Rumah adat Sumatera Selatan menawarkan beragam bentuk dengan filosofi dan sejarah yang unik serta khas. Setiap rumah memiliki keistimewaan tersendiri yang membedakannya!
Pada umumnya, bentuk dan fungsi rumah adat Sumatera Selatan cukup berbeda dibandingkan dengan rumah adat dari daerah lain.
Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Sumatera Selatan yang unik, dengan banyaknya area perairan seperti rawa-rawa dan sungai yang tersebar di seluruh wilayah Sriwijaya.
Salah satu rumah adat yang paling populer adalah Rumah Limas. Namun, Rumah Limas bukanlah satu-satunya rumah adat di bumi Sriwijaya.
Masih banyak rumah adat lainnya yang juga penting untuk kita ketahui dan pahami. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.
Nama Rumah Adat Sumatera Selatan dan Gambarnya
Rumah Cara Gudang
Rumah Cara Gudang adalah salah satu jenis rumah adat Sumatera Selatan yang memiliki ciri khas dan filosofi tersendiri. Karena banyak ada di Palembang, rumah ini dikenal juga sebagai rumah adat Palembang.
Rumah Cara Gudang dibangun dengan tiang setinggi 2 meter dan memiliki bentuk memanjang seperti gudang. Oleh karena itu, rumah ini disebut Rumah Cara Gudang.
Meski memiliki bentuk yang memanjang, rumah ini tetap berbentuk rumah panggung, sama seperti rumah adat lainnya di Sumatera Selatan.
Material yang digunakan dalam pembangunan Rumah Cara Gudang adalah kayu khusus, seperti kayu tembesu, petanang, dan unglen. Kayu-kayu ini dipilih karena kualitasnya yang baik.
Rumah Cara Gudang terbagi menjadi tiga ruang utama, yaitu ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang.
Meski memiliki bentuk yang sederhana, rumah ini tetap mencerminkan kekayaan budaya dan filosofi masyarakat Sumatera Selatan.
Rumah Rakit
Rumah Rakit adalah rumah adat yang berasal dari Provinsi Sumatera Selatan dan merupakan salah satu rumah tertua di provinsi tersebut, diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya.
Sesuai dengan namanya, rumah rakit dibangun di atas rakit dan mengapung di sepanjang pinggiran Sungai Musi, Sungai Ogan, dan Sungai Komering.
Untuk mencegah rumah hanyut terbawa arus, rumah ini diikat pada sebuah serdang (penambat).
Rumah Rakit memiliki bentuk persegi panjang dan dibangun di atas susunan balok kayu atau bambu, sedangkan lantai rumah dibuat menggunakan bahan papan.
Supaya lantai rumah tetap kering, di atas balok kayu atau rangkaian bambu dikasih alas berupa papan yang disusun berjajar.
Untuk membuat rumahnya mengapung, pada bagian bawah ditopang menggunakan lanting. Lanting sendiri adalah kumpulan batang bambu yang diikat menjadi satu, satu lanting terdiri dari 100 bambu. Untuk rumah dengan ukuran 9×12 m, kira-kira diperlukan 7 lanting.
Selain sebagai tempat tinggal, Rumah Rakit banyak digunakan juga sebagai penginapan, gudang, dan tempat berdagang.
Tidak hanya sebagai tempat tinggal, rumah Rakit juga digunakan sebagai sarana transportasi bagi penghuninya, memudahkan penghuninya melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Rumah Ulu
Rumah Ulu adalah contoh rumah tradisional Sumatera Selatan yang berasal dari dataran tinggi Besemah di sebelah barat dan tersebar hingga ke arah timur dataran rendah di sepanjang Sungai Ogan.
Memiliki bentuk rumah panggung dengan atap yang curam dan dinding berbentuk kotak. Umumnya, rumah ini digunakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hulu Sungai Musi.
Dalam konteks etimologi, kata ‘ulu’ berasal dari ‘uluan’, yang berarti perdesaan. Istilah ‘uluan’ juga digunakan untuk merujuk pada masyarakat yang tinggal di permukiman di bagian hulu Sungai Musi.
Secara umum, rumah ini memiliki denah dasar berbentuk segi empat yang terdiri atas bagian garang di bagian paling depan.
Bagian tengah rumah ini terdiri atas sengkar atas dan sengkar bawah. Selain itu, rumah ini juga memiliki plafond, tetapi hanya di beberapa ruangan yang disebut dengan pagu hantu.
Pagu hantu berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan makanan dan barang-barang milik pemilik rumah.
Rumah Tatahan
Rumah ini juga dikenal dengan nama Ghumah Baghi atau Rumah Baghi dan biasanya dibangun oleh Suku Besemah.
Ghumah Baghi memiliki bentuk bujur sangkar dan dibangun pada tiang setinggi sekitar 15 meter dengan bahan dari kayu kelat atau tembesu yang awet.
Disebut dengan tatahan karena ada banyak hiasan berupa ukiran yang dalam proses pembuatannya dilakukan dengan cara menatah atau memahat.
Rumah Tatahan biasanya dilengkapi dengan tiang-tiang yang menyangga atapnya dan berbentuk rumah panggung. Rumah ini memiliki banyak ukiran atau patahan, yang memberikan keunikan dan keindahan tersendiri.
Secara umum, rumah-rumah adat yang termasuk rumah Uluan memiliki ciri khas tersendiri dan biasanya terletak di dataran tinggi Sumatera Selatan. Rumah Tatahan merupakan salah satu jenis dari rumah Uluan.
Rumah Limas Sumatera Selatan
Seperti namanya, rumah adat Sumatera Selatan satu ini memiliki atap berbentuk limas yang mirip dengan rumah adat di Malaysia.
Rumah ini dibangun dalam bentuk panggung dan dihiasi dengan berbagai ragam hiasan yang mencerminkan identitas adat masyarakat setempat.
Rumah Limas biasanya memiliki luas antara 400 hingga 1.000 meter persegi dan dibangun di atas tiang-tiang kayu unglen atau ulin yang kuat dan tahan air.
Konstruksi pintu, dinding, dan lantai rumah ini umumnya menggunakan kayu tembesu, sementara rangkanya menggunakan kayu seru.
Keunikan lain dari Rumah Limas adalah ukurannya yang besar, yang diimbangi dengan banyaknya jendela berukuran besar yang dihiasi dengan berbagai ukiran.
Pembangunan rumahnya selalu menghadap ke arah barat dan timur, sesuai dengan letak terbit dan terbenamnya matahari.
Rumah Kilapan
Rumah Kilapan adalah contoh rumah tradisional Sumatera Selatan yang memiliki keunikan tersendiri. Dinding rumah ini tidak dihiasi dengan ukiran, melainkan hanya dihaluskan menggunakan ketam dan sugu.
Rumah ini dibangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian sekitar 1,5 meter. Berbeda dengan Rumah Limas, tiang-tiang yang digunakan sebagai penyangga Rumah Kilapan tidak ditanam ke dalam tanah.
Tiang-tiang tersebut hanya didirikan di atas tanah dan diperkuat dengan baru-baru, sebuah jenis tiang yang dikenal sebagai tiang duduk.
Susunan ruang dalam Rumah Kilapan mirip dengan Rumah Tatahan. Ruangan dalam rumah ini terdiri dari ruang depan, ruang sengkar atas, dan ruang bawah.
Rumah Kingking
Rumah ini memiliki bentuk yang mirip dengan bujur sangkar dan atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dua, dikenal dengan nama gelumpai.
Seperti kebanyakan rumah adat di Sumatera Selatan, Rumah Kingking juga dibangun sebagai rumah panggung, yang memiliki dua ruangan utama yang berfungsi sebagai ruang depan dan tempat berkumpul keluarga.
Rumah Kingking termasuk dalam kategori Rumah Uluan, yang umumnya ditemukan di dataran tinggi Sumatera Selatan dan memiliki ciri khas berupa rumah panggung yang ditopang oleh tiang-tiang tinggi.
Rumah ini juga memiliki pembagian dan fungsi ruangan yang sama seperti pada rumah Tatahan, yang merupakan jenis rumah adat lain di daerah tersebut.
Ciri Khas Rumah Adat Sumatera Selatan
Rumah adat Sumatera Selatan, yang mudah dikenali dengan bentuk rumah panggungnya, biasanya dibangun dari kayu berkualitas.
Sebagai contoh, Rumah Cara Gudang dibuat dari kayu Tembesu dan Merawan yang berkualitas baik. Rumah Limas, dengan tiang dari kayu ulin yang kuat dan tahan air, menggunakan kayu Tembesu untuk pintu, dinding, dan lantai.
Sementara itu, Rumah Tatahan dibangun menggunakan kayu tembesu dan kayu telat yang lebih tahan lama. Rumah Ulu, yang juga unik, menggunakan kayu khusus seperti kayu pohon unglen untuk pondasinya.
Pembagian ruang dalam rumah adat Sumatera Selatan sangat beragam, tergantung pada jenis rumah adatnya. Misalnya, Rumah Tatahan terbagi menjadi empat ruangan: sangkar atas, sangkar bawah, bagian depan, dan bagian tengah.
Sementara itu, Rumah Limas terbagi menjadi lima ruangan, yaitu Pagar Tenggulung, Jogan, Kekijing Ketiga, Kekijing Keempat, dan Gegajah.
Untuk tampilan yang lebih sederhana, ada Rumah Cara Gudang yang mirip dengan gudang memanjang dan terbagi menjadi tiga ruang: depan, tengah, dan belakang.
Secara umum, masyarakat di Sumatera Selatan dibagi menjadi dua kelompok etnik besar, yaitu etnik Uluan yang tinggal di hulu Batanghari Sembilan dan etnik Iliran yang menempati bagian hilir Batanghari Sembilan, yang saat ini dikenal dengan Palembang.
Kedua kelompok etnik ini memiliki keunikan masing-masing dalam corak rumah tradisional mereka.
Rumah adat sebagai bagian dari warisan budaya Sumatera Selatan, tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal tetapi juga sebagai simbol identitas dan kebanggaan budaya bagi masyarakat setempat.
Keberadaannya menjadi saksi bisu sejarah dan kekayaan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.