Rumah Adat Bali

Bali adalah salah satu daerah yang kaya akan budaya yang terkenal di seluruh dunia, termasuk rumah adat nya. Rumah adat Bali memiliki ciri khas yang masih sering dilihat dan dipertahankan sampai sekarang.

Bentuknya yang unik dan khas membuat rumah tradisional Bali sangat menarik untuk dipelajari, termasuk filosofi yang ada di dalamnya.

Filosofi tersebut termasuk dalam arsitektur kuno bangunan rumah tradisional Bali yang disebut dengan asta kosala kosali yang sudah ada sejak abad ke-9.

Untuk mengetahui lebih jelasnya seputar rumah adat Bali bisa baca selengkapnya dalam artikel ini.

Filosofi Rumah Adat Bali

Rumah adat Bali, kaya dengan berbagai bangunan dan ruangan, juga memiliki filosofi yang unik. Setiap langkah dalam pembuatan rumah diiringi oleh kepercayaan tertentu, baik itu tentang bentuk, ukuran, letak, maupun filosofi yang menyertainya.

Masyarakat Bali percaya bahwa keharmonisan dalam hidup dapat tercipta melalui pemenuhan tiga aspek: palemahan, pawongan, dan parahyangan. Ketiganya harus ada saat membangun rumah atau hunian, yang biasa disebut dengan Tri Hita Karana.

Pawongan merujuk kepada penghuni rumah, sementara palemahan menggambarkan hubungan baik antara penghuni dengan lingkungan rumah yang ditinggali.

Rumah adat Bali dibangun dengan aturan Asta Kosala Kosali, yang penuh dengan makna dan filosofi. Masyarakat Bali memperhatikan sudut dan arah saat membangun rumah adat, karena arah memiliki arti penting dalam kehidupan suku Bali.

Yang dianggap paling suci atau keramat akan diarahkan ke arah gunung, karena gunung dianggap sangat keramat.

Sebaliknya, hal-hal yang dianggap tak suci akan diarahkan menghadap laut, atau istilah Balinya, Kelod. Hal ini dapat menjadi acuan ketika membangun Pura desa.

Karena dianggap suci, maka pura desa harus menghadap ke arah gunung atau Kaja, sedangkan pura dalem atau kuil yang kaitannya dengan kematian, akan dihadapkan ke arah laut atau Kelod.

Masyarakat adat Bali telah mengatur semua ini. Dalam setiap aspek kehidupan, bahkan dalam hal pembangunan rumah adat, mereka selalu berpatokan pada kehidupan agama dan adatnya.

Oleh karena itu, setiap aktivitas yang mereka lakukan selalu berlandaskan pada aturan-aturan tertentu.

Nama Bagian Rumah Adat Bali dan Gambarnya

Rumah tradisional Bali memiliki arsitektur khas, di mana bangunannya memiliki bentuk, fungsi, dan juga hiasan yang sudah diwariskan secara turun-temurun.

Bahkan menurut penduduk, bangunan rumah mereka sudah tercantum dalam kitab suci Weda. Tempat tinggal di sana juga disamakan dengan miniatur alam semesta.

Rumah tradisional di sana memiliki dua bagian, yaitu Gapura Candi Bentar dan rumah tempat tinggal.

Gapura Candi Bentar ini adalah rumah tradisional Balinya. Ada aturan khusus tentang pembangunan rumah tradisional Bali, yaitu meliputi arah, posisi bangunan, ukuran pekarangan, pembuatan bangunan, dan juga bentuk bangunan.

Semua itu disesuaikan dengan ketentuan agama setempat. Adapun Gapura ini menjadi ciri khas utama dari rumah tradisional Bali. Gapura ini menjadi pintu masuk utama ke halaman rumah dan selalu ada di setiap rumah tradisional Bali.

Kemudian setelah melewati gapura, akan ada Pura (tempat ibadah umat Hindu), yang terletak terpisah dari bangunan lainnya.

Selain itu, ada beberapa unsur penting juga yang harus diperhatikan ketika membangun rumah tradisional Bali.

Angkul-angkul

Angkul-angkul

 

Angkul-angkul ini adalah bagian dari rumah tradisional Bali yang menjadi pintu masuk utama rumah. Fungsinya hampir mirip dengan Gapura Candi Bentar.

Tetapi Angkul-angkul lebih berperan sebagai pintu masuk. Perbedaan antara angkul-angkul dengan Gapura Candi Bentar adalah ada pada atap yang menyambungkan dua bangunan yang berdampingan.

Aling-aling

Aling-aling

Aling-aling adalah bagian rumah adat Bali yang melambangkan energi positif dan keseimbangan rumah. Fungsi aling-aling adalah memisahkan halaman luar dan alung-alung.

Selain itu, aling-aling juga menjaga privasi penghuni rumah dari tamu yang asing. Dulu, orang-orang Bali membuat aling-aling dari kelangsah (daun kelapa kering) atau kelabang mantri.

Tujuannya adalah untuk melindungi rumah dari kekuatan negatif dengan menempelkan sulaman atau ulat-ulatan dari daun kelapa pada aling-aling.

Di dalam bangunan akan disediakan ruangan untuk beraktivitas penghuninya. Beberapa masyarakat Bali bahkan juga memakai patung untuk menjadi aling-aling, atau penyengker.

Pura Keluarga

Pura Keluarga

Bangunan berikutnya adalah pura keluarga. Biasanya, bangunan ini digunakan sebagai tempat berdoa dan beribadah. Setiap rumah tradisional Bali pasti memiliki bangunan ini.

Selain sebutannya Pura Keluarga, bangunan ini juga kerap disebut sebagai bangunan Pamerajan, atau Sanggah. Letaknya ada di sudut sebelah timur laut dari rumah tempat tinggal.

Nah, selain ketiga bangunan itu, rumah tradisional ini juga memiliki pembagian ruangan sendiri. Berikut ini adalah beberapa bentuk ruangan beserta fungsinya yang perlu Anda ketahui.

Rumah Tradisional Bale Manten

Rumah Tradisional Bale Manten

Rumah tradisional Bale Manten ini adalah bangunan khas Bali yang diperuntukkan untuk kepala keluarga dan juga anak perempuan. Bentuknya berupa bangunan persegi panjang dan biasanya dibangun di sebelah kiri.

Bale Manten dibangun menggunakan tiang kayu yang berjumlah 8 (sakutus), dan 12 (saka roras). Bagian bawah atau pondasi Bale Manten dibangun lebih tinggi dari pekarangan dan bangunan lainnya di dalam area rumah tradisional Bali.

Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya genangan air dan juga untuk keindahan. Jika ingin tahu apa isinya, isi dari rumah tradisional Bale Manten ini adalah dua ruangan (bale) lainnya yang disebut bale kanan dan bale kiri.

Rumah tradisional Bale Manten sekarang juga telah mengalami banyak perubahan dalam bentuk arsitektur.

Menurut Lontar Hasta Kosali, bangunan rumah tradisional Bali ini biasanya dibangun menghadap ke sebelah utara. Bangunannya biasanya juga akan dikelilingi oleh bale-bale.

Bale Dauh

Bale Dauh

Selain Bale Manten, ada Bale Dauh yang dimanfaatkan oleh masyarakat Bali sebagai tempat khusus untuk menjamu tamu. Ruangan ini juga berfungsi sebagai tempat tidur bagi anak muda laki-laki.

Bentuk bale dauh mirip seperti bali manten, yaitu persegi panjang. Namun, letaknya ada di bagian dalam ruangan, tidak di pojok. Sementara untuk posisinya sendiri berada di sisi barat dan lantainya wajib lebih rendah daripada Bale Manten.

Kemudian ciri khas lainnya, tiang penyangga di Bale Dauh ini jumlahnya berbeda antara satu rumah dengan rumah lainnya.

Bale Sekapat

Bale Sekapat

Ketiga ada Bale Sekapat, yang lebih menyerupai gazebo dengan empat tiang. Tempat ini biasanya digunakan sebagai ruang santai bagi anggota keluarga.

Dengan Bale Sekapat ini diharapkan setiap anggota keluarga akan lebih dekat satu sama lain. Selain itu, ruangan ini juga harapannya bisa membuat hubungan antar anggota keluarga terjalin lebih harmonis.

Bale Gede

Bale Gede

Berikutnya ada Bale Gede, yang juga berbentuk persegi panjang dengan 12 tiang. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat upacara adat. Oleh karena itu, karena fungsinya cukup sakral, tempatnya harus lebih tinggi dari Bale Manten.

Bagian rumah tradisional ini harus memiliki ukuran yang jauh lebih besar dibanding bangunan lainnya. Sebab selain untuk ritual adat, Bale Gede juga dipakai untuk berkumpul dan menyajikan makanan khas Bali, termasuk pula untuk membakar sesaji.

Jineng atau Klumpu

Jineng atau Klumpu

Selanjutnya ada Jineng atau Klumpu, yang mempunyai ukuran sedang dan bangunan materialnya memakai kayu. Ciri khas jineng terdapat pada posisinya yang lebih tinggi dan desainnya mirip seperti goa. Lalu atapnya terbuat dari jerami kering.

Namun, Jineng saat ini sudah cukup jarang ditemukan di rumah tradisional Bali dengan bahan tradisional. Seiring perkembangan zaman, jineng lebih sering dibangun menggunakan material pasir, semen, dan batu bata.

Atapnya pun ngga lagi memakai jerami, melainkan genteng agar lebih kuat. Bangunannya dibuat cukup tinggi, sebab berfungsi untuk menyimpan gabah yang sudah kering.

Dengan desain ruangan yang seperti ini, gabah pun bakal terhindar dari serangan burung dan juga jamur yang biasanya muncul di tempat lembab.

Lalu untuk bagian bawahnya biasa dipakai untuk menyimpan gabah yang belum sempat dijemur.

Pawaregen

pawaregen khas bali

Selanjutnya masih ada pawaregen, yaitu istilah untuk dapur pada rumah tradisional Bali. Dapur khas rumah Bali ini mempunyai ukuran sedang, dan berada di sebelah barat laut atau selatan dari rumah utama.

Terdapat dua area di pawaregen, pertama untuk memasak, dan yang kedua berfungsi untuk menyimpan alat-alat dapur. Untuk cara memasaknya pun masih tradisional, dengan memakai kayu bakar.

Lumbung

Terakhir, ada Lumbung, yaitu sebuah bangunan kecil yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan bahan makanan pokok. Bahan makanan yang biasanya disimpan di lumbung yaitu padi dan jagung.

Ukiran dan Hiasan Rumah Adat Bali

Sistem kasta dalam agama Hindu mempengaruhi pembangunan rumah. Faktor ekonomi juga menjadi pertimbangan.

Misalnya, masyarakat biasa biasanya membangun rumah adat dari tanah liat atau peci, sementara bangsawan menggunakan tumpukan bata sebagai pondasi dasar rumah mereka, yang kemudian ditutupi dengan genting.

Rumah adat Bali dikenal dengan hiasan dan ukiran yang beragam. Motif hiasan biasanya diambil dari kehidupan manusia, tumbuhan, atau binatang. Berikut ini adalah beberapa hiasan dan ukiran yang biasa ditemukan:

Keketusan

Motif ini menampilkan tumbuhan dengan bunga dan daun yang besar dan lebar. Biasanya ditempatkan di area luas, seperti halaman rumah atau bagian depan bangunan adat.

Kekarangan

Motif ini menampilkan tumbuhan yang lebat dengan daun terurai ke bawah seperti rumpun perdu. Biasanya ditempatkan di sudut batas bagian atas atau yang disebut karang simbar.

Pepatran

Motif ini menampilkan bunga-bunga. Contohnya adalah patra sari yang biasa ditemui di bidang sempit seperti tiang-tiang dan blandar.

Warna dan Motif Fauna Hiasan di rumah adat Bali biasanya menggunakan warna asli dari alam atau buatan, seperti merah, biru, dan kuning.

Selain motif flora, ada juga hiasan dengan motif fauna yang biasanya diukir di dinding atau bidang ukir lainnya. Fauna juga bisa diaplikasikan dalam bentuk patung dengan corak abstrak, ekspresionis, atau realis.

Itulah rangkuman mengenai nama bagian rumah adat Bali yang mungkin Kamu perlu tahu. Jadi, saat liburan ke Bali dan berfoto di salah satu rumah adat Bali, Kamu sudah mengerti apa saja nama dan fungsinya.

Untuk penjelasan lebih lengkapnya bisa Anda lihat di situs Kemdikbud melalui link berikut ini.