Sumatera Utara yang mayoritas dihuni oleh suku Batak, punya rumah adat yang namanya Rumah Bolon.
Salah satu hal yang paling menarik dari rumah adat suku Batak Toba ini yaitu atapnya yang melengkung dan meruncing di setiap ujungnya.
Dibalik bentuk rumahnya yang unik, ternyata rumah adat Sumatra Utara ini menyimpan makna dan filosofi tersendiri.
Penasaran apa saja itu? Simak selengkapnya dalam ulasan artikel rumah bolon berikut ini.
Sejarah Rumah Adat Bolon Batak Toba
Melansir dari Album Arsitektur Tradisional Sumatra Utara terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dulunya rumah adat bolon hanya dipakai oleh para bangsawan termasuk raja, selir dan pengawal raja.
Jumlah yang tinggal ada 13 raja yaitu Raja Raondop, Raja Rajaulan, Raja Rahalim, Raja Mogam, Raja Baringin, Raja Ranjinman, Raja Atian, Raja Karel Tanjung, Raja Batiran, Raja Hormabulan, Raja Nagaraja, Raja Bonabatu dan Raja Bakkaraja.
Raja pertama yang membangun dan menempati Rumah Bolon adalah Raja Tuan Rahalim, seorang raja yang berjaya di Simalungun pada pertengahan abad ke-19.
Sejarah rumah bolon pertama kali didirikan sekitar tahun 1864 di Desa Pematang Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Setelah kekuasaan raja terakhir, Tuang Mogang Purba, berakhir, pewaris terakhirnya menyerahkan rumah tersebut kepada pemerintah daerah Sumatera Utara.
Rumah ini kemudian diakui secara nasional sebagai perwakilan rumah adat Sumatera Utara. Seiring berjalannya waktu, Rumah Bolon digunakan oleh masyarakat biasa dan dihuni oleh sekitar 5 hingga 6 anggota keluarga.
Beberapa diantaranya ada yang dijadikan museum sekaligus menjadi tempat wisata. Kamu bisa mengunjungi aalah satunya di Desa Adat Ompu Marjobu Situngkir, Kabupaten Samosir.
Walaupun tergerus modernisasi, masyarakat desa adat tetap tinggal di sana dan tetap melestarikannya.
Masyarakat tetap menggunakan ruma bolon untuk upacara kematian Sari Matua, upacara Malua, pesta adat perkawinan serta natal oikumene.
Keberadaan rumah adat ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Desa Adat Ompu Marjobu Situngkir dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan dan tradisi keagamaan.
Fungsi Rumah Bolon Batak Toba
Rumah Bolon suku Batak Toba memiliki beberapa ruangan dan memiliki fungsinya masing-masing, berikut penjelasannya:
Tempat Tinggal
Rumah Bolon berfungsi sebagai tempat tinggal bagi keluarga besar suku Batak Toba. Desain rumah yang besar dan berbentuk panggung memungkinkan beberapa keluarga untuk tinggal bersama di dalam satu rumah.
Hal ini mendukung adanya kebersamaan serta kekompakan internal dalam komunitas Batak Toba. Bentuk dan ukuran rumah menandakan status sosial penghuninya.
Berikut ini penjelasan untuk pembagian ruangan di dalam rumah bolon:
Ruang jabu bona
Letak jabu bona ada di bagian belakang sebelah kanan rumah. Biasanya yang menghuni ruangan ini adalah para petinggi keluarga atau kepala keluarga. Tempat ini dianggap sakral oleh anggota keluarga yang tinggal.
Ruang jabu soding
Masih di bagian belakang rumah, berikutnya adat ruang yang namanya jabu soding. Letaknya ada di sebelah belakang kiri rumah dan biasanya ruangan ini saling berhadapan dengan ruang jabu bong.
Ini adalah kamar untuk anak perempuan pemilik rumah yang telah menikah tapi belum punya rumah sendiri. Selain sebagai kamar anak perempuan, ruangan ini juga dipakai untuk ruang tamu atau tempat penyelenggaraan upacara adat.
Ruang jabu suhat
Ruangan selanjutnya yaitu ruang jabu suhat yang terletak di depan sebelah kiri. Yang menghuni kamar ini adalah anak laki-laki dari pemilik rumah yang sudah kawin.
Ruang tampar piring
Selanjutnya ada ruang tampar siring yang terletak di samping jabu suhat. Fungsinya juga sama yaitu untuk kamar anak laki-laki atau untuk menyambut tamu yang berkunjung.
Ruang jabu tonga rona ni jabu rona
Ini adalah ruangan yang paling besar di dalam rumah bolon. Letak ruangan ini ada di bagian tengah rumah dan fungsinya untuk tempat kumpul keluarga.
Kolong rumah
Kolong rumah pada rumah adat bolong tidak dianggurkan oleh pemilik rumah. Biasanya digunakan untuk menaruh barang tani, bahan pangan atau untuk kandang ternak.
Tempat Upacara Adat
Rumah Bolon juga berfungsi sebagai tempat beragam upacara adat. Upacara-upacara penting seperti pernikahan, upacara kematian, dan upacara adat lainnya sering diadakan di Rumah Bolon.
Rumah ini menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya, sehingga memainkan peran penting dalam melestarikan tradisi dan adat istiadat suku Batak Toba.
Tempat Menyimpan Barang dan Hasil Panen
Selain sebagai tempat tinggal dan tempat upacara adat, Rumah Bolon juga digunakan untuk menyimpan barang-barang berharga dan hasil panen.
Bagian bawah rumah panggung sering digunakan untuk menyimpan padi, jagung, dan hasil panen lainnya.
Ini memberikan perlindungan dari hama dan kondisi cuaca yang buruk, serta memastikan ketahanan pangan bagi keluarga yang tinggal di sana.
Arsitektur Bentuk Rumah Bolon dan Filosofinya
Secara keseluruhan, umah ini memiliki tiga bagian utama: atap, rumah utama, dan kolong. Bagian atap melambangkan dimensi kehidupan tertinggi dan merupakan tempat para dewa.
Lantai rumah menggambarkan dimensi kehidupan manusia di dunia, sementara kolong melambangkan dimensi paling bawah, yaitu dunia kematian.
Rumah adat Bolon milik suku Batak Toba dibangun dengan material utamanya berupa kayu yang disambung dengan pasak di sudut-sudutnya supaya rumah bisa berdiri kokoh.
Rumah ini berjenis panggung, dengan ketinggian sekitar 1,75 meter dari permukaan tanah. Akses masuk ke dalam rumah menggunakan anak tangga berjumlah ganjil yang terletak di bagian depan.
Tiang-tiang penyangga pada kolong rumah diberi hiasan ukiran dengan ornamen gatip-gatip, yang menggambarkan jenis ular berbisa.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, perjumpaan dengan ular gatip bisa menandakan nasib baik atau buruk.
Desain pintu masuk pada rumah Bolon sengaja dibuat rendah supaya orang yang berkunjung harus menunduk terlebih dahulu sebelum memasuki rumah. Hal tersebut sebagai simbol penghormatan kepada tuan rumah.
Bagian depan dan sisi kiri kanan rumah Bolon biasanya dihias dengan ornamen halikkip, yang merupakan motif geometris berbentuk belah ketupat. Motif ini melambangkan kerapian dan keteraturan.
Badan rumah Bolon berbentuk persegi panjang, dengan ukuran yang besar sehingga dapat dihuni oleh banyak orang.
Menurut Radio Edukasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), rumah Bolon biasanya dihuni oleh 5 hingga 6 keluarga. Atap rumah Bolon berbentuk runcing di bagian depan dan belakang.
Uniknya, atap bagian depan dibuat lebih rendah dibandingkan dengan bagian belakang, karena bagian belakang rumah Bolon dianggap sebagai wilayah yang paling sakral oleh masyarakat setempat.
Ciri Khas dan Keunikan Rumah Bolon
Rumah Tahan Gempa
Walaupun hanyalah sebuah rumah panggung dari kayu, rumah bolon adalah jenis rumah yang sangat kokoh. Landasang pondasi rumahnya memakai batu alam yang namanya batu ojahan sebagai tumpuannya.
Di atas batu ojahan, diletakkan tiang-tiang berdiameter hingga 50 cm. Dengan 18 tiang penyangga, rumah Bolon menjadi sangat kokoh dan tahan gempa.
Bentuk yang Unik
Desain arsitektur rumah bolon terbilang cukup unik dengan bentuknya segi empat serta model rumah panggung yang tingginya mencapai 1,75 meter dari permukaan tanah.
Oleh karena itu, setiap rumah dilengkapi dengan tangga kayu sebagai jalan masuk. Dalam setiap perumahan atau istilahnya “huta“, terdapat ruma (rumah utama) yang letaknya ada di sisi utara dan sopo (lumbung) di sebelah selatan. Keduanya dipisahkan oleh alaman (halaman).
Ada sebuah pohon bertuah yang dinamakan pohon hariara, sejenis pohon beringin di setiap pintu gerbang huta. Sementara itu, bagian timur huta biasanya adalah letak sawah atau kebun yang mengikuti arah terbitnya matahari.
Keunikan Dinding dan Atap Rumah
Rumah adat milik Suku Batak Toba ini punya atap yang terbuat dari material alami yaitu daun rumbi yang banyak ada di daerah Sumatra.
Bentuk atapnya sangat unik karena menyerupai punggung kuda dan dikenal tahan terhadap tiupan angin kencang.
Dalam kepercayaan suku Batak Toba, bagian atap merupakan tempat suci, oleh karenanya sering dipakai untuk menyimpan benda berharga atau benda pusaka.
Dinding rumah terbuat dari papan bilah kayu atau tepas yang dijalin dengan tali pengikat yang disebut retret.
Tali ini diambil dari rotan dan dianyam menyerupai bentuk kepala cicak. Bagi suku Batak, cicak melambangkan penjaga sebuah hunian.
Ukiran Rumah
Ukiran atau ornamen dalam rumah adat Batak disebut Gorga, yang dulunya dipercaya sebagai penangkal makhluk jahat, bahaya, kesialan serta penyakit.
Hiasan dengan bentuk ukiran gorga biasanya terdapat di dinding, pintu dan rumah. Bentuknya macam-macam, mulai dari ular, kerbau, dan cicak. Masing-masing bentuk ukiran memiliki makna tersendiri.
Gorga berbentuk ular dihubungkan dengan keyakinan masyarakat bahwa jika rumah dimasuki ular, maka hunian tersebut akan mendapatkan banyak berkat.
Gorga berbentuk cicak melambangkan kemampuan orang Batak untuk bertahan hidup, meskipun berada di tanah perantauan dan jauh dari keluarga.
Orang Batak juga mampu menjalin hubungan baik yang kuat dengan sesama sukunya, meskipun berada di tempat suku lain.
Gorga berbentuk kerbau melambangkan rasa syukur dan terima kasih atas tenaga kerbau yang membantu manusia bekerja di sawah.
Selain menambah estetika rumah, Gorga juga merepresentasikan lambang keyakinan manusia terhadap Tuhan Mulajadi Nabolon atau Tuhan yang Maha Besar.
Filosofi Rumah Bolon Sumatera Utara
Sebagaimana masyarakat Indonesia yang selalu menjaga adat dan budayanya, suku Batak menjadikan Rumah Bolon sebagai simbol kehidupan manusia dan hubungannya dengan alam.
Konstruksinya yang menyerupai panggung berbentuk persegi panjang dengan atap tinggi disimbolkan sebagai seekor kerbau yang berdiri.
Dalam kepercayaan masyarakat Suku Batak, kerbau merupakan hewan ternak yang sangat disakralkan dan menjadi komoditas utama. Ukiran di Rumah Bolon, yang dikenal sebagai Gorga, terletak di atas pintu depan.
Selain untuk mempercantik rumah, Gorga bermakna kebenaran bagi orang Batak, artinya setiap manusia kudu mengetahui hukum yang diturunkan oleh Tuhan Mulajadi Nabolon.
Dekorasi Rumah Bolon juga melibatkan tengkorak kerbau yang dipajang di bagian depan rumah.
Jumlah tengkorak kepala kerbau menandakan tingkat kemakmuran penghuni rumah; semakin banyak jumlahnya, semakin makmur penghuninya.
Dalam bangunan rumah bolon biasanya ada hiasan anyaman di bagian atap yang warnanya menggambarkan kepribadian pemilik rumah. Warna yang digunakan biasanya adalah hitam, mewah atau putih.
Pondasi rumah yang kokoh menggambarkan masyarakat suku Batak yang selalu bersama-sama dalam mengatasi beban berat.
Tiang penyangga, yang disebut ninggor, melambangkan kejujuran setiap warga. Atap rumah, yang disebut songsong boltok, dimaknai agar sikap yang kurang berkenan dari pemilik rumah sebaiknya disimpan di dalam hati.
Di dalam rumah juga terdapat panggung kecil untuk menyimpan hasil panen, yang melambangkan harapan kepada Sang Pencipta supaya penghuni rumah banyak dilimpahi rezeki.
Makna yang terkandung dalam setiap bagian rumah membuktikan bahwa rumah tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat berteduh dan tinggal, tetapi juga penuh dengan pedoman hidup.