Selaso Jatuh Kembar merupakan warisan budaya khas masyarakat Riau yang berguna sebagai balai pertemuan antar warga.
Dulunya setiap desa di Pulau Riau setidaknya memiliki satu rumah adat, namun seiring berjalannya waktu mulai tergantikan bangunan masjid serta rumah tinggal masyarakat setempat.
Memiliki nama lain “Balai Salaso Jatuh”, rumah adat Riau ini memiliki bentuk arsitektur unik. Semua komponen bangunannya terbuat dari bahan alam seperti kayu rotan, daun rumbiat, dan anyaman bambu yang tersusun rapi.
Bagaimana sejarah serta keunikan Balai Selaso Jatuh khas Riau kali ini? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Sekilas Tentang Rumah Selaso Jatuh Kembar Melayu
Rumah adat Selaso Jatuh Kembar, juga dikenal sebagai Balai Salaso Jatuh, adalah bangunan tradisional yang menyerupai rumah adat tetapi tidak digunakan sebagai tempat tinggal.
Bangunan ini juga berfungsi untuk tempat mengadakan musyawarah atau rapat adat. Sesuai dengan fungsinya, bangunan ini memiliki berbagai nama, seperti Balairung Sari, Balai Pengobatan, dan Balai Kerapatan.
Rumah adat melayu ini juga sering untuk tempat upacara adat dan kebudayaan, atau acara pernikahan.
Seiring berjalannya waktu, rumah ini juga mulai digunakan untuk tempat tinggal, khususnya bagi para tetua serta tokoh-tokoh penting yang dianggap berpengaruh di masyarakat.
Namun, saat ini hanya tersisa beberapa rumah saja, karena musyawarah di desa-desa sering dilakukan di rumah Penghulu, sementara kegiatan keagamaan dilaksanakan di masjid.
Struktur rumah ini terdiri dari beberapa ruangan, termasuk ruangan besar untuk tempat tidur, ruang bersila, anjungan, dan dapur.
Rumah adat Suku Melayu dari Sumatra ini juga dilengkapi dengan Balai Adat yang digunakan untuk pertemuan dan musyawarah adat.
Balai Salaso Jatuah Kambar (dalam bahasa Minangkabau) bentuknya berupa rumah panggung dan punya tiang sebagai penopang berjumlah genap berukuran sekitar satu sampai dua setengah meter.
Arsitekturnya menyerupai bangun persegi panjang, kemudian menggunakan material kayu berkualitas meliputi kayu tembesu, kayu kulim, kayu pinak, dan kayu resak.
Sejarah Berdirinya Selaso Jatuh Kembar Riau
Dalam Bahasa Melayu, Selaso mengandung makna “Selasar” atau “Serambi”. Sedangkan kata “Jatuh Kembar” memiliki makna bagian lainnya lebih rendah.
Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar adalah bangunan besar dengan lebih dari satu tingkat, yang memiliki desain khas berupa dua selasar atau Selaso yang posisinya lebih rendah dibandingkan ruang tengah, sehingga tampak seperti jatuh. Inilah asal usul penamaan rumah Selaso Jatuh Kembar, yang mencerminkan adanya dua selasar yang identik.
Zaman dulu masyarakat Riau suka menyelesaikan masalahnya secara musyawarah, namun sayangnya belum memiliki balai pertemuan memadai.
Akhirnya kepala adat daerah setempat mengajak masyarakat untuk membangun tempat pertemuan sederhana menggunakan bahan alam dari lingkungan sekitar.
Sejarah rumah adat Selaso Jatuh Kembar berawal dari tradisi masyarakat yang menggunakan sungai sebagai lalu lintas sehari-hari.
Masyarakat berinisiatif untuk mendirikan bangunan menghadap ke sungai untuk memudahkan mobilisasi, namun tetap memperhatikan aspek penting lainnya.
Rumah adat ini dibangun dengan bahan alami, seperti atap dari daun rumbia yang disusun dan diikat menggunakan rotan pada rangka atap, serta dinding dan tiang dari kayu berkualitas tinggi seperti kayu meranti, kayu punak, atau kayu medang.
Di masa lalu, Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar digunakan sebagai balai pertemuan adat, sehingga nama rumah ini pun mencerminkan fungsinya sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah.
Setiap desa wajib membangun Balai Selaso Jatuh sebagai tempat berkumpulnya para warga.
Fungsi Balai Selaso Jatuh Kembar
Selaso Jatuh Kembar menjadi bangunan bersejarah masyarakat Kepulauan Riau yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan bangunan berukuran luas, arsitektur panggung, dan ukirannya yang sangat cantik membuatnya sangat bermanfaat sebagai kegiatan:
- Untuk tempat tinggal warga
- Balai pertemuan adat
- Tempat melakukan berbagai aktivitas seperti beribadah, istirahat, bersantai, dan musyawarah
- Bagian kolong bawah rumah bermanfaat sebagai gudang kayu, kandang hewan ternak, bermain anak, menyimpan perahu, dan menjalankan pekerjaan bertukang.
- Melakukan pertunjukan seni budaya serta upacara adat daerah
Ciri Khas dan Keunikan Rumah Selaso Jatuh Kembar
Setiap keunikan Selaso Jatuh Kembar atau Balai Selaso Jatuh ternyata memiliki makna filosofis bagi masyarakat Kepulauan Riau.
Tidak hanya bagian tiang penyangga bangunan, namun ukiran khas yang mengelilingi bangunan juga memiliki arti berbeda-beda seperti penjelasan berikut ini.
Menghadap ke Sungai
Seperti yang Kami katakan sebelumnya, bahwa masyarakat melayu di Riau hidup di dekat sungai, tepatnya Sungai Siak.
Oleh karenanya mereka sering menggunakan sungai sebagai lalu lintas sehari-hari. Akhirnya untuk memudahkan mobilatas dan aktivitas mereka membangun rumahnya dekat dengan sungai.
Banyak Ukiran Cantik
Masyarakat Riau memiliki desain ukiran autentik yang mampu membuat bangunan rumahnya bisa terlihat sangat elegan.
Ukiran semacam ombak atau binatang selalu menghiasi elemen bangunan mulai dari bagian atap, pintu, jendela, dinding hingga pegangan tangga masuk.
Masyarakat Kepulauan Riau selalu menyematkan ukiran dalam bangunan tempat tinggal ataupun balai pertemuan.
Atapnya Berbentuk Kerucut
Berdasarkan gambar rumah adat Riau, atap Balai Selaso Jatuh berbentuk kerucut dengan ukiran menyilang menghadap ke atas.
Warga Kepulauan Riau menyebutnya “Sulo Bayung” atau “Sayok Layangan” yang memiliki makna filosofis tersendiri bagi masyarakat setempat.
Memiliki Tiang Berbagai Bentuk
Berdasarkan kepercayaan Kepulauan Riau, tiang segi empat dalam bangunan Balai Selaso Jatuh mampu mendatangkan rezeki dari berbagai penjuru.
Tiang segi enam sebagai simbol keimanan, segi tujuh menggambarkan surga neraka, dan segi sembilan menentukan strata ekonomi pemilik.
Dinding yang Miring
Tidak hanya Menara Pisa yang terkenal dengan kemiringannya, tetapi juga dinding rumah adat Selaso Jatuh Kembar yang unik karena kemiringannya.
Keunikan ini bukan tanpa alasan; dinding yang miring tersebut dirancang khusus untuk memperkuat struktur rumah dalam menghadapi hembusan angin laut yang kencang.
Rumah Kecil Selaso Jatuh Kembar
Di halaman rumah adat Selaso Jatuh Kembar, biasanya terdapat sebuah bangunan tambahan yang mirip dengan bangunan utama, tetapi ukurannya jauh lebih kecil sehingga hanya cukup untuk satu orang.
Bangunan mungil ini berfungsi sebagai tempat ibadah pada hari-hari besar dan sekaligus menjadi simbol identitas suku Melayu yang terkenal sangat religius.
Keberadaan rumah kecil ini tidak hanya memperkaya estetika arsitektur tradisional, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai spiritual dan kebudayaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Melayu.
Bagian-bagian Rumah Selaso Jatuh Kembar dan Filosofinya
Layaknya rumah adat Indonesia lainnya, Balai Selaso Jatuh juga memiliki bentuk arsitektur khas Pulau Riau.
Walaupun terbuat dari bahan alam sederhana, namun tampilan bangunannya terlihat sangat indah penuh ukiran khas serta detail ornamen menakjubkan. Ingin tahu lebih jauh tentang bentuk arsitekturnya? Berikut penjelasannya.
Atap Selaso Jatuh Kembar
Atap rumah adat Selaso Jatuh Kembar memiliki bentuk kerucut yang dihiasi dengan ornamen berbentuk menyilang yang menghadap ke atas, yang dikenal sebagai Sayok Layangan atau Sulo Bayung.
Hiasan ini bukan sekadar elemen dekoratif, melainkan simbol kepercayaan masyarakat Riau kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta pengingat untuk senantiasa beribadah.
Penggunaan dedaunan sebagai atap juga memiliki alasan historis, di mana pada zaman dulu, masyarakat Riau belum mengenal genteng tanah liat.
Mereka memilih dedaunan sebagai atap sebagai bentuk rasa syukur atas berkah alam dari Tuhan.
Material alami seperti dedaunan pinah dan rumbai memberikan suasana sejuk dan nyaman, menambah keunikan serta fungsionalitas rumah adat ini.
Sekat Ruangan
Rumah Selaso Jatuh Kembar memiliki desain unik dengan beberapa sekat yang membaginya menjadi ruang-ruang khusus, meskipun rumah ini bukan untuk tempat tinggal sehari-hari.
Setiap sekat memiliki fungsi spesifik, seperti ruang berkumpul yang terbagi berdasarkan kelompok—tetua, warga laki-laki, dan perempuan.
Selain itu, terdapat ruang untuk menyimpan benda-benda adat, seperti perlengkapan tari dan alat-alat musik tradisional.
Rumah ini juga punya anjungan dan tempat tidur khusus untuk prosesi tertentu, serta dapur yang digunakan saat ada acara adat.
Semua ruang ini menunjukkan betapa pentingnya rumah adat sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat setempat.
Loteng Selaso Jatuh Kembar
Di rumah Selaso Jatuh Kembar, tepat di bawah atap tertinggi, terdapat dua loteng yang namanya Langsa dan Panas.
Loteng Langsa biasanya terletak di atas dapur dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan, menjaga persediaan agar tetap aman dan kering.
Di sisi lain, loteng Panas berperan sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga, yang ditempatkan dengan hati-hati di atas ruang utama rumah, memberikan perlindungan tambahan bagi benda-benda penting milik keluarga.
Keberadaan kedua loteng ini mencerminkan pemanfaatan ruang yang cermat dan fungsional dalam arsitektur tradisional.
Kasau
Kasau, yang juga dikenal sebagai kaki kuda-kuda, merupakan elemen penting dalam konstruksi atap, terutama di bagian dapur yang biasanya menyatu dengan loteng.
Fungsinya adalah untuk mengikat dan memperkokoh struktur atap. Terdapat dua jenis kasau, yaitu Kasau Jantan dan Kasau Betina. Kasau Jantan dipasang di bagian bawah, sedangkan Kasau Betina ditempatkan di bagian atas.
Diantara kedua kasau ini terdapat elemen yang disebut gulung-gulung, yang berbentuk persegi dan dipasang sejajar dengan tulang bubung.
Gulung-gulung berperan penting dalam memperkuat posisi atap, memastikan struktur tetap kokoh dan stabil.
Selaso untuk Tempat Berkumpul
Salah satu keunikan yang memikat dari rumah adat Selaso Jatuh Kembar di Riau adalah desain selasar yang posisinya lebih rendah dibandingkan ruang utama.
Selasar ini bukan hanya elemen arsitektural yang menarik, tetapi juga memiliki fungsi sosial yang penting, karena di sinilah masyarakat Riau di masa lampau kerap berkumpul untuk bermusyawarah dan berbagi cerita.
Untuk mencapai selasar ini, terdapat tangga yang cukup lebar dengan birai sebagai pembatas.
Atap yang menutupi selasar juga memberikan kenyamanan, melindungi dari terik matahari dan hujan, sehingga aktivitas di sini bisa berlangsung dengan nyaman sepanjang waktu.
Tiang Selaso Jatuh Kembar
Tiang Selaso Jatuh Kembar adalah elemen penting dalam arsitektur rumah Melayu, berfungsi sebagai penopang utama.
Bentuk tiangnya dibuat dalam berbagai bentuk, seperti segi delapan dan segi empat, yang masing-masing melambangkan arah mata angin untuk mendatangkan rejeki dan berkah dari segala penjuru.
Jika berbentuk segi enam, tiang ini menggambarkan rukun iman, sementara segi tujuh melambangkan surga dan neraka dengan tujuh tingkatan.
Ada juga tiang segi sembilan atau yang dikenal sebagai tiang rangkaye, yang mencerminkan strata ekonomi penghuninya.
Ukuran dan jumlah tiang utama, yang terdiri dari tiang seri dan tiang penghulu (atau tiang tuo), bervariasi sesuai dengan fungsinya, dengan jarak antar tiang sekitar tiga meter.
Biasanya, jumlah tiang utama selalu genap dan tingginya berkisar antara satu hingga dua setengah meter, semakin tinggi jika rumah dekat dengan laut.
Jenis kayu untuk tiang ini adalah kayu keras seperti kayu Kulim, Tembesu, Resak, dan Punak.
Namun, di zaman modern, beberapa Rumah Adat Selaso Kembar dibangun dengan bahan yang lebih kuat seperti batu bata dan semen, menggantikan tiang kayu tradisional untuk memberikan kestabilan lebih.
Rasuk
Rumah Adat Selaso Kembar memiliki bagian penting yang disebut rasuk. Fungsinya adalah sebagai penghubung utama antara pasak-pasak antar tiang serta menyokong atap.
Rasuk ini memainkan peran kunci dalam struktur rumah, di mana pasak berbentuk persegi digunakan untuk memperkokoh sambungan antar tiang.
Namun, seiring perkembangan zaman, fungsi pasak tradisional ini sering digantikan oleh paku yang lebih modern. Selain pasak, rasuk juga terhubung dengan jenang di bagian atasnya.
Dalam konstruksi Rumah Adat Selaso Kembar, terdapat dua jenis rasuk, yaitu rasuk berukuran besar dan rasuk kecil yang sering disebut anak.
Kedua jenis rasuk ini disusun secara berurutan untuk membentuk kerangka atap, dan setelah kerangka selesai, barulah atap dipasang.
Dinding
Dinding Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar yang khas dibangun menggunakan kayu sebagai bahan utama, dengan pilihan kayu yang kuat seperti meranti, punak, dan medang.
Proses pemasangannya menggunakan teknik lidah pian, di mana papan lebar kayu disusun rapat sehingga menghasilkan dinding yang kokoh dan estetik.
Meskipun kini banyak rumah modern menggunakan batu bata dan semen sebagai pengganti, penggunaan kayu tetap dipertahankan untuk elemen-elemen penting seperti pintu, jendela, dan lantai.
Khusus untuk pintu, jenis kayunya menggunakan kayu punak dan tembesu karena kualitas dan kekuatannya, memberikan sentuhan alami dan tradisional yang kental.
Pintu
Rumah Adat Selaso Kembar memiliki dua jenis pintu yang masing-masing memiliki fungsi dan sebutan berbeda.
Pintu pertama menghubungkan penghuni dengan area luar rumah, sementara pintu kedua menghubungkan antar ruang di dalam rumah.
Pintu dalam ini dikenal sebagai “pintu malim” atau “pintu curi,” dinamai demikian karena kadang digunakan untuk mengintip tamu yang datang, memberikan kesempatan untuk sekilas mencuri pandang.
Sementara itu, pintu yang menghubungkan bagian dalam rumah dengan bagian luar tidak memiliki sebutan khusus.
Keduanya memiliki lubang angin di bagian atas dan kisi-kisi di bagian bawah, yang selain berfungsi sebagai ventilasi, juga ada hiasan dengan ukiran khusus.
Ukiran pada lubang angin dan daun pintu biasanya menggambarkan kombinasi motif binatang dan tanaman, menambah keindahan artistik dari Rumah Adat Selaso Kembar.
Jendela dan Lantai Selaso Jatuh Kembar
Untuk jendela dan lantainya, rumah adat Riau ini juga menggunakan kayu sebagai material utama.
Jendela rumah ini bervariasi ukurannya tergantung pada ketinggian dinding, dengan jendela di ruang utama biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya.
Lantai kayu yang digunakan disusun dari papan-papan kayu yang dipasang rapat satu sama lain, dengan pola penempatan yang mengikuti posisi rasuk di atap untuk menciptakan sinkronisasi visual dan struktural.
Di ujung lantai, terdapat bendul—penguat yang juga terbuat dari kayu serupa—yang berfungsi sebagai batas lantai dan memberikan kestabilan tambahan pada struktur bangunan.
Setiap detail pemasangan dilakukan dengan teliti untuk memastikan kekuatan dan keindahan bangunan tradisional ini.
Tangga dan Kolong
Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar memiliki tangga yang dulunya terbuat dari kayu keras dan kuat, mampu bertahan menghadapi segala macam perubahan cuaca.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kini tangga tersebut sering kali terbuat dari batu bata atau semen.
Pada bagian sisi kanan dan kiri tangga, terdapat ukiran indah yang menyerupai tanaman dan satwa, yang memiliki makna khusus bagi masyarakat setempat.
Rumah adat melayu ini juga punya kolong untuk tempat menyimpan barang seperti kayu bakar atau perahu untuk pergi melaut.
Bagi keluarga yang tinggal di rumah tersebut, kolong rumah biasanya penuh dengan barang-barang terkait mata pencaharian mereka.
Namun, jika rumah tersebut digunakan sebagai bangunan serbaguna atau rumah adat, kolongnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda adat yang penting untuk pelaksanaan upacara khusus.
Makna Corak Ukiran pada Selaso Jatuh Kembar
Seperti yang sudah Kami jelaskan sebelumnya, bahwa rumah selaso jatuh kembar banyak terdapat berbagai corak ukiran.
Corak yang digunakan bukan hanya sebagai hiasan semata, tapi punya makna tersendiri. Berikut ini penjelasan maknanya.
Corak itik sekawan
Rumah Adat Selaso Kembar memiliki ukiran khas yang dikenal dengan sebutan “Itik Sekawan”.
Corak ini diguratkan di dinding dengan makna mendalam, menggambarkan harapan agar manusia dapat hidup berdampingan dalam harmoni, damai, kompak, dan bersama-sama hingga akhir hayat.
Motif itik sekawan ini berbentuk serangkaian itik yang berbaris rapi, berjalan bersama-sama menuju kandang.
Oleh karena itu, ukiran ini juga disebut Itik Pulang Petang, yang menggambarkan kebersamaan dan kesatuan dalam kehidupan sehari-hari.
Corak Pucuk Rebung
Ukiran pucuk rebung merupakan salah satu motif yang memiliki makna mendalam dalam seni ukir tradisional.
Bentuk coraknya mirip seperti tunas bambu yang masih muda dan tumbuh meruncing, dengan berbagai bentuk yang masing-masing memiliki simbolisme tersendiri.
Misalnya, Pucuk Rebung Bertunas melambangkan hilangnya rasa lapar dan dahaga, menunjukkan bahwa setiap masalah selalu memiliki solusi.
Pucuk Rebung Sekuntum menggambarkan kebersamaan dalam bermusyawarah untuk mencapai mufakat ketika menghadapi persoalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Sementara itu, Pucuk Rebung Kaluk Paku menjadi simbol gotong royong dan saling membantu antarwarga desa.
Terakhir, Pucuk Rebung Sirih Tunggal mengingatkan kita akan pentingnya berhati-hati karena bahaya dan kesialan bisa datang dari mana saja.
Ukiran-ukiran ini sering ada di tiang-tiang rumah, baik di bagian pangkal maupun bagian atasnya, menjadi ornamen yang memperindah dan memperkaya nilai budaya suatu bangunan.
Ukiran Lebah Bergantung
Selanjutnya ada ukiran khas melayu yang namanya lebah bergantung dengan bentuk ombak-ombak.
Corak ini terinspirasi dari sarang lebah yang menggantung di atas pohon atau suatu tempat.
Corak lebah bergantung biasanya ada di bawah tangga sebagai simbol supaya semua orang dapat jadi orang yang bermanfaat untuk orang lain, sama seperti lebah yang menghasilkan madu yang kaya akan manfaat.
Ukiran Semut Beriring
Ukiran dengan nama “Semut Beriring” menggambarkan corak semut yang berjalan beriringan.
Motif ini mengandung makna mendalam yang mengajak manusia untuk meneladani sifat semut yang rukun, tolong-menolong, rajin, dan teguh pada pendirian.
Seperti halnya semut yang selalu bekerja sama dan hidup dalam harmoni, ukiran ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan solidaritas dalam kehidupan sehari-hari.
Simbol Alam Semesta
Awan Larat adalah simbol alam semesta yang melambangkan kemudahan dalam mendapatkan rejeki.
Simbol ini diwujudkan dalam rangkaian motif yang teratur dan saling terhubung, sering ditemui pada bagian anak tangga, sisi pintu dan jendela, serta bagian atas ventilasi rumah.
Motif Awan Larat tidak hanya sekadar hiasan, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam kepercayaan lokal. Ia mencerminkan keyakinan bahwa rejeki bisa datang dari berbagai arah dan cara.
Ventilasi rumah, seringnya memakai simbol arah mata angin, mengingatkan bahwa keberuntungan bisa datang dari mana saja.
Pintu dan jendela, sebagai jalan angin, dianggap sebagai jalan masuk bagi rejeki ke dalam rumah. Sedangkan anak tangga melambangkan panduan untuk memasuki jalan yang benar dalam memperoleh berkah.