Home » Sulawesi » Rumah Adat Banua Tada

Rumah Adat Banua Tada

Sudah pernah jalan-jalan ke Pulau Buton? Di Pulau Buton ini ada rumah tradisional milik Suku Walio yang sangat menarik untuk kita bahas. Namanya adalah Rumah Adat Banua Tada.

Suku Walio sendiri merupakan penduduk asli Pulau Buton. Rumahnya sangat unik, khususnya pada desain, fungsi, dan struktur bangunannya. Ada juga sisi filosofis di setiap bagiannya.

Nah, untuk tahu lebih detail lagi soal rumah adat Sulawesi Tenggara ini, ada baiknya kita simak informasi selengkapnya berikut ini.

Sekilas tentang Rumah Adat Banua Sulawesi Tenggara

Rumah Adat Banua Tada berasal dari

Rumah Adat Banua Tada Sulawesi Tenggara adalah rumah adat yang berasal dari Suku Walio yang mana suku tersebut saat ini tinggal di Pulau Buton.

Konstruksi Rumah Adat Banua Tada ini berupa rumah panggung yang terbuat dari material kayu dan material organik lainnya.

Ukuran konstruksinya juga relatif besar karena rumah adat ini terdiri dari 4 lantai dengan total tingginya bisa capai delapan meter dari permukaan tanah.

Keempat lantai tersebut terdiri dari lantai pertama yang berupa kolong rumah, lantai dua, tiga, dan lantai ke empat yang mirip dengan loteng.

Penamaan rumah adat ini sendiri berasal dari bahasa setempat. Kata banua berarti rumah dan kata tada artinya siku.

Jika keduanya digabungkan maka arti dari nama Banua Tada ini adalah rumah siku.

Rumah siku di sini adalah rumah yang mempunyai struktur rangka bangunan yang terdiri dari siku-siku.

Jenis Rumah Adat Banua Tada dari Sulawesi Tenggara

Rumah Adat Banua Tada adalah
Gambar rumah adat banua tada Buton Sulawesi Tenggara

Dari segi status sosial pemiliknya, Rumah Banua Tada ini dibedakan menjadi tiga jenis.

Jenis yang pertama adalah Kamali, jenis kedua adalah Banua Tada Tare Pata Pale, dan jenis ketiga adalah Banua Tada Tare Talu Pale.

Kamali

Jenis Kamali memiliki nama lain Maige yang berarti istana atau mahligai. Dari arti katanya saja sudah merujuk pada sesuatu yang mewah dan megah.

Dan benar saja bahwa kamali ini adalah jenis rumah banua tada ini adalah istana yang menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya.

Sebagai hunian raja, tentu ukurannya jauh lebih besar dan tampilannya megah. Jumlah tingkatan lantainya terdiri dari empat lantai. Kemudian atapnya berupa model atap bersusun dua.

Kemudian material penyusunnya adalah kayu-kayu berkualitas terbaik yang identik dengan sifat kuat atau kokoh serta tahan lama.

Dan jumlah tiang pada rumah hunian raja ini bisa capai 40 buah, loh. Jumlah tiangnya memang lebih banyak mengingat bangunan rumah ini jauh lebih besar.

Banua Tada Tare Pata Pale

Jenis Rumah Adat Banua Tada yang kedua ini juga cukup mewah dan cukup besar, namun tak semewah dan sebesar rumah yang pertama.

Rumah Banua Tada Tare Pata Pale ini biasanya menjadi hunian para pejabat atau pegawai istana.

Umumnya rumah ini hanya bertiang empat dengan pemasangan yang cukup berjarak.

Kemudian ciri khas lainnya adalah atapnya bersusun dan mempunyai dua buah jendela yang terpasang di sisi kanan dan kiri rumah.

Banua Tada Tare Talu Pale

Nah, untuk jenis Rumah Adat Banua Tada yang ketiga ini adalah rumah hunian untuk kalangan masyarakat biasa.

Bentuknya berupa rumah panggung biasa dengan empat buah tiang dan secara umum desainnya sederhana.

Atapnya bersusun namun jumlah susunannya tak sebanyak jumlah susunan pada atap rumah hunian raja dan pejabat.

Meski begitu, rumah tersebut tetap nyaman dan memiliki cukup banyak ruangan dengan fungsi masing-masing.

Keunikan Rumah Adat Banua Tada

Rumah Adat Banua Tada terbuat dari

Kita dapat menemukan sejumlah keunikan Rumah Banua Tada pada material dan struktur bangunannya.

Semua material penyusun rumah adat Sulawesi ini sepenuhnya dari alam, seperti kayu, daun rumbia, hipa-hipa, hingga pasak kayu.

Material kayu jelas digunakan sebagai material pondasi tiang dan konstruksi rumah inti, serta rangka atap.

Konstruksi rumah inti di sini sudah termasuk struktur lantai, dinding, pagar, pintu, dan jendela rumah.

Hanya saja jenis dan juga bentuk kayu yang digunakan untuk tiap struktur atau bagian rumah berbeda.

Misalnya saja kayu untuk tiang harus berupa kayu bulat atau batang kayu gelondongan dengan ukuran diameter yang berbeda.

Mengapa ukuran diameter pada tiang-tiang rumah ini berbeda-beda? Sebab, tiang-tiangnya sendiri juga terbagi menjadi tiang utama, tiang penyangga, dan tiang pembantu.

Ketiganya memiliki peran masing-masing. Tiang utama, misalnya, disebut Kabelai.

Tiang-tiang tersebut ditumpangkan di atas pondasi batu agar menghasilkan daya topang yang stabil.

Sementara material daun rumbia dan hipa-hipa adalah material utama untuk pembuatan bagian penutup atap.

Daun-daun rumbia dan hipa-hipa tersebut disusun dengan formasi saling bertumpukan, sehingga tidak ada celah.

Dengan cara pemasangan seperti ini, bagian interior rumah akan tetap aman dari risiko terkena rembesan air hujan.

Susunan Ruangan dan Makna Filosofis Rumah Banua Tada

keunikan Rumah Adat Banua Tada

Pada dasarnya rumah adat Buton menerapkan prinsip simbol mikrokosmos dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Termasuk soal susunan ruangan pada rumah yang mereka huni.

Sekedar informasi bahwa ruangan pada rumah adat Suku Walio ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Bamba, Tanga, dan Suo.

Sementara secara vertikal, pembagian ruangannya terdiri dari Kapeo, Karona Banua, dan Pa.

Sistem pembagian semacam ini rupanya merupakan representasi dari eksistensi manusia sebagai bagian dari alam semesta ini.

Serta menyesuaikan juga dengan hakikat bagian tubuh kita yang terdiri dari kaki, badan, dan juga kepala.

Lebih menariknya lagi, tiap bagian rumah juga sarat akan makna filosofis yang teramat dalam.

Contohnya saja lantai yang terdiri dari tiga tingkatan. Tingkatan lantai ini adalah pembeda untuk masing-masing ruangan.

Dari sisi letak, tingkatan lantai pada rumah ini juga berbeda. Ada yang berada di bawah, tengah, dan atas.

Posisi ini melambangkan nafas manusia yang naik turun. Dan jika dikaitkan dengan falsafah kehidupan manusia, naik turun di sini diartikan sebagai dinamika kehidupan para penghuni rumah.

Rumah adat ini juga mempunyai batasan yang jelas antara pemisahan pria dan wanita. Hal ini tercermin dari penentuan pembagian ruangan untuk pria dan wanita yang terpisah.

Aturan semacam ini ada kaitannya erat dengan implementasi nilai-nilai ajaran agama Islam.

Tipologi Rumah Banua Tada

rumah adat buton

Ada beberapa pertimbangan mengapa Rumah Adat Banua Tada ini dibangun dalam bentuk rumah panggung dengan tiang-tiang yang bertumpu pada batu.

Salah satunya adalah pertimbangan dari aspek tipologi. Dari aspek tipologi, rumah panggung Banua Tada ini memang sangat cocok untuk kondisi iklim dan lingkungan Buton.

Buton adalah kawasan pesisir yang identik dengan permukaan tanah yang berpasir dan cenderung labil.

Jadi tak heran jika tiang-tiang rumah ini berdiri di atas batu sebagai dasar tumpuan, tidak ditancapkan langsung ke dalam tanah.

Di waktu-waktu tertentu juga kerap terjadi air pasang akibat gelombang laut yang cukup tinggi.

Fungsi Rumah Banua Tada

rumah adat buton dari sulawesi tenggara

Secara umum, terdapat tiga fungsi Rumah Adat Banua Tada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Perbedaan fungsi ini menyesuaikan jenis Rumah Banua Tada itu sendiri.

Seperti Rumah Kamali yang berfungsi sebagai tempat tinggal raja, sultan, atau pemimpin tertinggi.

Lain lagi dengan Banua Tada Tare Pata Pale yang berperan sebagai tempat tinggal pegawai istana atau pejabat penting.

Sedangkan Rumah Banua Tada Tare Talu Pale yang fungsinya sebagai rumah tinggal masyarakat biasa.

Bagaimana, sangat unik, bukan? Dari informasi ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa ada cukup banyak keunikan Rumah Banua Tada.

Keunikan tersebut terletak pada makna filosofis, struktur, material, dan fungsi rumah itu sendiri.

Dan Banua Tada ini hanya satu di antara sekian banyak rumah adat Indonesia yang memiliki beragam keunikan lainnya.

Scroll to Top