Rumah lamin adalah rumah adat milik suku Dayak dari etnis Benuaq yang berasal dari Kalimantan Timur.
Bentuknya berupa rumah panggung dengan model yang panjang dan saling menyambung. Selain sebagai tempat tinggal, rumah ini juga dianggap sebagai identitas masyarakat Suku Dayak yang ada di Kalimantan Timur.
Karena dalam bentuk rumah dan dekorasinya mewakili kultur serta tradisi masyarakat Suku Dayak yang turun temurun.
Sejarah Rumah Adat Lamin
Berdasarkan pendapat para ahli, suku Dayak Benuaq dipercaya asalnya dari Dayak Lawangan, sub suku Ot Danum dari Kalimantan Tengah.
Nama “Benuaq” sendiri berasal dari kata “Benua” yang dalam arti luas berarti suatu wilayah atau daerah teritori tertentu, seperti sebuah negara atau negeri.
Sedangkan kata “Dayak” dalam aksen bahasa Benuaq berasal dari kata “Dayaq” atau “Dayeuq” yang artinya hulu.
Masyarakat Dayak Benuaq tinggal di rumah lamin sudah sejak tahun 1984. Asal penamaan rumah Lamin dari kata “Lamin” yang artinya rumah panjang.
Nama ini mencerminkan bentuknya yang memanjang, luas, dan tersambung satu sama lain.
Biasanya, rumah ini dihuni oleh keturunan Suku Dayak yang telah lama mendiami wilayah provinsi Kalimantan Timur.
Lou
Masyarakat Dayak Benuaq menyebut rumah lamin dengan istilah ‘lou‘. Tapi, tidak semua rumah lamin dapat disebut Lou.
Rumah panjang dapat disebut lou (lamin) bila memiliki minimal 8 olakng. Olakng sendiri artinya adalah bagian atau unit dari lou.
Dalam satu olakng ada beberapa ruang dan dapur, sehingga olakng bukanlah bilik atau kamar seperti di rumah besar, melainkan merupakan bagian yang menyambung dari lou.
Jumlah olakng dalam rumah panjang bagi Suku Dayak Benuaq dapat menunjukkan level atau bentuk kepemimpinannya.
Oleh sebab itu, banyak yang menyebut rumah panjang yang besar (lou) kampong besar atau benua. Berdasarkan pengertian ini, lou sering kali disamakan dengan kampong atau benua.
Berdasarkan ukuran rumah dan sistem kepemimpinan rumah panjang, masyarakat adat Dayak Benuaq membagi rumah lamin sekaligus model pemukiman masyarakat ke dalam beberapa kategori:
1. Lou (lamin)
2. Puncutn Lou / Puncutn Benua
3. Puncutn Kutaq
4. Tompokng
5. Umaq (Huma / Ladang)
Ciri Khas dan Keunikan Rumah Adat Lamin
Tampak sekilas rumah lamin terlihat mirip seperti rumah panjang atau rumah bentang milik suku Dayak yang ada di Kalimantan Barat.
Meskipun begitu, rumah lamin punya ciri khas serta karakteristik yang membedakan dengan rumah adat Kalimantan lainnya, mulai dari fungsi, struktur hingga motif.
Berikut ciri khas dan keunikan yang ada pada rumah adat Lamin, Kalimantan Timur.
1. Berbentuk Rumah Panggung
Kondisi alam sekitar mempengaruhi bentuk rumah yang dibangun oleh masyarakat, termasuk Rumah Adat Lamin. Rumah ini berbentuk panggung untuk mencegah binatang buas dan air sungai masuk ke dalam.
Bagian bawah rumah biasanya digunakan untuk keperluan lain, seperti kandang ternak atau tempat menyimpan hasil bumi.
Sistem rumah panggung ini menunjukkan tingginya cita rasa arsitektur suku Dayak, dengan bentuknya yang memanjang dan estetis yang menyimpan daya tarik tersendiri.
2. Ukurannya Besar
Rumah adat Lamin memiliki keunikan yang menonjol, yaitu ukurannya yang besar. Biasanya, rumah Lamin memiliki panjang hingga 300 meter, lebar sekitar 15 meter, dan tinggi sekitar 3 meter.
Karena ukurannya yang luas, rumah ini sering digunakan oleh banyak keluarga. Bahkan, ada yang menggunakan rumah Lamin sebagai tempat tinggal untuk hingga 100 orang.
3. Multifungsi
Selain digunakan sebagai tempat tinggal, rumah Lamin memiliki banyak fungsi lain. Bentuknya yang besar memungkinkan rumah ini digunakan sebagai aula atau gedung pertemuan.
Oleh karena itu, rumah Lamin sering difungsikan untuk mengadakan upacara adat, seperti perayaan kematian, kelahiran, perkawinan, pesta, dan berbagai upacara lainnya.
4. Tempat Tinggal Banyak Keluarga
Rumah adat Lamin memiliki ukuran yang besar, sehingga sering digunakan sebagai tempat tinggal untuk banyak keluarga.
Bahkan, rumah ini mampu menampung hingga 60 keluarga. Seperti rumah komunal lainnya, rumah Lamin juga merupakan warisan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
5. Ukiran Rumah
Salah satu ciri khas masyarakat suku Dayak adalah kecintaan mereka terhadap seni gambar. Suku ini juga memiliki tradisi tato tertua di dunia, karena seni menato merupakan bagian integral dari budaya mereka.
Ukiran yang indah juga menjadi ciri khas rumah adat suku Dayak. Setiap ukiran pada rumah ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Dayak.
Contohnya, ukiran wajah manusia, tumbuhan, dan hewan sering dijumpai pada rumah-rumah adat mereka.
6. Material Menggunakan Kayu Berkualitas Tinggi Khas Kalimantan
Rumah Adat Lamin terbuat dari kayu ulin, yang dikenal sebagai salah satu kayu berkualitas tinggi. Dengan tampilan luar berwarna hitam, kayu ini terbukti tahan terhadap berbagai kondisi cuaca.
Masyarakat suku Dayak memilih kayu ulin bukan tanpa alasan. Salah satu tujuannya adalah untuk melindungi rumah dari kerusakan akibat terpaan air sungai.
Daya tahan kayu ulin yang kuat dan tak gampang lapuk sangat cocok untuk kondisi alam Kalimantan yang punya banyak sungai dan rawa.
Material ini biasanya digunakan untuk rangka bangunan, dan bentuk atap segitiganya dianggap lebih kokoh. Selain itu, kayu khas Kalimantan ini juga tahan lama dan awet digunakan.
7. Pengaturan Ruangan yang Fungsional
Keunikan Rumah Adat Lamin lainnya adalah pengaturan ruangannya yang sangat fungsional. Sebagai rumah untuk keluarga besar, pembagian ruangannya dirancang sedemikian rupa sehingga tercipta efisiensi dalam penggunaan bangunan.
Bagian depan rumah umumnya dipakai untuk tempat berkumpul serta memiliki ukuran yang paling luas. Sementara itu, bagian lainnya dibagi dengan sekat-sekat sesuai kebutuhan.
Pengaturan ruangan seperti ini bisa Anda tiru jika ingin membangun hunian modern. Anda dapat meniru keunikan Rumah Lamin dengan mengurangi jumlah sekat, sehingga menciptakan suasana lapang yang nyaman.
8. Hiasan di Ujung Atap dan Bawah Rumah
Keunikan lainnya yang bisa Kamu temukan di Rumah Lamin adalah adanya ukiran naga di bagian atap. Ukiran ini melambangkan kepahlawanan dan keluhuran.
Menariknya, hiasan serupa juga dapat Anda temukan di rumah adat Bali dan Tiongkok. Tidak hanya di atap, hiasan lainnya juga terdapat di bagian bawah rumah.
Rumah panggung ini memiliki tangga di pintu masuk, dengan jumlah anak tangga yang dibuat dengan tujuan khusus, mencerminkan kepercayaan suku Dayak.
Suku Dayak meyakini bahwa anak tangga pada Rumah Adat Lamin harus berjumlah ganjil, seperti 7, 9, 11, dan seterusnya. Hal ini dipercaya sebagai lambang keselamatan dan ketenangan.
9. Kaya Warna dan Aksesoris
Keunikan Rumah Adat Lamin dapat dilihat dari warna-warni yang mencolok dan berbagai hiasan cantik yang melengkapi tampilan eksterior dan interiornya.
Warna-warna yang mendominasi biasanya kuning emas, biru, dan merah, yang kontras dengan kayu ulin berwarna hitam. Perpaduan ini menciptakan rumah yang sangat estetik.
Di dalam rumah, terdapat aksesoris yang menambah kemeriahan. Penambahan kayu dan logam memberikan sentuhan tradisi yang kuat. Hiasan-hiasan di dalam rumah biasanya memiliki makna tersendiri.
Dulunya, masyarakat percaya bahwa ornamen, khususnya yang berbentuk tangan, berguna untuk menjauhkan penghuni dari bahaya.
Ukuran rumah yang cukup besar membuat kemeriahan warna dan hiasan semakin ramai dan unik. Setiap keunikan Rumah Adat Lamin khas Kalimantan Timur memiliki esensi tersendiri.
Selain menandakan rasa kekeluargaan, aneka ukiran dan perpaduan warna menggambarkan cita rasa seni tinggi yang dimiliki masyarakat suku Dayak.
Filosofi Rumah Adat Lamin
Rumah adat lamin memiliki makna sakral bagi masyarakat suku Dayak. Sebelum membangun rumah lamin, masyarakat Dayak melaksanakan ritual ngayao.
Ritual ini melibatkan pemotongan kepala manusia dari suku lain yang kemudian ditanam di bawah tiang utama rumah lamin.
Sayangnya, praktik ini sering memicu konflik antarsuku, sehingga pada masa penjajahan Belanda, ritual ngayao dilarang.
Rumah adat lamin berukuran besar dan dihuni secara berkelompok. Penghuninya biasanya adalah kerabat dekat yang dipimpin oleh seorang ketua.
Setiap ruangan yang ada dalam rumah lamin terbagi ke dalam dua jenis, yaitu milik pribadi serta ruangan bersama. Kebersamaan dan persatuan menjadi nilai yang diwujudkan dalam rumah lamin.
Macam-macam Model Rumah Adat Lamin
Rumah Lamin Pepas Eheng
Rumah Lamin Pepas Eheng adalah rumah adat Kalimantan Timur yang asalnya dari pedalaman Kabupaten Kutai Barat.
Dengan panjang sekitar 74 meter dan lebar 34 meter, rumah ini terbagi menjadi 9 olakng (bilik). Lamin Pepas Eheng dihuni oleh 12 keluarga dengan total penghuni sekitar 36 orang.
Rumah Lamin Mancong
Rumah Lamin Mancong adalah rumah adat dari Suku Dayak Benuaq dengan panjang sekitar 63 meter dan lebar 12 meter.
Meskipun kini jarang ditinggali oleh warga lokal, keberadaan rumah adat ini tetap dilestarikan di Kampung Mancong, Kabupaten Kutai Barat.
Ciri unik Lamin Mancong adalah adanya patung-patung dengan ukiran khas Suku Dayak di depan rumah, termasuk bentuk manusia dan elemen semi-abstrak.
Rumah Lamin Tolan
Rumah Lamin Tolan adalah jenis rumah lamin yang paling kecil di antara kedua model sebelumnya.
Dengan panjang hanya 50 meter dan terdiri dari 5 bilik, rumah ini berasal dari Kampung Lambing, Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat.
Keberadaannya sangat kental dengan unsur tradisional dan kearifan lokal yang terjaga hingga saat ini.