Suku Sasak di NTB memang dikenal memiliki cukup banyak rumah adat yang terkenal. Salah satunya adalah rumah adat Berugak Sekenam.
Hingga saat ini, keberadaan rumah adat ini masih dilestarikan dan bahkan menjadi salah satu atraksi wisata budaya di NTB.
Penasaran dengan bentuknya dan apa saja fungsinya? Berikut informasi lengkapnya yang berhasil dihimpun oleh tim penulis Rumah Adat Indonesia.
Sekilas tentang Rumah Adat Berugak Sekenam
Rumah adat Berugak Sekenam adalah rumah adat Suku Sasak yang berbentuk gazebo kecil dengan atap jerami kering dan tanpa dinding.
Terdapat empat pilar yang terbuat dari material kayu dan lantainya berupa anyaman bambu yang dianyam dengan menggunakan tali pital.
Ruangannya berukuran sekitar 8×3 meter dengan enam buah tiang penyangga sebagai pondasi utamanya.
Fungsi utama rumah adat ini adalah sebagai tempat khusus untuk belajar nilai-nilai tata krama, adat, budaya, dan juga sebagai tempat berkumpul bersama keluarga.
Perbedaan Rumah Adat Berugak Sekenam dan Berugaq Sekepat
Pada dasarnya, rumah adat Berugak Sekenam ini adalah hanya bagian dari rumah utama yang disebut Bale.
Jadi, pada masyarakat Suku Sasak, tiap bangunan rumah utama akan memiliki sejumlah bangunan pelengkap.
Di antaranya ada Berugaq Sekepat dan Berugaq Sekenam. Nah, secara bentuk, keduanya memang serupa.
Namun berbeda dari segi letak bangunan, ukuran, jumlah tiang, dan fungsi masing-masing bangunan.
Letak Bangunan
Berugaq Sekepat dan Sekenam terletak di dua titik yang berbeda, yaitu di depan dan di belakang rumah utama.
Berugaq Sekepat adalah gazebo kecil yang terletak di depan rumah utama, sedangkan Berugaq Sekenam berada di belakang rumah utama.
Ketentuan peletakan kedua bangunan ini rupanya telah disesuaikan dengan fungsinya masing-masing.
Berugaq Sekepat berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu sebelum tamu tersebut benar-benar dipersilahkan untuk memasuki area rumah utama.
Sedangkan Berugaq Sekenam di sini menawarkan tempat dengan atmosfer lebih privat. Misalnya sebagai tempat kumpul keluarga dan tempat untuk belajar tata krama.
Ukuran
Rata-rata Berugaq Sekepat memiliki ukuran yang lebih kecil daripada Berugak Sekenam. Namun sekarang ini ukurannya dapat berubah karena menyesuaikan kebutuhan.
Berbeda dengan bangunan Berugaq Sekenam yang rata-rata ukurannya tetap, yakni sekitar 8×3 meter.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, ukuran tersebut bukanlah ukuran yang tetap. Ukurannya dapat disesuaikan dengan keinginan pemilik rumah.
Jumlah Tiang atau Pilar
Perbedaan lainnya ada pada jumlah tiang penyangganya. Pada bangunan Berugaq Sekepat, terdapat empat buah tiang penyangga yang terpasang di masing-masing sudut.
Lain hal dengan bangunan Berugaq Sekenam yang memiliki enam buah tiang penyangga.
Empat di antaranya terpasang di empat sudut bangunan dan dua tiang tambahan lainnya terletak di tepi sisi tengah bangunan.
Fungsi
Berugaq Sekepat dan Sekenam juga memiliki fungsi yang sangat berbeda.
Menurut informasi dari situs Wikipedia, Berugaq Sekepat berfungsi sebagai tempat duduk para tamu sebelum tamu dipersilahkan masuk ke dalam rumah utama.
Dengan adanya bangunan ini, tamu tak bisa sembarang bisa masuk ke area rumah utama.
Lain lagi dengan Berugaq Sekenam yang berfungsi sebagai tempat berkumpul bersama keluarga, tempat belajar budaya dan tata krama, atau tempat untuk sekedar bersantai bareng keluarga tersayang.
Struktur Arsitektur Rumah Adat Berugak Sekenam
Berbicara soal struktur, struktur bangunan rumah adat ini terbilang sangat sederhana, yakni semacam gazebo dengan ukuran yang sedikit lebih besar daripada gazebo pada umumnya. Dan berikut adalah penjelasan detail seputar struktur rumah adat ini.
Atap
Atapnya limas dengan rangka atap berbentuk limas persegi panjang dan puncak atap meninggi dan meruncing.
Atap bangunan ini terbuat dari daun kelapa kering. Namun ada juga yang berupa alang-alang kering.
Lantai
Bagian bawah atap terdapat lantai dari anyaman bambu yang kuat namun sedikit lentur. Namun ada masyarakat Sasak yang menggunakan papan kayu sebagai alas atau lantai.
Hanya saja pemakaian lantai kayu ini jarang terjadi karena umumnya masyarakat setempat lebih memilih anyaman bambu sebagai lantai Sekenam mereka.
Dinding
Berugaq ini tidak memiliki dinding, namun biasanya terdapat pagar di sisi kanan, kiri, dan belakang.
Pagar ini hanya setinggi 50 hingga 70 cm dan terbuat dari kayu atau bambu. Fungsinya sebagai fitur keselamatan sekaligus fitur dekoratif.
Pagar ini sangat kuat karena sering menjadi sandaran bagi pengguna yang sedang duduk di tempat ini.
Pondasi
Ke bagian bawah bangunan terdapat enam pilar atau tiang penyangga yang berfungsi sebagai pondasi bangunan.
Keenam pilar ini terbuat dari kayu yang sangat kuat dan tahan lama hingga puluhan tahun sejak pemasangan.
Pilar-pilar ini tertanam ke dalam tanah dengan kedalaman tertentu. Kemudian agar struktur pondasinya tetap kuat, masyarakat Suku Sasak juga menggunakan Umpak.
Umpak adalah kaki-kaki tiang penyangga yang berperan sebagai media untuk menghubungkan tiang dengan pondasi bangunan. Umpak ini berbentuk bulat atau persegi.
Biasanya Umpak ini terbuat dari campuran tanah liat dan air. Terkadang masyarakat setempat juga menambahkan kulit gabah sebagai bahan campurannya.
Arti Filosofi Rumah Adat Berugak Sekenam
Sebenarnya tidak ada makna filosofis secara khusus pada rumah adat yang satu ini.
Namun, terdapat beberapa kesimpulan yang bisa kita dapatkan berdasarkan fungsi dan juga desain arsitekturnya yang unik. Dan berikut beberapa kesimpulan tersebut.
Berugaq Sekenam sebagai Ruang Komunal
Ya, jelas sekali bahwa bangunan ini merupakan ruang komunal di mana tempat ini menjadi tempat untuk berkumpul dengan orang yang memiliki hubungan dekat.
Komunal di sini merujuk pada hubungan dekat antar orang yang satu dengan orang lainnya.
Dalam konteks ini bisa mengacu pada hubungan keluarga, kerabat, teman dekat, dan bahkan komunitas yang cakupannya lebih luas lagi.
Wujud Pelestarian Warisan Budaya
Keberadaan rumah adat ini juga merupakan wujud adanya upaya pelestarian warisan budaya orisinil Suku Sasak.
Hal ini juga berlaku untuk sederet nama rumah adat NTB lainnya yang hingga kini masih lestari.
Bahkan kerennya lagi, upaya ini mendapat dukungan dari masyarakat dan pemprov setempat melalui adanya desa-desa wisata sebagai destinasi wisata baru di NTB.
Media Perkenalan Adat, Budaya, dan Tata Krama
Benar sekali, Sekenam ini adalah tempat untuk belajar adat, budaya, dan tata krama asli Suku Sasak melalui didikan keluarga.
Dari tempat inilah, para generasi muda masyarakat Suku Sasak dapat mengenali akar budaya dan adat mereka.
Harapan kedepannya adalah para generasi muda ini dapat meneruskan untuk memperkenalkan identitas budaya ke anak cucu alias generasi selanjutnya.
Wujud Kedekatan dan Harmony dengan Keluarga
Berugaq Sekenam adalah tempat untuk bercengkrama dengan anggota keluarga. Di tempat ini, pemilik rumah dapat memanfaatkan waktu luang untuk bersantai bersama anggota keluarga.
Bahkan bisa berbagi cerita dengan masing-masing anggota keluarga. Tentu momen ini sangat berarti dan dapat meningkatkan intimasi dengan anggota keluarga.
Itu dia sedikit info mengenai rumah adat Berugak Sekenam yang sangat menarik dari segi fungsi dan arsitekturnya.
Semoga informasi ini bisa menambah wawasan kamu seputar rumah adat dan juga budaya asli Suku Sasak di Lombok, NTB.
Dan jika ingin lebih seru lagi, kamu bisa datangi Desa Wisata Sade yang akan memberikan pengalaman liburan yang luar biasa dan tak terlupakan.
Kamu juga pastinya akan mendapatkan wawasan baru seputar rumah adat yang ada di NTB. Bahkan kamu bisa membagikan pengetahuan baru kamu ini ke dalam blog atau akun sosmed kamu. Menarik sekali, kan?