Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah, ada kumpulan rumah adat Bale Jajar yang dihuni oleh Suku Sasak.
Rumah adat ini memiliki struktur yang sangat unik dan identik dengan makna filosofis di hampir semua bagiannya.
Seperti apa keunikannya dan ada makna filosofis apa saja di balik keunikannya? Berikut info selengkapnya buat kamu.
Sekilas tentang Rumah Adat Bale Jajar
Rumah adat Bale Jajar adalah hunian asli Suku Sasak yang menyandang status ekonomi menengah ke atas.
Dari segi bentuk, rumah ini mempunyai bentuk yang sama dengan rumah adat Bale Tani yang juga sama-sama dari Suku Sasak.
Yang membuatnya berbeda adalah ruang Dalem Bale di rumah adat NTB Bale Jajar ini berjumlah lebih banyak.
Dalem Bale pada rumah ini ada dua dan ada satu ruangan lagi yang disebut Serambi atau Sesangkok.
Serambi adalah ruangan untuk menyimpan stok bahan makanan dan juga keperluan rumah tangga lainnya.
Kemudian di bagian depan rumah, ada yang namanya Sekepat. Sedangkan di bagian belakang rumah, terdapat rumah adat Berugaq Sekenam.
Pembagian Ruangan pada Rumah Adat Bale Jajar
Rumah adat Bale Nusa Tenggara Barati ini terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda. Berikut adalah nama ruangan dan juga penjelasannya.
Dalem Bale
Ini adalah ruangan utama yang rata-rata dalam satu unit rumah ada dua Dalem Bale dengan luas yang sama.
Ruangan ini berfungsi sebagai ruangan untuk menjamu tamu, musyawarah, kumpul keluarga, dan tempat istirahat.
Karena terdapat dua buah ruangan dengan peran yang sama, maka salah satu di antaranya berfungsi sebagai ruang privat seperti ruangan khusus untuk istirahat.
Serambi atau Sesangkok
Selain Dalem Bale, ada juga ruangan yang bernama Sesangkok atau Serambi. Sesangkok ini adalah ruangan untuk menyimpan hasil panen, bahan makanan, dan keperluan rumah lainnya.
Umumnya ukuran ruangan ini lebih sempit daripada Dalem Bale mengingat fungsinya serupa dengan gudang.
Sekepat
Ini adalah semacam saung atau berugak yang terletak di depan rumah. Area ini ada karena tak sembarang orang bisa memasuki area dalam rumah.
Atas dasar itulah, masyarakat dari Suku Sasak menempatkan Sekepat ini di lokasi yang terpisah dari bangunan utama.
Alasan kenapa bangunan mirip saung ini mereka namakan Sekepat adalah karena jumlah tiang penyangganya berjumlah empat buah.
Model bangunan Sekepat ini mengusung model rumah panggung versi lebih mini, baik dari ukuran maupun tinggi bangunannya.
Sekenam
Terletak di belakang bangunan utama, Sekenam adalah tempat untuk kegiatan belajar dan berkumpul bersama keluarga.
Secara bentuk, desainnya sama dengan Sekepat. Letak perbedaannya ada pada jumlah tiang penyangganya.
Jika Sekepat memiliki empat buah tiang penyangga, beda lagi dengan Sekenam yang memiliki enam buah tiang penyangga.
Struktur Rumah Adat Bale Jajar
Sama seperti rumah adat Bale Tani, rumah adat Suku Sasak yang satu ini juga tersusun atas material-material alami.
Material-material alami tersebut meliputi bambu, kayu, jerami, dan alang-alang yang bisa masyarakat dapatkan langsung dari alam.
Mengutip dari laman Kemdikbud, rumah adat ini mempunyai pondasi atau Bataran yang tinggi, sehingga mirip seperti rumah panggung.
Untuk membuat pondasi rumah yang tinggi, masyarakat Suku Sasak menggunakan tumpukan batu yang kemudian mereka tutup dengan tanah.
Pada bagian lantai, mereka menggunakan plesteran yang terbuat dari campuran tanah liat, abu sekam atau jerami, dan kotoran kuda atau kerbau.
Dengan campuran ini, hasil plesteran lantainya akan lebih keras, permukaannya halus, dan menciptakan kesan adem pada ruangan.
Menariknya lagi, rumah Bale Jajar ini hanya memiliki satu pintu yang terletak di bagian muka dengan posisi rendah dan berukuran sempit.
Selain itu, rumah ini memiliki tangga dengan jumlah anak tangga tiga yang mana masing-masing anak tangga merpresentasikan entitas tinggi.
Struktur tangga ini terbuat dari kayu yang tersusun dengan dukungan perekat alami yang diperoleh dari alam.
Perekat alami yang digunakan adalah getah pohon yang terbukti sangat ramah lingkungan.
Nilai Filosofis pada Rumah Adat Bale Jajar
Bagi masyarakat Suku Sasak, Bale Jajar bukan sekedar hunian biasa. Melainkan juga sebagai simbol identitas status sosial dalam lingkungan masyarakat.
Mereka juga berpendapat bahwa rumah adalah simbol beragam harapan dan nilai adat yang perlu mereka junjung tinggi.
Nilai adat ini terepresentasikan dengan baik melalui desain arsitektur dan juga struktur rumah yang khas dan autentik.
Dan berikut penjelasan detail masing-masing struktur rumah yang mengandung nilai filosofis yang dalam.
Pintu Utama
Mengapa masyarakat Suku Sasak menyebutnya pintu utama karena hanya terdapat satu pintu untuk keluar masuk rumah ini.
Jika kamu perhatikan, pintu utama pada rumah adat Sasak ini terpasang dengan posisi yang cukup rendah dan ukurannya juga cukup sempit.
Desain pintu semacam ini membuat orang yang akan bertamu harus menundukan kepala dan membungkukan badan sebagai simbol penghormatan kepada pemilik rumah.
Tangga
Struktur tangga yang terletak di depan Dalem Bale hanya memiliki tiga anak tangga. Jumlah anak tangga tersebut adalah simbol Tuhan, bapak, dan ibu.
Ketiganya adalah entitas yang wajib mendapat penghormatan dan juga menduduki posisi yang tinggi di kalangan masyarakat Suku Sasak.
Rangka Atap
Struktur atap rumah ini juga mempunyai arti filosofis tersendiri. Silakan kamu perhatikan bentuk rangka atap yang meninggi ke belakang.
Bentuk rangka semacam ini memiliki makna seputar hubungan manusia dengan Tuhan. Sedangkan pangkal rangka atap di bagian depan merupakan simbol hubungan manusia dengan sesamanya.
Pada intinya, keseluruhan rangka atap pada rumah adat ini menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan leluhur, dan manusia dengan sesamanya yang harus seimbang.
Lokasi
Nilai filosofis tak melulu dijumpai pada struktur bangunan saja. Melainkan juga ada kaitannya dengan pemilihan lokasi pembangunan rumah.
Ada beberapa kriteria lokasi yang tidak disarankan sebagai lokasi pembangunan rumah adat ini.
Sebut saja area bekas pembuangan sampah, area bekas perapian, dan area bekas sumur.
Masyarakat Suku Sasak masih percaya bahwa jika mendirikan rumah di salah satu lokasi yang disebutkan di atas, maka akan membuat pemiliknya bernasib sial.
Rumah Adat Bale Jajar Saat Ini
Di era serba modern seperti sekarang ini, memang diakui bahwa banyak masyarakat kita yang lebih memilih desain rumah modern sebagai pilihan untuk hunian baru.
Namun tidak dengan masyarakat Suku Sasak. Bagi mereka, arsitektur dengan nilai filosofis perlu terus dilestarikan.
Sebagai bukti, hingga saat ini masyarakat setempat masih mempertahankan rumah-rumah warisan nenek moyang mereka lengkap dengan adat istiadatnya.
Terletak di kawasan desa wisata yang bernama Desa Sasak Sade, kamu akan menjumpai sekitar 150 unit rumah adat Bale Jajar yang masih autentik dan orisinil.
Bahkan di desa ini, kamu bisa menyaksikan rumah adat tertua yang kini masih aktif dihuni oleh generasi ke-15 dari pemilik rumah.
Melansir dari laman Kemenparekraf, setidaknya ada tiga jenis rumah adat khas Lombok yang berdiri di desa wisata ini.
Ketiga jenis rumah yang dimaksud adalah rumah adat Bale Bonter, rumah adat Bale Kodong, dan rumah adat Bale Lumbung atau Bale Tani.
Rumah adat Bale Bonter adalah rumah adat khusus untuk perangkat desa. Sedangkan rumah adat Bale Kodong merupakan rumah yang dihuni oleh pasangan yang baru menikah.
Dan rumah adat Bale Tani adalah hunian bagi warga yang sudah berkeluarga dan memiliki keturunan.
Wah, menarik sekali bahasan seputar rumah adat Bale Jajar, ya. Pastinya akan lebih menarik lagi jika mengunjungi dan menyaksikan keunikan rumah adat secara langsung, bukan?
Namun jika belum ada rencana untuk ke Lombok dalam waktu dekat, tidak perlu khawatir, di laman Rumah Adat Indonesia terdapat banyak info menarik seputar rumah adat khas Nusantara.
Melalui laman ini, kamu bisa mengenal lebih lanjut rumah adat asal daerah kamu sekaligus menambah wawasan budaya daerah kamu.