Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai cukup banyak rumah adat unik. Salah satunya adalah rumah adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara.
Keunikannya tak hanya terletak pada wujud fasadnya saja. Melainkan kamu juga dapat menemukan keunikan rumah ini dari segi makna filosofisnya.
Pastinya kamu penasaran seunik apa sih bentuknya, dan ada makna filosofis apa saja pada rumah adat NTT ini? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Sekilas tentang Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara
Rumah adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara adalah rumah adat asli masyarakat Koanara yang mendiami Desa Koanara, Kec.Kelimutu, NTT.
Berdasarkan wujud fasad bangunannya, rumah ini sangat unik, khususnya pada bagian atapnya yang nampak begitu khas.
Kemudian rumah adat ini terdiri dari tiga jenis, yaitu Rumah Baku, rumah tinggal, dan lumbung padi.
Dari namanya saja kita sudah bisa menebak bahwa masing-masing jenis rumah di atas memiliki fungsi yang berbeda.
Jenis Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara
Rumah adat masyarakat Koanara ini terdiri dari 3 bangunan yang biasanya terletak dalam satu area dengan posisi saling berdekatan. Dan berikut ketiga jenis bangunan tersebut.
Rumah Baku
Salah satu bangunan yang wajib ada dalam area rumah adat ini adalah Rumah Baku, yaitu bangunan khusus yang digunakan untuk menyimpan tulang-belulang leluhur.
Sedikitnya sekarang ini ada 13 keturunan yang tulang-belulangnya disemayamkan di Rumah Baku ini.
Tulang-belulang milik para leluhur ini tersimpan dan terawat dengan baik. Ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur.
Rumah Tinggal
Bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal memiliki ciri khas ada hiasan kepala kerbau yang terpasang di bagian pintu utama. Rumah tinggal ini juga sering disebut Sa’o Ria oleh masyarakat setempat.
Bagian utamanya berupa ruangan untuk beristirahat dan juga berkumpul bersama anggota keluarga.
Ruangannya juga terlihat lebih luas, menyesuaikan jumlah anggota keluarga yang mendiami rumah tinggal tersebut.
Karena hal itulah terkadang setiap rumah tinggal memiliki ukuran yang beragam karena menyesuaikan jumlah penghuninya.
Lumbung Padi
Jelas sekali bahwa bangunan ini adalah tempat untuk menyimpan hasil panen yang biasanya berupa padi.
Lumbung padi ini juga bisa kita kenali dengan mudah karena memiliki ciri tertentu, yaitu atap bangunan yang rendah dan hampir menyentuh permukaan tanah.
Sebenarnya lumbung padi ini tak hanya tempat penyimpanan padi saja. Masyarakat Koanara juga memanfaatkanya untuk menyimpan berbagai jenis hasil panen lainnya, seperti hasil kebun.
Bahkan di dalamnya juga kerap ada berbagai perlengkapan pertanian yang tersimpan rapi.
Makna Filosofis Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara
Tahukah kamu, rupanya beberapa bagian pada rumah adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara ini memiliki makna filosofis yang teramat dalam.
Makna tersebut ada kaitannya dengan tiga aspek interaksi manusia, yaitu interaksi antar sesama manusia, interaksi manusia dengan alam semesta, dan interaksi manusia dengan Sang Pencipta.
Pola interaksi manusia dengan alam semesta yang harmonis dapat terlihat jelas pada pemanfaatan hasil alam yang bijak.
Lihat saja cara masyarakat yang begitu menjaga lingkungan dan alam sekitar. Dengan menjaga keharmonisan alam, mereka percaya bahwa alam akan memberikan kebaikan yang lebih besar kepada mereka.
Contohnya saja hasil panen yang berlimpah. Kemudian berbagai macam hasil alam yang bisa mereka manfaatkan untuk membangun rumah, keperluan upacara adat, dan masih banyak lainnya.
Selain itu, hampir tiap bagian rumah juga mengandung makna filosofis yang tak kalah menarik.
Misalnya adalah sepasang batu di mana salah satunya terletak dengan posisi yang lebih tinggi. Batu dengan posisi yang lebih tinggi ini merupakan simbol laki-laki.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, laki-laki di sini memiliki peran sebagai penghubung langit dan bumi. Sedangkan perempuan adalah persembahan untuk para leluhur.
Berikutnya ada atap yang menyimbolkan dunia dalam dan dunia luar, dunia kegelapan dan dunia terang, dan idiom kontras lainnya.
Rumah ini juga memiliki kolong yang menjadi tempat untuk memelihara ayam dan babi. Kolong inilah yang berperan sebagai lambang dimensi kehidupan manusia dengan unsur-unsur kehidupan seperti tanah.
Ada juga bagian ruangan langit yang merupakan lawan dari kolong. Ruangan langit ini terletak di bawah loteng.
Di atas ruangan langit ini terdapat sepasang tiang panjang yang disebut Mangu untuk meletakan bubungan atap.
Mangu ini juga menjadi simbol sumber kehidupan yang terus mengalir dari suatu generasi ke generasi di bawahnya melalui perantara ibu dan para perempuan yang kelak akan menjadi calon ibu.
Ada juga ruangan vertikal dan ruangan horizontal yang juga identik dengan makna. Ruangan vertikal yang terdiri dari tiga bagian, yaitu ruangan bumi, ruangan langit, dan ruangan manusia.
Ketiganya merujuk pada dunia yang berbeda namun tetap berjalan dengan seimbang dan harmonis.
Sementara ruangan horizontal yang terdiri dari ruangan depan dan belakang, yang mana keduanya melambngkan kematian dan juga kelahiran.
Struktur Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara
Tak jauh berbeda dengan rumah adat NTB dan rumah adat terdekat lainnya, Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara juga mempunyai struktur dengan fungsi yang berbeda satu sama lainnya.
Dan berikut struktur lengkap dengan penjelasannya.
Sepasang Batu
Pada bangunan rumah adat ini, terdapat sepasang batu yang terpasang dengan posisi yang berbeda; satu lebih tinggi posisinya, sedangkan satu sisanya berada di posisi yang lebih rendah.
Peletakan kedua batu dengan ketinggian yang berbeda rupanya memiliki maksud, khususnya untuk menekankan perbedaan peran gender yang berlaku pada kehidupan masyarakat setempat.
Batu dengan posisi lebih tinggi adalah simbol laki-laki yang memiliki peran sebagai penghubung langit, alias dalam hal ini adalah Tuhan.
Sedangkan batu yang posisinya lebih rendah melambangkan perempuan yang berperan sebagai figur persembahan.
Atap
Bagian atap pada rumah adat ini terbuat dari alang-alang. Atap ini terpasang menjulang dari bawah ke atas.
Tidak ada satu pun jendela atau bukaan di atap ini, menyebabkan area atas rumah tampak gelap.
Namun tidak adanya jendela di bagian atap ini ada tujuannya, yaitu untuk mencegah masuknya air saat hujan.
Dua Belas Tiang
Fasad bangunan rumah ini juga bertumpu pada 12 buah tiang yang terpasang secara vertikal dengan tinggi kurang lebih satu meter dari permukaan tanah.
Ruang Langit
Bagian rumah yang disebut ruangan langit ini berada di bawah loteng. Di atasnya terpasang dua buah tiang sama panjang yang dinamakan Mangu.
Mangu ini berfungsi sebagai media untuk meletakan bubungan atap rumah.
Ruangan Vertikal
Sedikitnya bagian ini terdiri dari tiga ruangan, yaitu ruangan manusia yang menjadi hunian utama, ruangan bumi atau kolong, dan ruangan langit atau atap.
Masing-masing ruangan ini dapat berdiri sendiri dengan peran masing-masing. Bahkan dalam satu rumah, bisa saja ada tambahan ruangan vertikal lainnya.
Ruangan Horizontal
Berbeda dengan ruangan vertikal yang hanya terdiri dari tiga ruangan saja, ruangan horizontal ini meliputi lima ruangan dengan fungsi masing-masing.
Kelima ruangan tersebut di antaranya adalah bale-bale atau Maga Lo’o, tempat untuk beristirahat, ruang tengah atau Maga Ria, tempat menerima tamu, dan ruangan belakang yang berperan sebagai dapur.
Masing-masing ruangan ini dibatasi oleh sepasang tiang yang terpasang dari bawah hingga ke bubungan atap.
Dari rangkuman ini, pengetahuan akan rumah adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara ini semakin bertambah, bukan?
Pembahasan ini juga sangat menarik karena rumah adat ini sungguh eksis di tanah Indonesia Timur sana.
Namun akan jauh lebih menarik lagi bila kamu berkunjung ke pusat pemukiman Suku Lio, pemilik warisan budaya rumah adat ini.
Nah, buat kamu yang penasaran dengan rumah-rumah adat Indonesia lainnya, silakan kamu bisa kunjungi laman Rumah Adat Indonesia karena ada cukup bahasan terupdate seputar rumah adat di tanah Nusantara.