Rumah Baluk

Indonesia memiliki banyak sekali warisan tak benda yang patut kita kagumi. Salah satunya adalah rumah adat Baluk yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat.

Rumah adat Kalimantan Barat bernama Baluk ini merupakan hunian dari Suku Dayak Bidayuh yang sebagian besar menempati Kecamatan Siding.

Kabarnya, rumah adat ini memiliki desain arsitektur yang sangat unik dan berbeda dari rumah-rumah Suku Dayak lainnya. Penasaran? Berikut rangkumannya.

Sejarah tentang Rumah Baluk

rumah baluk adalah

Rumah Baluk adalah rumah adat dari Suku Bidayuh yang tinggal di Provinsi Kalimantan Barat. Kita bisa dengan mudah menjumpainya di Desa Hli Buei, Dusun Sebujit, Kecamatan Siding.

Uniknya, selain sebagai tempat tinggal, rumah adat ini kerap menjadi lokasi pelaksanaan upacara adat yang rutin dilaksanakan satu tahun sekali.

Nama upacara adatnya adalah Hliniau yang mana pada saat prosesi tengah berlangsung, tetua adat akan melakukan Ritual Nyobeng.

Hliniau sendiri merupakan upacara adat untuk memohon berkat, kedamaian, kesejahteraan, dan ketentraman.

Masyarakat secara rutin menyelenggarakannya setiap tanggal 15 Juni dan sudah melaksanakannya secara turun-temurun dari dulu hingga sekarang.

Sebagai rumah yang menjadi lokasi sebuah acara adat, pastinya rumah adat ini memiliki ukuran yang cukup luas.

Melansir dari situs Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, fasad rumah ini berbentuk bulat dengan diameter sepanjang 10 meter.

Tinggi rumah ini 12 meter dan memiliki 20 buah tiang penopang yang terbuat dari kayu. Ada juga elemen sebatang kayu yang berfungsi sebagai titian.

Desain Arsitektur Rumah Baluk

fungsi rumah baluk sebagai

Dari gambar rumah Baluk di atas, kamu pasti sangat takjub dengan ide desain arsitekturnya, bukan?

Benar sekali, desain arsitektur rumah adat ini memang sangat unik dan jauh berbeda dengan rumah tradisional Suku Dayak lainnya.

Struktur Utama

Sekilas desain rumah adat Kalimantan Barat ini mirip dengan sebuah menara dengan 20 tiang penyangga kayu yang relatif tipis.

Bagian puncaknya berupa bangunan berbentuk bundar berdiameter sekitar 10 meter. Tinggi dari dasar hingga puncaknya kurang lebih 12 meter.

Tangga

Di bawah puncak menara, terdapat tangga yang terpasang miring dengan perkiraan sudut kemiringan 30 derajat.

Struktur tangga ini sangat unik dari segi bentuk karena hanya berupa sebatang pohon yang satu sisinya dibuat sudu-sudut dengan cara sedikit ditebas.

Tebasan ini akan membentuk menyerupai anak tangga yang bisa dipijak.

Kemudian sebagai pengamannya, di sisi kanan dan kiri tangga terdapat pagar dari bambu yang berfungsi sebagai titian.

Puncak Menara

Bagian puncak menara ini adalah bagian utamanya yang berupa konstruksi yang berisi ruangan-ruangan layaknya rumah panggung.

Hanya saja bentuk fasadnya bundar dengan diameter kurang lebih 10 meter. Di dalamnya terdapat dua lantai yang terhubung oleh tangga mungil sebagai akses utamanya.

Lantai pertama lebih luas daripada lantai di atasnya karena mengikuti bentuk bangunan yang semakin ke atas semakin mengerucut.

Nah, di lantai satu terdapat pintu utama untuk keluar masuk, sedangkan di lantai dua hanya ada sebuah jendela yang berukuran cukup besar.

Jendela tersebut memiliki penutup yang terbuat dari daun rumbia kering yang bisa dibuka-tutup sesuai kebutuhan.

Atap

Desain atap rumah ini juga tak kalah menarik dan unik karena tak sekedar berbentuk kerucut saja.

Melainkan ada beberapa detail menarik lainnya. Misalnya ada bagian penutup atap yang bisa dibuka dengan memasangkan sebuah tongkat kayu sebagai pengganjalnya.

Ketika bagian ini dibuka, sekilas fungsinya akan berubah menjadi sebuah kanopi untuk area yang ada di bawahnya.

Selain itu, di bagian puncak struktur atap, ada detail penutup atap yang bentuknya mirip dengan atap rumah adat Sulawesi, tepatnya rumah adat Tongkonan.

Mungkin buat kamu yang sudah pernah melihat gambar rumah adat Tongkonan di buku atau di situs internet, bagian kanan-kiri atapnya runcing dan agak menukik ke atas.

Nah, di bagian puncak yang runcing inilah akan ada sebuah patung burung enggang yang sedang bertengger di masing-masing puncak

Oiya, bagian penutup atap rumah tradisional ini berbahan daun rumbia kering yang sistem pemasangannya dengan cara dipasang saling bertumpukan.

Jadi, dengan metode pemasangan yang demikian, air hujan ataupun terik sinar matahari tidak akan menembus hingga ke dalam.

Dinding

Nah, untuk bagian dinding, baik material maupun metode pemasangannya tak jauh berbeda dengan dinding pada rumah-rumah tradisional Suku Dayak lainnya.

Materialnya dari anyaman dinding dan masyarakat setempat juga menggunakan bilahan kayu tipis sebagai rangka dindingnya.

Anyaman bambu ini memiliki rangkaian anyaman yang rapat, sehingga mampu menghalau udara dingin yang kerap menerjang saat malam hari.

Lantai

Agar lantai papan kayu dapat terpasang dengan baik dan memiliki kekuatan tumpuan yang baik pula, rangka lantai pada rumah ini harus kokoh.

Dengan cerdasnya, masyarakat setempat mengaplikasikan model rangka kayu yang terpasang berderet dengan formasi membujur dan melintang.

Rangka lantai inilah yang nantinya akan menopang lantai yang terbuat dari papan-papan kayu dengan kuatnya.

Bahkan kekuatannya mampu menahan beban yang berasal dari banyak orang yang ada di dalam dua lantai ruangan.

Fungsi Rumah Baluk

gambar rumah baluk

Ngomongin soal fungsi, ada beberapa fungsi rumah adat yang satu ini. Fungsinya antara lain sebagai tempat tinggal, sentral pelaksanaan upacara adat, dan simbol status sosial.

Tempat Tinggal

Salah satu fungsi Rumah Baluk adalah sebagai rumah tinggal atau hunian bagi pemilik dan semua anggota keluarganya.

Namun kabarnya hanya ada beberapa rumah saja yang berfungsi sebagai tempat tinggal.

Biasanya rumah Baluk yang masyarakat gunakan sebagai hunian adalah Baluk yang ukurannya lebih mungil dan tingginya tak sampai 12 meter.

Sentral Upacara Adat

Mengutip dari situs Bappeda Bengkayang, rumah adat ini adalah situs bangunan untuk pengadaan ritual tahunan Nibak’ng atau Gawai Nyobeng.

Ritual adat ini dilaksanakan setiap tanggal 15 Juni yang mana tujuannya adalah sebagai penyampaian rasa syukur kepada leluhur.

Selain itu, upacara ini juga sebagai simbol penyambutan musim tanam berikutnya setelah mendapatkan hasil panen yang berlimpah.

Status Sosial

Ada juga sebagian masyarakat setempat yang mengatakan bahwa rumah ini juga kerap menjadi simbol kedudukan status sosial dalam kehidupan masyarakat.

Namun pendapat ini hanya sekedar pendapat; belum ada sumber yang jelas yang dapat mendukung akan kebenaran dari pendapat tersebut.

Namun yang jelas, terkait dengan kedudukan, tinggi rumah ini melambangkan kedudukan Kamang Triyuh yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat.

Eksistensi Rumah Baluk Saat ini

rumah adat baluk berasal dari

Menurut info yang beredar saat ini, masih ada sejumlah Rumah Baluk yang masih eksis dengan desain arsitekturnya yang autentik.

Bahkan beberapa di antaranya kini menjadi situs wisata budaya yang kerap dipromosikan oleh pemerintah daerah setempat.

Pemerintah pusat melalui lembaga terkait juga telah menetapkan Rumah Baluk ini sebagai warisan budaya tak benda yang wajib dijaga dan dilestarikan.

Upaya pelestariannya bisa dengan berbagai cara. Misalnya dengan program restorasi atau pemugaran terhadap unit yang mungkin sudah kurang layak dan memerlukan sentuhan renovasi.

Upaya lainnya yaitu melalui restorasi, yakni membangun kembali replika rumah adat dengan desain detail yang sama persis.

Melalui replika ini, publik bisa mengetahui sisi detail rumah adat ini, baik interior maupun eksteriornya, dengan leluasa tanpa khawatir merusak konstruksi aslinya.

Upaya pelestarian lainnya yang kiranya cukup efektif adalah dengan memberikan publik edukasi agar bisa lebih mengenal warisan budaya yang satu ini.

Edukasi di sini tak hanya melulu soal kegiatan belajar di kelas. Melainkan edukasi dengan cakupan yang lebih luas.

Misalnya melalui koleksi-koleksi rumah adat Indonesia, termasuk rumah adat Kalbar ini, yang bisa kita temui di museum-museum.

Atau melalui sumber-sumber tertulis seperti buku, situs-situs online yang berisi artikel seputar rumah adat ini dikemas dengan bahasa yang ringan dan menarik.

Upaya pelestarian lainnya yang juga tak kalah efektif adalah melalui ajang festival budaya. Salah satu produk budaya yang bisa kita tampilkan adalah materi seputar rumah adat ini.

Materi di sini berupa miniatur rumah adat, slide dengan visual audio yang menarik, atau semacam booklet digital yang bisa publik akses kapan saja.

Bagaimana, pembahasan seputar Rumah Baluk ini sangat menarik, bukan? Selain menambah wawasan baru, informasi ini diharapkan menjadi langkah awal bagi kamu, para pembaca, untuk mengenal budaya kita sendiri.