Rumah Adat Lobo

Indonesia sungguh kaya akan ratusan rumah adat yang unik. Dan rumah adat Lobo yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah menjadi salah satunya.

Rumah adat Sulawesi Tengah ini masih eksis di tengah pemukiman warga Desa Porelea, Kec. Pipikoro, Kab. Sigi.

Di tengah-tengah hunian warga, ada sebuah bangunan unik dan mungil yang bernama Lobo. Seperti apa penampakan desain arsitekturnya dan apa fungsinya? Simak jawabannya berikut ini.

Sekilas tentang Rumah Adat Lobo

gambar rumah adat lobo

Rumah adat Lobo berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah yang menyimpan banyak keunikan, terutama pada desain arsitekturnya.

Bangunan adat ini berada di tengah-tengah permukiman warga Desa Porelea, Kecamatan Pipikoro, Sigi.

Meski hanya berukuran 5 kali empat meter dan tinggi dindingnya hanya 1 meter saja, bangunan ini cukup menonjol, loh.

Yang membuatnya tampak menonjol di antara sekian banyak hunian adalah karena desain fasadnya yang unik dan berbeda.

Selain itu, ada tujuan lain mengapa bangunan ini terletak tepat di tengah area permukiman. Ya, benar, karena Lobo ini sebenarnya adalah sebuah balai.

Balai, bagi warga Pipikoro, merupakan tempat khusus kegiatan musyawarah, sidang adat, upacara adat, dan hal-hal yang berkaitan dengan perayaan panen.

Namun jika ada orang asing dari luar desa yang hendak menginap, Lobo bisa menjdi alternatif tempat untuk menginap.

Sejarah dan Asal Usul Rumah Adat Lobo

rumah adat lobo adalah

Rumah adat Sulawesi Tengah ini mempunyai kisah sejarah yang cukup menyedihkan. Awalnya, area di mana Lobo ini berdiri merupakan sebuah permukiman masyarakat Toro.

Sebelumnya, masyarakat Toro ini mendiami daerah lain, tepatnya Desa Malino. Para penduduk Desa Malino terpaksa pindah ke lokasi karena suatu peristiwa tragis yang menimpa mereka.

Para penduduk terpaksa tercerai berai dan hidup saling terpisah di sejumlah tempat lain pasca ada penyerangan makhluk halus di desa mereka.

Hingga akhirnya bertahun-tahun kemudian, mereka bertemu dan mendirikan pemukiman baru di sebuah desa yang mereka namai Desa Toro.

Di desa ini, mereka membangun rumah Lobo yang sebenarnya berasal dari kata Lobo-Lobo yang artinya terpisah-pisah.

Terpisah-pisah di sini merujuk pada pengalaman hidup mereka yang sempat terpisah satu sama lain hingga kemudian bertemu kembali dan bermukim bersama.

Arsitektur Rumah Adat Lobo

keunikan rumah adat lobo

Pembagian ruangan pada rumah adat Lobo biasanya akan menyesuaikan dengan fungsinya terlebih dahulu.

Misalnya saja saat berfungsi sebagai rumah sidang adat atau pengadilan, maka pembagian ruangannya sederhana saja.

Sesederhana satu ruangan dengan satu kursi khusus untuk seseorang yang akan disdang. Para tetua adat nantinya akan berada di sekeliling terdakwa.

Namun persidangan ini hanya untuk kasus-kasus yang ada kaitannya dengan pelanggaran adat, sehingga hukuman yang akan diberikan pun berupa hukuman adat.

Uniknya di sini adalah jika terdakwa adalah perempuan, maka yang pihak yang mengadili adalah lembaga perempuan adat, atau masyarakat menyebutnya Tinangata.

Di desa lain, tepatnya di Desa yang dihuni oleh Suku Bare’e, Lobo adalah tempat tinggal mereka yang hanya terdiri dari satu ruangan saja.

Jadi, dengan kata lain, baik sebagai hunian maupun sebagai balai, Lobo hanya memiliki satu ruangan saja.

Struktur Bangunan Rumah Adat Lobo

foto rumah adat lobo

Konstruksi bangunan rumah adat Lobo ini terdiri dari tiang rumah panggung, atap, badan rumah, dan tangga.

Tiang Penyangga

Lobo adalah rumah adat Sulawesi Tengah yang paling sederhana. Model rumah ini adalah rumah panggung yang mempunyai tiang-tiang penyangga yang berdiri dengan posisi sejajar.

Di atas tiang, terpasang kayu atau bambu yang tersusun secara sejajar dengan posisi membujur dan melintang.

Kegunaan dari kayu atau bambu di atas tiang-tiang ini adalah sebagai pondasi rumah sekaligus pondasi lantai rumah adat ini.

Untuk jumlah tiangnya sendiri cukup beragam dan umumnya jumlah tiang akan menyesuaikan ukuran rumah.

Jika ukuran rumahnya besar, maka jumlah tiangnya sebaiknya juga cukup banyak agar rumah tetap kokoh berdiri saat menampung banyak orang.

Penentuan jumlah tiang biasanya juga akan menyesuaikan fungsi rumah; apakah sebagai hunian atau aula.

Badan Rumah

Struktur badan rumah di sini mencakup dinding, lantai, dan tangga utama yang sebagian besar materialnya adalah kayu hitam eboni, kayu jati, dan bambu.

Uniknya, bagian dinding pada rumah ini tak sepenuhya tertutup sebab tinggi dinding rumah rata-rata hanya satu meter saja. Selebihnya dibiarkan terbuka hingga ke atap.

Dindingnya sendiri berupa papan kayu yang terpasang di antara rangka-rangka dinding yang terbuat dari kayu yang berukuran lebih kecil.

Bagaimana dengan lantai? Lantai pada rumah adat ini juga berupa papan kayu sederhana yang terpasang secara teratur dan juga rapat, alias tanpa celah.

Atap

Sementara atapnya adalah atap ilalang yang terpasang di atas rangka atap yang berbentuk perahu terbalik.

Di puncak atap, tepatmya di area puncak segitganya, terdapat ornamen tanduk kerbau yang sangat menonjol.

Ukuran dari ornamen tanduk kerbau ini beragam, mulai dari ukuran sedang hingga besar. Kemudian keberadaan ornamen ini juga sangat spesial.

Sebab, ornamen tanduk kerbau ini hanya boleh terpasang di atap rumah adat Lobo yang masyarakat gunakan sebagai aula.

Artinya, kamu tidak akan menjumpai ornamen serupa di rumah-rumah Lobo yang menjadi hunian para warga.

Jika kamu perhatikan gambar rumah adat Lobo di atas, atap ilalang ini menutupi hampir separuh dinding rumah. Tujuannya tentu untuk mencegah angin malam masuk ke dalam rumah.

Masih terkait dengan penutup atap yang terbuat dari ilalang, agar penutup atap ini dapat melekat dengan baik, ada yang namanya rangka atap yang berfungsi untuk menjadi alas bagi penutup atap.

Jenis Rumah Adat Lobo

rumah adat lobo berasal dari

Melansir situs Wikipedia, terdapat dua fungsi utama rumah adat ini, yaitu sebagai rumah tinggal dan sebagai aula atau balai.

Lobo yang berfungsi sebagai tempat tinggal biasanya berukuran kecil karena sehari-hari hanya dihuni oleh si pemilik rumah beserta keluarganya.

Namun berbeda dengan Lobo yang fungsinya sebagai aula atau balai. Lobo dengan fungsi sebagai aula atau balai ini berukuran jauh lebih besar agar dapat menampung audiens dalam jumlah besar.

Di tiap sudutnya juga terdapat damar atau istilah sekarang adalah lampu penerang.

Penerangan ini sangat penting karena kegiatan persidangan, upacara adat, sembahyang, atau pertemuan adat di aula ini bisa diselenggarakan kapan saja, termasuk di malam hari.

Itu dia informasi seputar rumah adat Lobo yang berasal dari Sulawesi Tengah. Dari informasi tersebut, dapat kita simpulkan bahwa rumah adat ini sungguh berbeda dengan rumah adat di Sulawesi lainnya.

Khususnya dari aspek desain arsitektur dan juga pembagian ruangannnya hanya berupa satu ruangan saja.

Kemudian dari aspek penggunaan material dan juga fungsi rumah, masih ada beberapa kesamaan dengan rumah adat Sulawesi dan rumah adat Indonesia lainnya.

Mungkin ada hal menarik atau keunikan lainnya yang kamu ketahui dari rumah adat ini? Dan jika kamu menemukannya, jangan sungkan untuk menambahkannya di kolom komentar, ya.