Pernah berkunjung ke daerah Aceh Singkil? Di sana juga ada tempat menarik yang kini menjadi salah satu atraksi wisata budaya, loh. namanya adalah Rumah Sapo Bellen Sinanggel.
Rumah ini sangat terkenal dan menjadi situs budaya kebanggaan masyarakat setempat karena penuh dengan nilai filosofi yang berkaitan dengan adat.
Kamu pasti penasaran kan dengan bentuknya dan juga filosofinya? Untuk menjawab rasa penasaran kamu, ada baiknya simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Sekilas tentang Rumah Adat Sapo Bellen Sinanggel
Rumah Sapo Bellen Sinanggel adalah rumah adat Aceh yang yang terletak di Aceh Singkil dan merupakan rumah adat peninggalan Suku Kampung Singkil.
Nama Sapo Belen Sinanggel sendiri memiliki arti sebuah rumah besar yang berfungsi sebagai tempat pertemuan atau tempat musyawarah.
Bangunan rumah adat ini juga merupakan rumah adat tertua dan pertama yang ada di Kabupaten Aceh Singkil, loh.
Melansir dari situs antara.com, sebelum dinamai Sapo Bellen Sinanggel, rumah adat ini sempat berganti nama sebanyak sembilan kali. Kesembilan nama tersebut adalah:
- Sapo Belend Sinaggl
- Sapo Adat Singkil
- Sapo Adat Mepeukat
- Sapo Adat Mehkhembuk
- Sapo Belend Adat Bekas Mepeukat-Meupekat
- Sapo Belend Adat Bekas Mepekat
- Sapo Belen Adat Singkil
- Sapo Mepeukat Adat Singkil
- Sapo Adat Aceh Singkil
Pergantian nama menjadi Sapo Bellen Sinanggel ini sesuai dengan tokoh adat, Imuem Mukim, cendikiawan, dan ulama.
Kehadiran rumah adat ini rupanya memiliki peranan lebih, yakni sebagai identitas masyarakat Singkil. Singkil adalah etnis asli Aceh yang sudah menetap sejak lama.
Sapo Bellen Sinanggel versi terbaru ini resmi rilis tahun 2017 lalu dan memiliki desain yang lebih fresh.
Bangunannya sendiri terdiri dari satu lantai dan berbentuk rumah panggung. Yang membuatnya terlihat unik adalah bagian atapnya berlapis-lapis.
Arsitektur Bangunan Rumah Adat Sapo Belen Singkil
Dibandingkan dengan rumah modern saat ini, rumah adat ini seratus persen terbuat dari kayu.
Bagian lantai rumah dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah karena rumah ini dibangun dengan model rumah panggung.
Sebagai bangunan dengan model rumah panggung, rumah ini memiliki kolong yang berada di antara tiang-tiang penyangganya.
Dahulu, kolong rumah adat ini menjadi tempat untuk menumbuk padi. Biasanya anggota keluarga yang bertugas menumbuk padi adalah perempuan muda.
Secara umum, konstruksi rumah adat ini terbagi menjadi tiga struktur utama, yaitu bagian atas, tengah, dan bagian bawah.
Bagian atas mencakup atap rumah, sedangkan bagian tengah meliputi rumah induk, dan bagian bawah ada area kolong rumah.
Konstruksi Bangunan Rumah Sapo Belen Sinanggel
Rumah adat asal Aceh ini tersusun atas beberapa bagian yang saling menopang. Sebut saja tiang, bangunan utama, dan juga atap.
Tiang Rumah
Ada yang unik dari tiang yang digunakan untuk menopang struktur bangunan utama rumah ini.
Keunikannya terletak pada bentuk tiang kayunya yang berbentuk segi delapan.
Bentuk segi delapan ini merupakan simbol delapan nama kerajaan yang dulu pernah ada di kawasan pesisir Sungai Lae Cinendang.
Tonggak Kayu
Di bagian lain dari rumah adat ini juga terdapat Khang, yaitu sebuah tonggak kayu penuh ukiran yang menonjol.
Khang ini adalah sebuah pertanda khusus rumah raja. Kita tidak akan menemukan Khang ini di rumah-rumah biasa meskipun dari segi bentuk tidak ada yang berbeda.
Untuk peletakannya, Khang biasanya akan dipasang di bagian atas tangga utama rumah. Dengan posisi ini, khang akan mudah dilihat oleh siapapun yang akan memasuki rumah.
Turai
Usai menaiki tangga, kita akan tiba di Turai atau kita bisa menyebutnya dengan serambi. Area serambi ini menjadi area yang tepat untuk menyambut tamu.
Di area tepi serambi sudah dilengkapi dengan pagar kayu yang cantik karena berhiaskan teralis berbentuk mirip dengan botol. Rupanya pagar bentuk botol ini adalah motif khas singkil.
Memasuki area serambi bagian dalam, kamu akan menemui kain lima warna yang mana kain ini adalah tempat di mana tamu dipersilahkan duduk.
Namun para tamu yang berkunjung tak boleh sembarang duduk di atas kain-kain tersebut. Sebaab, masing-masing warna kain hanya boleh diduduki oleh kalangan tertentu.
Misalnya, kain warna putih untuk ulama, hitam untuk tokoh adat, hijau untuk hakim dan cendikiawan.
Sedangkan merah untuk tokoh agama dan warna kuning adalah tempat duduk bagi raja yang saat ini digantikan oleh pemimpin daerah.
Masih seputar serambi, area serambi juga kerap masyarakat gunakan untuk bermusyawarah terkait dengan hal-hal yang berbau adat.
Agar privasi pemilik rumah tetap terjaga, biasanya ada dinding papan yang terpasang untuk memisahkan area serambi dengan bagian dalam rumah.
Dinding papan tersebut mereka namakan papan penutup iman. Selain berfungsi sebagai partisi ruangan, dinding papan ini juga memiliki makna filosofi.
Dinding papan ini ada dengan tujuan untuk menjaga pandangan para tamu dari privasi pemilik rumah dan keluarganya.
Bagian Dalam
Masuk lagi ke bagian dalam rumah akan ada ruang dapur atau Bihin. Tak jauh dari dapur, ada ruangan lainnya yang berfungsi sebagai kamar utama.
Nah, di kamar utama ini ada singgasana atau tempat duduk raja yang masyarakat sebut pelaminan.
Di bagian atas pelaminan, ada sampangan 16 yang melambangkan delapan kerajaan yang berkuasa di kawasan daerah pesisir Sungai Lae Soraya.
Dinding
Instalasi dinding rumah tersusun atas papan kayu berkualitas dengan sistem pemasangan yang teratur, sehingga tampak rapi.
Di beberapa bagian dinding, terlihat ada fitur jendela berlapiskan kaca. Jendela dengan lapisan kaca ini memang sudah nampak modern.
Berbeda dengan Sapo Belen Sinanggel versi orisinil yang jendelanya masih berupa jendela kayu sederhana. Jendelanya pun berjumlah lebih banyak dan tersebar di beberapa spot.
Sementara fitur pintu utama rumah ini terletak di bagian depan menghadap serambi. Posisi pintu utama ini tidak segaris lurus dengan tangga.
Inilah yang membedakan rumah adat ini dengan rumah adat Indonesia pada umumnya yang rata-rata memiliki pintu utama tepat di depan tangga.
Tangga
Struktur tangga berada di samping-depan rumah. Bahan penyusunnya adalah kayu. Tangga rumah ini berdesain sederhana namun memiliki railing yang sangat fungsional.
Anak tangganya juga terbuat dari kayu dan berjumlah tiga hingga lima buah atau lebih menyesuaikan ketinggian rumah.
Lantai
Sama dengan dinding, lantai rumah ini berbahan kayu keras yang sudah dibuat dalam bentuk papan dengan panjang dan tebal yang seragam.
Pemasangannya pun harus rapat dan teratur agar rapi dan nyaman untuk mobilitas sehari-hari.
Agar lantai kayu ini tetap kuat dalam menahan beban, di bagian lapisan lantai terdapat rangka lantai yang terdiri dari balok-balok kayu.
Balok-balok kayu ini dipasang dengan posisi melintang dan membujur secara bergantian.
Posisi rangka lantai ini berada tepat di atas tiang. Jadi, tiang-tiang di sini berfungsi sepenuhnya sebagai pondasi rumah.
Atap
Nah, atap pada rumah ini adalah struktur yang paling unik karena bentuknya antimainstream, alias sangat berbeda.
Dari segi bentuk, misalnya, cukup berbeda antar atap yang satu dengan atap lainnya.
Dan ya, atap pada rumah ini berjumlah lebih dari. Lebih tepatnya atap rumah ini terdiri dari atap utama dan beberapa atap tambahan.
Atap utama ini sangat sederhana karena mengadopsi model atap pelana yang hanya mempunyai dua bidang penutup atap dan bubungan tunggal.
Dan atap utama ini menaungi area serambi dan ruang utama atau ruang terdepan rumah ini.
Sementara atap-atap tambahan pada rumah ini memiliki ukuran yang lebih kecil daripada atap utama dan ada beberapa yang kedua sisinya asimetris.
Dan lebih uniknya, semua atap tambahan ini memiliki ciri khas berupa sudut bentangan yang bentuknya agak melengkung.
Bentuk semacam ini kemudian menciptakan kesan puncak atap terlihat lebih runcing. Kita bisa melihatnya dengan jelas pada gambar rumah Sapo Belen Sinanggel di atas.
Bagaimana, penjelasan yang sangat menarik, bukan? Rumah adat Aceh Singkil ini tak hanya unik dari segi bentuk saja.
Melainkan juga kaya akan filosofi yang jadi cerminan nilai dan budaya masyarakat setempat.
Sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda mengenalnya lalu menjadikannya sebagai bagi misi pelestarian budaya Indonesia.
Kita bisa melestarikannya dengan berbagai cara. Misalnya dengan mendokumentasikannya dan memperkenalkannya kepada dunia via akun media sosial yang kita miliki.
Demikian pembahasan yang sangat menarik mengenai rumah adat Sapo Bellen Sinanggel yang berasal dari Aceh Singkil.
Semoga informasi ini bisa menambah referensi bacaan kamu selanjutnya.