sinom
Rumah adat Jawa Timur adalah Joglo yang paling populer. Ada beberapa rumah Joglo yang bisa ada di wilayah Jawa Timur, diantaranya rumah Joglo Jompongan dan Sinom.
Desain uniknya terlihat dari pembagian ruang yang disesuaikan dengan fungsinya. Dalam pembangunannya, terdapat saka guru dan bebatur yang dibuat lebih rendah dibandingkan posisi tanah.
Saka guru merupakan tiang menyangga yang melengkapi pondasi rumah. Bebatur mencerminkan keharmonisan alam dengan manusia serta hubungan antar manusia lainnya.
Joglo Jompongan bentuknya seperti bujur sangkar dan memiliki pengerat pada dua bangun. Sedangkan Joglo Sinom memiliki desain yang lebih berkembang.
Rumah didesain dengan konsep teras yang mengelilingi bangunan dan setiap sisinya bertingkat lebih tinggi.
3. Rumah Suku Tengger
Rumah adat peninggalan suku Tengger memiliki ciri khas bentuk atap yang unik dengan bentuk runcing yang meninggi dan bertumpuk ke bagian atas.
Keunikan lainnya terletak pada bagian bubungan dengan desain tinggi. Rumah ini hanya mempunyai 1-2 jendela dengan bale di bagian depan untuk tempat bersantai.
Beragam jenis papan dan kayu menjadi material utama dalam pembangunan rumah adat suku Tengger.
Umumnya konsep bangunan rumah suku Tengger yang berada di wilayah gunung Bromo tidak teratur, karena karakteristik rumah adat Jawa Timur dibangun berdekatan.
Tujuannya adalah untuk menghalau angin kencang atau cuaca buruk. Pemisah antar rumah jalan setapak untuk pejalan kaki. Konsep seperti ini menunjukkan solidaritas masyarakat sekitar yang tinggi.
4. Joglo Situbondo
Bangunan rumah berbentuk limas ini berdominasi kayu jati. Keunikannya terletak pada lambang rumah yang berkaitan erat dengan kepercayaan Kejawen.
Tata ruangnya menggambarkan keharmonisan antar sesama manusia dengan lingkungan. Bangunan rumah terbagi atas beberapa area diantaranya seperti senthong Kiwa yang digunakan sebagai kamar tidur.
Ada juga senthong tengah untuk menyimpan benda pusaka dan senthong pengen sebagai dapur serta gudang.
Area pendopo sering digunakan sebagai ruang berkumpul. Jumlah saka, pondasi rumah, hingga ornamen yang melengkapi mencerminkan kepribadian adat setempat.
Ketika masuk, pertama kali akan terlihat pintu dengan ukuran yang disebut sebagai makara. Konon ukiran tersebut diyakini mampu mengusir hal negatif yang akan masuk ke rumah.
5. Rumah Osing
Osing bisa kamu temui ketika berkunjung ke daerah Banyuwangi. Rumah adat ini mempunyai beberapa jenis yaitu Tiket Balung, Crocogan, dan Baresan.
Ketiga jenis rumah tersebut dibedakan berdasarkan jumlah bidang atapnya. Rumah Baresan dan Tikel Balung mempunyai empat bidang atap, sedangkan Crocogan memiliki dua.
Bagian rumahnya terbagi atas empat area meliputi teras, baleh ruang tengah, dan dapur. Rumah Osing berlantai tanah dengan atap genting yang terbuat dari gerabah.
Materialnya terbuat dari kayu dan bambu. Jenis kayu yang digunakan adalah cempaka yang memiliki ketahanan bagus.
Tiang kayu penyangga rumah menggunakan sistem pemasangan tanpa paku, namun menggunakan pasak pipih. Aturan adat Rumah Osing membuat arah pembangunan tidak beraturan seperti pada umumnya.
6. Limas Trajumas Lawakan
Rumah Lawakan ini adalah hasil modifikasi dari versi Limasan Trajumas yang sebelumnya. Perbedaannya terletak pada emperan yang mengelilingi bangunan. Kemiringan emperan berbeda dengan atap pokoknya.
Tengah bagian diberikan tiang sehingga terbentuk dua rongrongan pada bagian dalam. Atap rumah memiliki empat sisi dengan masing-masing tersusun atas dua atap.
Ditambah dengan tiang utama yang fungsinya sebagai struktur penyangga membuat bangunan menjadi kokoh dan simetris.
Material yang digunakan membangun rumah adat Jawa Timur ini adalah kayu dengan serat sehingga lebih kuat dan mampu menerima gaya tekan dan tarik dengan baik. Diantaranya seperti kayu nangka, jati, glugu, dan lain sebagainya.
7. Rumah Adat Dhurung
Rumah adat Jawa Timur bernama Dhurung ini agak berbeda karena menggunakan pondasi berbentuk gubuk dengan atap yang terbuat dari rumah dauh pohan.
Biasanya rumah terletak di samping ladang sebagai area untuk beristirahat setelah selesai bekerja.
Selain di area ladang, Dhurung juga sering dibuat pada bagian depan rumah dengan ukuran kecil sampai sedang.
Fungsinya sebagai tempat untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Dhurung yang berukuran besar, umumnya digunakan sebagai tempat menyimpan padi.
Bagian dalam Dhurung dilengkapi dengan penjebak tikus untuk mencegah hama yang berkeliaran. Rumat adat Dhurung ada di wilayah Kecamatan Tambak, Sangkapura, hingga Kabupaten Gresik.
Bagi masyarakat zaman dahulu, perjodohan umumnya dilakukan dengan saling mengenalkan anak. Pihak terkait akan duduk bermusyawarah di depan rumah untuk dapat mengobrol dan mendekatkan diri.
Meskipun tergolong tradisional, namun sistem perjodohan sering dilakukan. Jenis rumah adat Jawa Timur harus dipahami dengan baik agar bisa terus melestarikannya.
8. Rumah Adat Joglo Hageng
Rumah Joglo Hageng adalah simbol kebangsawanan, kekuasaan, dan kemakmuran di daerah tersebut. Dengan ukuran yang lebih luas dibandingkan joglo lainnya, Joglo Hageng menawarkan ruang yang luas.
Namun, yang menarik adalah meski luas, dinding dan tiang rumahnya justru lebih pendek dibandingkan dengan joglo lainnya.
Arsitektur rumah adat Joglo Hageng menampilkan kerumitan yang elegan. Hal ini terlihat dari penggunaan pilar bangunan di setiap sudut rumah.
Sementara itu, atap rumah menggunakan genting yang terbuat dari tanah liat, dan hiasan ornamen yang indah menghiasi dinding rumah, menambah keindahan dan keunikan rumah ini.
9. Joglo Pangrawit
Berbeda dengan Joglo Hageng yang megah dan melambangkan strata sosial, Joglo Pangrawit justru menampilkan kesederhanaan. Biasanya, Joglo Pangrawit berukuran sedang dan sering menjadi pilihan tempat tinggal bagi masyarakat umum. Keunikan rumah adat Jawa Timur ini terletak pada atapnya yang tinggi namun berbentuk tumpul.
Sebuah lambang gantung yang terpasang di tepi atap biasanya menjadi tanda bahwa rumah joglo tersebut adalah Joglo Pangrawit. Sementara itu, bahan-bahan pembangunan rumah ini kebanyakan masih alami. Misalnya, kayu digunakan untuk tiang dan dinding rumah, sementara gentingnya terbuat dari tanah liat.
Pembagian Ruangan dalam Rumah Adat Jawa Timur
Rumah adat Jawa Timur, dengan kekayaan filosofinya, memiliki pembagian ruang yang unik dan penuh makna. Berikut adalah ulasan tentang pembagian ruang tersebut:
1. Emperan
Setiap rumah adat di Jawa Timur pasti dilengkapi dengan emperan, sebuah ruang yang menghubungkan Pringgitan dan Omah.
Emperan, yang berbeda dengan pendopo, biasanya digunakan untuk menerima tamu dengan menyediakan kursi dan meja.
Selain itu, emperan juga sering digunakan untuk bersantai bersama keluarga dan tetangga, menjadi perekat antar anggota keluarga.
2. Pendopo
Pendopo adalah bagian kedua dari rumah adat Jawa Timur, biasanya ditemukan di rumah-rumah Joglo. Biasanya pendopo dibuat luas dan berada di bagian depan rumah.
Fungsinya hampir sama dengan emperan, yaitu sebagai tempat menerima tamu dan juga sebagai balai pertemuan masyarakat untuk berdiskusi atau bermusyawarah.
3. Pringgitan
Pringgitan adalah ruang penghubung antara pendopo dan rumah dalam. Ruang ini biasanya digunakan masyarakat sebagai tempat pertunjukan wayang kulit, yang dalam bahasa Jawa disebut pringgit, sehingga munculah kata Pringgitan.
4. Omah nJero
Omah nJero merupakan sebutan untuk ruang utama dalam rumah adat Jawa Timur. Ruang ini menjadi tempat berkumpul anggota keluarga, baik untuk bersantai maupun bercengkrama. Selain Omah nJero, masih ada Omah Mburi dan Omah Dalem Ageng.
5. Senthong Kiwa
Senthong Kiwa, atau kamar sebelah kiri, biasanya terdapat di rumah Situbondo. Ruangan ini menunjukkan kamar tidur untuk orang tua, yang dikenal dengan dempil. Ruangan ini juga dihubungkan dengan ruang belakang dan biasanya digunakan untuk membuat kerajinan.
6. Senthong Tengah
Senthong Tengah adalah ruangan yang berada di bagian tengah rumah. Ruangan ini dianggap sakral oleh masyarakat. Meski demikian, ruangan ini juga dilengkapi dengan tempat tidur.
Di masa lalu, masyarakat masih dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Buddha, sehingga ruangan ini selalu diberi penerangan, baik siang maupun malam.
Tempat tidur dilengkapi dengan bantal dan guling, dan ada cermin besar di dinding lengkap dengan sisir yang terbuat dari tanduk. Di ruangan ini juga terdapat ukiran atau hiasan yang melambangkan pendidikan kerohanian.
7. Senthong Tengen
Senthong Tengen adalah ruangan di bagian kanan rumah jika dilihat dari arah pintu masuk. Ruangan ini biasanya digunakan sebagai dapur, pendaringan, dan gudang. Tempat ini juga sering digunakan untuk menyimpan peralatan pertanian.
8. Gandhok
Gandhok adalah bagian ruang terakhir pada rumah adat Jawa Timur. Bangunan ini berada di bagian paling belakang rumah dan dibuat memanjang. Masyarakat biasanya menggunakan tempat ini untuk menyimpan barang atau bahan makanan.
Demikianlah beberapa hal tentang rumah adat Jawa Timur yang perlu Anda ketahui. Masyarakat Jawa memiliki kepercayaan tersendiri yang dituangkan dalam berbagai kebudayaan mereka.
Memahami dan melestarikan kekayaan budaya ini penting untuk menjaga budaya dan kekayaan Indonesia.