Rumah Adat Kalimantan Tengah

Kalimantan Tengah mempuanyai rumah adat khas yang bernama rumah betang. Rumah adat betang ini menjadi salah satu ikon dari Provinsi Kalimantan Tengah yang beribukota di Palangkaraya.

Ngga cuma itu, rumah adat Kalimantan Tengah juga dijadikan sebagai destinasi wisata karena bangunannya yang khas dan ikonik.

Penasaran seperti apa rumahnya? Simak penjelasan materi tentang rumah adat Betang Kalimantan Tengah selengkapnya berikut ini.

Nama Rumah Adat Kalimantan Tengah dan Gambarnya

sketsa rumah adat kalimantan tengah
sketsa rumah adat kalimantan tengah

Rumah Adat Betang Muara Mea

Rumah Adat Betang Muara Mea

Rumah adat Betang Muara Mea di Kalimantan Tengah adalah yang paling modern di antara jenis rumah lainnya.

Pertama kali dibangun, rumah digunakan sebagai bangunan pemerintahan. Di dalamnya terdapat berbagai ukiran, ornamen, hiasan, dan cat yang tidak begitu banyak.

Rumah ini dinamakan Muara Mea karena pertama kali dibangun di Muara Mea, sebuah desa di wilayah tersebut.

Hingga kini, pembangunan Betang Muara Mea hanya terdapat di wilayah desa ini, sebagai bukti warisan budaya dari leluhur mereka.

Betang Muara Mea dibangun dengan model rumah panggung dengan pondasi dari kayu.

Tinggi rumah ini mencapai 8 meter di atas tanah dengan pondasi dasar setinggi 3 meter, membuat rumah ini aman dari banjir dan ancaman hewan buas.

Ciri khas rumah adat Kalimantan Tengah ini adalah memiliki satu lantai namun dengan banyak ruangan.

Terdiri dari ruang istirahat, semedi atau beribadah yang dipenuhi dengan lukisan dan hiasan, ruang keluarga, ruang memasak, dan masih banyak lagi.

Lukisan, hiasan, dan ornamen yang ada di dinding rumah menjadi mahakarya dan identitas masyarakat suku Dayak.

Rumah Betang ini berukuran besar dan memanjang, mampu menampung hingga ratusan orang. Panjang rumah ini sekitar 150 meter dan lebarnya mencapai 30 meter.

Penghuninya sangat banyak, terdapat 8-10 kepala keluarga. Ada tetua yang dianggap masyarakat sebagai pemimpin rumah, disebut dengan Pambakas Lewu.

Pambakas Lewu sendiri tugasnya adalah sebagai penasihat sekaligus pemimpin seluruh keluarga yang tinggal satu atap.

Kerukunan dan keharmonisan menjadi kunci utama dalam bermasyarakat bagi suku setempat. Kebersamaan ini terjalin karena satu sama lain saling membantu dalam segala hal.

Saat ini, rumah Betang Muara Mea menjadi destinasi wisata di Kalimantan. Kamu dapat berkunjung ke rumah adat Kalimantan Tengah ini sekaligus menikmati keindahan Gunung Lumut dan nuansa pantai yang indah.

Rumah Betang Damang Batu

Rumah Betang Damang Batu

Rumah adat Betang Damang Batu di Kalimantan Tengah menawarkan sejarah dan budaya yang kaya.

Terletak di Desa Tumbang Anoi, Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah, rumah ini merupakan rumah tertua di Kalimantan Tengah, dibangun sekitar tahun 1868.

Seperti rumah khas Kalimantan pada umumnya, Betang Damang Batu dibangun dengan model rumah panggung.

Tingginya mencapai 8 meter dengan lebar 6-7 meter, dan berpondasi langsung dengan tanah dengan tiang penyangga berjumlah 25 yang terbuat dari kayu.

Tiang penyangga ini memiliki tinggi 3 meter dan uniknya memiliki lantai yang datar walaupun terbuat dari kayu.

Rumah ini memiliki lima ruangan, yaitu ruang istirahat, ruang keluarga, ruang ibadah, ruang perkakas dan dapur sebagai tempat memasak.

Rumah adat ini dihuni oleh suku Dayak etnik, dengan satu rumah dapat menampung sebanyak 10 orang dengan 2 kepala keluarga.

Penghuni rumah adat ini sangat dihormati oleh suku Dayak lainnya, dan rumah Damang Batu sering digunakan sebagai tempat perkumpulan atau rapat besar suku Dayak.

Betang Toyoi

rumah Betang Toyoi

Rumah adat Betang Toyoi di Kalimantan Tengah, yang terletak di Desa Tumbang Malahui, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, menawarkan keunikan dan sejarah yang kaya.

Rumah ini memiliki panjang 36 meter dan lebar 10 meter, dibangun dengan bahan dasar kayu dan didukung oleh 28 tiang pondasi dengan tinggi 3 meter di atas tanah.

Seluruh bangunan dibangun dengan kayu ulin, yang semakin bertambah kekuatan dan kokohnya seiring bertambahnya usia kayu.

Rumah ini dinamakan Betang Toyoi untuk menghormati pembangun pertamanya, Panji bin Toyoi, yang membangun rumah ini pada tahun 1817 di tanah lapang seluas 1 hektare.

Uniknya, dinding rumah ini dilapisi kulit pohon sebagai hiasan dan penghangat ruangan. Atapnya dibuat dari pelepah kering, yang mampu menahan kebocoran saat hujan.

Di dalam rumah, tidak ada alat bakar untuk penghangat karena rumah yang terbuat dari kayu rawan terbakar.

Oleh karena itu, masyarakat setempat memanfaatkan kulit pohon untuk mempercantik rumah sekaligus sebagai penghangat ruangan.

Menemukan Rumah adat Betang Toyoi ini tidaklah mudah. Banyak pemugaran atau renovasi telah terjadi di berbagai wilayah, sehingga sangat sulit menemukan rumah asli dari zaman dahulu.

Perkembangan zaman juga menjadi penyebab terjadinya pemugaran ini. Jika kamu berkunjung ke Kalimantan Tengah, kamu dapat mengunjungi daerah Gunung Mas.

Di sana, kamu akan menemukan cagar budaya leluhur terdahulu yang dipajang di berbagai tempat. Wilayah ini juga digunakan sebagai tujuan destinasi wisata bagi para turis lokal maupun mancanegara.

Rumah Betang Tambaba

Rumah adat Betang Tambaba adalah rumah adat suku Dayak lainnya yang bisa kamu temui di Kalimantan Tengah.

Dengan warna khas kayu ulin dan bentuk rumah yang kokoh, Betang Tambaba menampilkan keindahan yang elegan.

Rumah adat ini dibangun dari kayu ulin dengan model rumah panggung. Bentuknya persegi panjang, dengan tinggi mencapai 7 meter, panjang 15 meter, dan lebar 7 meter.

Betang Tambaba merupakan salah satu cagar budaya di Kalimantan Tengah dan menjadi destinasi wisata bagi para turis yang berkunjung ke Kalimantan.

Meski berbagai tempat di dalamnya masih sangat tradisional, setiap ruangan memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan adat istiadat setempat.

Struktur rumah ini sangat tradisional, tidak menggunakan bahan logam sedikit pun. Metode perekatan dan penguncian digunakan dalam pembuatan rumah ini untuk menciptakan konstruksi yang kokoh.

Dinding rumah dibuat dari pelepah kering yang dirajut dan disusun rapi, mirip dengan papan.

Rumah ini memiliki empat ruangan utama: ruang tamu, ruang istirahat, ruang ibadah, dan ruang memasak.

Di dalam ruang ibadah, terdapat satu ruangan kecil lagi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata dan barang peninggalan nenek moyang.

Di bagian belakang rumah, terdapat bangunan kecil yang lebih rendah dari rumah utama. Bangunan ini digunakan sebagai tempat untuk hewan ternak, alat perkakas, alat pertanian, dan alat melaut.

Jika kamu berkunjung ke Kalimantan Tengah, kamu bisa menemukan rumah ini di Desa Tambaba, yang berada di wilayah Kecamatan Gunung Purei.

Rumah Adat Betang Pasir Panjang

Rumah Adat Betang Pasir Panjang

Rumah adat Betang Pasir Panjang, yang terletak di Kota Waringin Barat, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, adalah rumah yang mayoritas dihuni oleh suku Dayak.

Ini berbeda dengan wilayah Kalimantan Tengah lainnya yang dihuni oleh campuran suku Dayak dan suku Melayu.

Kota ini dikenal juga dengan julukan “Kota Manis”, singkatan dari Minat Aman Nikmat Indah Segar.

Di wilayah ini, kamu bisa menjumpai berbagai destinasi wisata, salah satunya adalah Taman Nasional Tanjung Puting.

Dari segi arsitektur, rumah adat Pasir Panjang ini memiliki ukuran yang besar, dengan panjang mencapai 100 meter dan lebar 20 meter. Bangunan ini menjulang tinggi dan memiliki beberapa lantai serta ruangan yang cukup besar.

Salah satu keunikan rumah adat Kalimantan Tengah ini adalah letak pintu utamanya. Berbeda dengan rumah pada umumnya yang memiliki pintu di bagian depan, pintu masuk rumah ini berada di bagian samping.

Pembangunan rumah ini memerlukan ratusan kayu ulin dan kayu besi. Mengingat ukuran bangunannya yang sangat besar, diperlukan pondasi yang kuat untuk menopang badan rumah.

Selain digunakan sebagai tempat tinggal, rumah adat Betang Pasir Panjang juga digunakan sebagai tempat upacara adat suku Dayak. Upacara besar ini berlangsung setahun sekali dan dilakukan dengan sangat meriah.

Salah satu upacara adat yang sering dilakukan adalah Mamapas Lewu. Upacara ini dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan tujuan meminta keselamatan, berkah, serta kedamaian dalam hidup.

Upacara ini umumnya dilaksanakan oleh masyarakat yang memeluk kepercayaan Kaharingan.

Bagi mereka yang memeluk kepercayaan ini, kegiatan ini rutin dilakukan guna mensucikan diri, alam, dan lingkungan hidup beserta isinya dari berbagai sengketa, bahaya, sial, dan wabah penyakit.

Rumah Adat Sei Pasah

Sesuia dengan namanya, rumah adat Betang satu ini terletak di Desa Sei Pasah, Kapuas Hilir, Kalimantang Tengah.

Rumah adat Betang yang sekarang merupakan bangunan lama yang sebelumnya telah lapuk, namun kini telah dipugar dan tampak lebih modern.

Saat ini, Rumah Betang Sei Pasah berfungsi sebagai museum yang menampung berbagai artefak bersejarah dari suku Dayak.

Koleksinya mencakup berbagai benda, mulai dari sanding hingga patung penjaga, yang semuanya merupakan bagian penting dari warisan budaya suku Dayak.

***

Dalam tradisi suku Dayak, pembangunan rumah panjang harus memenuhi beberapa kriteria penting.

Salah satunya adalah arah hulu rumah harus sejajar dengan matahari terbit, dan arah hilirnya mengarah ke tempat matahari terbenam. Ini merupakan simbol dari upaya keras dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Rumah panjang, seperti Lou, Lamin, Betang, dan Lewu Hante, menjadi simbol penting dalam kehidupan dan kebudayaan suku Dayak.

Rumah-rumah ini mencerminkan struktur sosial dan organisasi yang komprehensif, dan menjadi pusat kehidupan mereka.

Namun, hal ini tidak berlaku bagi suku Dayak Punan yang lebih memilih untuk menjalani kehidupan nomaden.