Kamu menyukai situs-situs budaya dan kebetulan sedang berada di Lampung? Cobalah kunjungi Desa Sukadana di Lampung Timur karena di sana ada warisan rumah adat Sukadana yang masih kokoh berdiri.
Rumah adat Lampung Sukadana ini sangat istimewa karena mempunyai konstruksi arsitektur yang menarik dan juga makna simbolis yang terus melekat hingga sekarang.
Daripada terus penasaran, yuk simak informasi lengkapnya, mulai dari pengertian, gaya arsitektur, hingga fungsi rumah adat tersebut.
Pengertian Rumah Adat Sukadana
Rumah adat Sukadana adalah rumah tradisional yang berasal dari Lampung Timur, tepatnya dari masyarakat yang mendiami Desa Sukadana, Kec.Sukadana, Kab. Lampung Timur.
Desa ini berada sekitar 30 kilometer dan di sisi Timur Kota Metro. Jika dari Kota Bandar Lampung, jarak tempuh ke Desa Sukadana ini capai 80 kilometer.
Rumah adat Sukadana termasuk kategori rumah adat Lampung yang ukurannya paling besar bila dibandingkan dengan rumah adat Lampung lainnya.
Dan jika berdasarkan tipenya, rumah Sukadana ini merupakan tipe rumah panggung yang sebagian besar material bangunannya adalah kayu.
Kemudian dari segi fungsi, rumah adat ini berfungsi sebagai tempat tinggal bagi pemilik rumah dan anggota keluarganya.
Desain Arsitektur Rumah Adat Sukadana
Rumah adat Sukadana Lampung Timur ini mengadopsi ide bangunan rumah panggung dengan bentuk denah segi empat.
Rata-rata panjang sisi denahnya 14 meter, sehingga cukup luas sebagai hunian untuk sebuah kepala keluarga.
Rumah tersebut memiliki area serambi yang terletak di bagian muka. Nah, keseluruhan area serambi dikelilingi pagar langkan.
Masih di area serambi, di bagian muka serambi juga terdapat delapan buah tiang penopang yang menyangga atap dengan sempurna.
Atapnya sendiri berupa atap limas karena menyesuaikan bentuk denah pondasi rumah yang berbentuk segi empat.
Jika dulu masyarakat Sukadana menggunakan ilalang sebagai penutup, kini sudah lain lagi. Di era modern ini, banyak masyarakat setempat yang menggunakan genteng Palembang sebagai penutup atap.
Ketika akan memasuki area dalam rumah, kita harus menaiki anak tangga lalu menuju pintu utama. Pintu utama rumah ini adalah pintu dengan model setangkup ganda lengkap dengan teralis kayu.
Nah, bagian lantai rumah berbahan papan kayu yang tersusun secara berjajar ke samping. Sedangkan dindingnya juga berbahan papan kayu yang terpasang dalam posisi vertikal.
Konstruksi Utama Rumah Adat Sukadana
Mari kita kupas habis bagian konstruksi utama dari rumah ini. Jika kita amati gambar rumah adat Sukadana di atas, konstruksi utama rumah tersebut terdiri dari tiang dan umpak batu.
Tiang-tiang penyangga pada rumah ini total ada 35 buah dan semuanya bertumpu pada umpak batu. Umpak batu di sini semacam kaki tiang yang kokoh karena terbuat dari campuran pasir dan semen.
Umpak batu ini memang membantu agar pondasi rumah panggung ini tetap kokoh. Namun tiang penyangga yang menopang pondasi rumah juga tak kalah kokoh.
Tiang-tiang yang digunakan adalah tiang dari bahan kayu pilihan terbaik. Bentuk tiangnya persegi dan ukurannya cukup besar.
Dari total 35 buah tiang, 20 di antaranya adalah tihang induk yang terpasang di bagian tengah keseluruhan bangunan.
Selain tiang dan umpak batu, elemen penting lainnya yang bisa kita jumpai di bagian konstruksi rumah adat ini adalah balok gelagar.
Terdapat dua jenis balok gelagar yang digunakan di bagian konstruksi rumah ini, yakni balok gelagar atas dan bawah. Masing-masing jumlahnya berbeda.
Balok gelagar bawah berjumlah tujuh buah dan terpasang dengan formasi yang berbeda. Tepatnya dua buah terpasang memanjang dari depan ke belakang dan lima buah terpasang berjejer ke samping.
Pembagian Ruangan pada Rumah Adat Sukadana
Untuk pembagian ruangan, sebenarnya tak jauh berbeda dengan pembagian ruangan pada rumah adat Sumatera pada umumnya.
Pembagian ruangannya mencakup serambi muka, ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Kemudian di sisi kanan dan kiri interior terdapat dua jendela lengkap dengan fitur teralisnya.
Bahkan di rumah adat masyarakat Sukadana ini juga ada yang namanya ruangan khusus yang terletak di atas plafon rumah.
Ruangan tersebut digunakan sebagai kamar anak gadis yang sedang menjalani masa pingitan sebelum acara pernikahan berlangsung.
Selama menjalani masa pingitan, agar tidak merasa bosan, si gadis akan melakukan berbagai kegiatan, seperti menyulam.
Fungsi Rumah Adat Sukadana
Berbicara mengenai fungsi sebuah rumah, tentu fungsi utamanya adalah sebagai sebuah hunian bagi pemilik rumah dan anggota keluarganya. Demikian juga dengan rumah adat yang satu ini.
Rata-rata rumah adat Sukadana yang ada di Desa Sukadana hingga saat ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal.
Namun jika ada keperluan kegiatan adat, seperti pernikahan salah satu anggota keluarga pemilik rumah, rumah ini akan berganti fungsi sebagai tempat upacara adat.
Ketika upacara adat masih berlangsung, akan ada keterlibatan publik yang ikut serta memenuhi ruangan-ruangan pada rumah adat ini.
Namun semuanya akan kembali seperti semula jika upacara adat tersebut telah usai. Fungsi rumah pun kembali sebagai rumah tinggal bagi pemilik dan keluarganya.
Rumah Adat Sukadana saat Ini
Akibat adanya perkembangan zaman, rumah adat Sukadana yang dahulu masih mudah untuk kita jumpai, kini banyak yang berubah menjadi bangunan model baru. Hanya beberapa saja yang tersisa dan bertahan.
Mungkin perlu adanya komunikasi dengan masyarakat setempat, terutama kepada generasi muda, untuk mengenal dan mencintai budaya tradisional mereka.
Dengan mengenal dan mencintai budaya asli nenek moyang, mereka akan terus melestarikan warisan budaya yang ada, termasuk bangunan rumah adat ini.
Mereka pun dapat terus menjaga kelestariannya dengan cara mengimplementasikan berbagai upaya pelestarian dan memperkenalkannya kepada anak cucu mereka kelak.
Upaya Pelestarian Rumah Adat Sukadana
Tindakan pelestarian rumah adat Sukadana cukup beragam. Salah satunya adalah melalui renovasi dan konservasi bangunan rumah adat yang masih bertahan.
Tujuannya adalah agar secara fisik bangunan rumah tersebut tetap kokoh dan eksis hingga puluhan tahun ke depan.
Selain itu, agar bagian-bagian yang kiranya rusak atau perlu perbaikan akan bisa kembali indah sesuai dengan wujud aslinya.
Dengan perbaikan-perbaikan ini, setidaknya generasi anak cucu kita nantinya akan memiliki gambaran yang jelas dan nyata seputar rumah adat ini dan detail-detailnya.
Upaya pelestarian berikutnya bisa dengan menggunakan metode yang lebih menarik dan disukai oleh kalangan anak muda.
Seperti dengan cara penyelenggaraan festival budaya yang fokus menampilkan keunikan dan keindahan arsitektur asli rumah adat ini.
Tentu pengemasan acaranya harus dibuat semenarik mungkin dan disesuaikan dengan tren yang sedang hype saat ini.
Meski pengemasannya modern dan trendi, tetap utamakan esensi dari acara festival budaya tersebut, yaitu pengenalan jati diri dan kearifan lokal melalui warisan rumah adat.
Dan upaya pelestarian yang terakhir adalah melalui edukasi. Edukasi di sini cakupannya sangat luas, termasuk ada edukasi formal dan non-formal.
Edukasi formal bisa melalui kegiatan belajar di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Sementara edukasi non-formal yang penyelenggaraannya di luar kelas atau sekolah.
Edukasi non-formal inilah yang bisa kita coba terapkan dengan bebas dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan waktu luang yang kita miliki.
Misalnya dengan mencari tahu secara mandiri seputar rumah adat Lampung ini atau rumah adat Indonesia lainnya via berbagai media.
Media di sini sangat beragam, bisa berupa buku, aneka situs edukasi di internet, museum, narasumber dari masyarakat setempat, dan masih banyak lainnya.
Demikian penjelasan mengenai rumah adat Sukadana yang berasal dari Lampung Timur. Harapannya, informasi dapat bermanfaat dan menambah wawasan siapapun yang membacanya.
Dengan bertambahnya wawasan baru, setidaknya kamu akan mengenal budaya masyarakat Sukadana dari warisan rumah adatnya.