Hampir tiap daerah di Indonesia memiliki rumah adat, termasuk rumah adat Kalimantan yang jenisnya beragam dengan ciri khas yang berbeda.
Perbedaan tersebut bisa kamu lihat dari detail desain konstruksi, ornamen yang melekat, dan juga makna filosofis yang tersemat.
Penasaran seperti apa desain rumah adat dari Kalimantan ini? Yuk simak informasi selengkapnya di Rumah Adat Indonesia.
Daftar Nama Rumah Adat Kalimantan Lengkap dengan Gambar dan Penjelasannya
Rumah adat Kalimantan adalah warisan budaya asli Kalimantan yang sangat berharga layaknya karya-karya budaya Nusantara lainnya.
Oleh karenanya, kita sebagai generasi penerus bangsa wajib mengenal dan juga melestarikannya agar dapat terus eksis.
Dan berikut adalah daftar nama rumah tradisional dari Kalimantan yang wajib diketahui.
1. Rumah Lamin
Yang masuk dalam daftar pertama adalah Rumah Lamin, yaitu salah satu rumah adat milik Suku Dayak yang merupakan penduduk asli Kalimantan.
Rumah Lamin adalah rumah tradisional dari Suku Dayak yang mampu menampung 25 hingga 30 kepala keluarga sekaligus.
Tampilan konstruksinya sangat khas dan penuh dengan ornamen indah khas Dayak yang pastinya penuh dengan makna filosofis.
Seperti ornamen kepala naga yang terpasang di ujung atap rumah adat ini. Ornamen ini adalah simbol keagungan, sifat heroik, dan budi pekerti.
Geser ke area halaman rumah di mana terdapat ornamen Patung Blontang yang merepresentasikan dewa-dewa yang akan melindungi hunian mereka.
Pembagian ruangannya pun sama dengan rumah-rumah adat pada umumnya. Seperti ada dapur, kamar tidur, dan ruang tengah yang biasanya untuk menerima tamu atau melakukan kegiatan adat.
Namun ada beberapa bagian yang menarik dari rumah adat Kalimantan Timur ini, loh. Salah satunya adalah bagian dinding rumah yang tersusun atas papan kayu dan rumbia yang terpasang berselang-seling.
Suku Dayak di sana juga memanfaatkan area kolong rumah panggung mereka sebagai tempat untuk memelihara hewan ternak.
2. Rumah Betang Tambaba
Melansir dari website Direktori Pariwisata, Rumah Betang Tambaba ini sepenuhnya terbuat dari Kayu Ulin yang sangat kuat.
Alternatif lainnya selain Kayu Ulin adalah Kayu Belian yang juga sangat tahan lama dari berbagai gempuran cuaca.
Uniknya, dinding-dinding rumah ini bukan berasal dari papan kayu, melainkan dari kulit kayu. Dan tinggi dindingnya sendiri tak wajar, yaitu bisa sampai dua meter bahkan lebih.
Buat kamu yang mungkin penasaran seperti apa konstruksi rumah adat ini, kamu bisa melihat gambar rumah adat Kalimantan ini di atas.
Tapi akan jauh lebih afdol lagi jika kamu melihatnya secara langsung di tempat. Rumah Betang Tambaba masih bisa kamu jumpai di tanah asalnya, yaitu di Kecamatan Gunung Purei.
3. Rumah Betang Muara Mea
Betang Muara Mea juga merupakan rumah adat warisan leluhur Suku Dayak. Sayangnya kini keberadaannya sudah sangat jarang.
Rumah Betang Muara Mea yang masih eksis hingga sekarang kini menjadi situs wisata sejarah dan budaya provinsi setempat.
Kamu bisa menjumpainya di wilayah Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Jika kamu mengunjungi rumah adat Kalimantan Tengah ini, kamu akan menyaksikan langsung betapa artistiknya hunian ini.
Khususnya pada bagian dindingnya yang penuh dengan karya lukisan indah dan khas Dayak. Pemilihan warna pada ornamen dinding ini juga cukup mencolok.
Terlihat penggunaan warna-warna netral namun terang, seperti putih, cokelat, dan biru gelap. Warna-warna ini sangat pas saat diaplikasikan pada dinding kayu yang berwarna cokelat alami.
Kalau dari detail struktur bangunan, kurang lebih mirip dengan rumah-rumah panggung pada umumnya.
Hanya saja Rumah Betang Muara Mea ini memiliki bentuk konstruksi persegi panjang dengan banyak jendela sebagai bukaan.
Kemudian bagian kolong rumahnya tak begitu tinggi; kurang lebih tingginya 1.5 meter dari permukaan tanah.
Atapnya juga masih berupa daun rumbia dengan adanya tambahan bidang atap yang menutupi area muka rumah.
Bagian atap ini didukung oleh 2 tiang penyangga utama dan 2 tiang pendukung yang semuanya terbuat dari kayu.
Bagian atasnya terdapat sambungan yang saling menyilang dengan puncak ornamen berwarna biru.
Dan perhatikan bagian bawah tangga di mana terdapat bidang kayu berbentuk persegi yang berfungsi sebagai area pijakan sebelum menaiki anak tangga menuju ke rumah.
4. Rumah Betang Damang Batu
Jika kamu berkunjung ke Desa Tumbang Anoi di Kecamatan Damang Batu, kamu bisa saksikan sendiri rumah adat Suku Dayak ini.
Rumah adat ini kaya akan nilai historis yang kuat. Dulunya, rumah ini menjadi lokasi dibentuknya perjanjian perdamaian dari perang antar suku Dayak.
Di dalamnya ada yang namanya Damang Batu, yaitu tempat lahirnya Kesepakatan Tumbang Anoi tahun 1894.
Kini rumah adat ini sudah mengalami pemugaran oleh pemerintah setempat dan menjadi situs sejarah dan budaya milik Provinsi Kalimantan Tengah.
Kamu dapat mengunjunginya kapan saja untuk dapat melihat secara langsung desainnya yang sederhana namun nyaman dan besar.
Bentuknya berupa rumah panggung dengan banyak tiang penyangga berukuran sedang. Dindingnya tersusun atas papan kayu yang terpasang dengan posisi vertikal.
Terdapat beberapa jendela dengan model dua pintu jendela yang terbuka ke arah ke luar. Jendela-jendela ini berfungsi sebagai ventilator udara dan cahaya pada rumah ini.
Atap rumah juga terlihat sederhana yang mana bahan pembuatnya adalah ijuk atau rumbia yang tersusun rapi.
Kemudian terdapat tangga sebagai akses menuju pintu utama rumah adat ini.
Berbeda dengan rumah adat sebelumnya, Rumah Betang Damang Batu ini tidak memiliki ornamen lukisan pada dindingnya.
Jadi bagian dindingnya sepenuhnya kayu dengan warna kayu alami, alias tanpa cat warna apapun.
5. Rumah Betang Pasir Panjang
Ada satu lagi Rumah Betang asli Dayak yang perlu kamu ketahui. Namanya adalah Rumah Betang Pasir Panjang.
Hingga sekarang, masyarakat asli Suku Dayak masih menggunakan rumah adat ini sebagai tempat kegiatan adat.
Selain itu, Rumah Betang Pasir Panjang ini juga menjadi situs wisata budaya yang selalu ramai oleh kunjungan para wisatawan.
Mungkin jika kamu ada rencana liburan ke Kabupaten Kotawaringin Barat, kamu bisa mampir sebentar ke Desa Pasir Panjang, Kec. Arut Selatan.
Karena di sana kamu akan menemukan situs wisata budaya rumah adat ini. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan untuk menyaksikan salah satu aset budaya Kalimantan Tengah yang satu ini.
Sebab, ada banyak hal menarik yang akan kamu jumpai mengenai rumah adat ini. Contohnya saja adalah desain rumah yang sangat unik dan megah.
Meski sama-sama rumah panggung, Rumah Betang Pasir Panjang ini mengusung desain yang sangat khas.
Terutama pada posisi tiang-tiang penyangga yang terpasang dalam kondisi sedikit miring ke arah luar, alias tidak tegak lurus.
Meski posisinya sedikit miring, tiang-tiang penyangga ini mampu menopang badan rumah dengan kuat.
Rumah panggung ini juga mempunyai elemen tambahan berupa teras. Namun area teras berpagar kayu ini dibuat lebih sempit, alias hanya dibangun di area depan pintu utama dan sekitarnya saja.
Teras ini juga terhubung dengan tangga yang juga dilengkapi dengan pagar dari kayu.
Bagian muka rumah terlihat gagah dengan model atap yang berujung runcing nan tinggi. Bagian depan juga hanya terdapat elemen pintu utama saja tanpa adanya jendela.
Untuk membantu kelancaran sirkulasi udara dan cahaya, terdapat tiga ventilator sempit yang terpasang di masin-masing sisi kanan, kiri, dan di atas pintu utama.
Sementara pada bagian dinding, tiap bidang dinding pada rumah ini terbuat dari susunan papan kayu yang terpasang dengan posisi horizontal.
6. Rumah Adat Radakng
Bergeser ke Provinsi Kalimantan Barat, kali ini ada Rumah Adat Radakng. Rumah adat Kalimantan Barat ini adalah rumah adat milik Suku Dayak Kanayatn.
Suku Dayak ini terkenal karena kepiawaiannya dalam memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang ada di sekitar mereka.
Salah satunya adalah Kayu Ulin yang mereka gunakan sebagai material utama pembangunan rumah adat mereka.
Suku Dayak Kanayatn ini menggunakan Kayu Ulin gelondongan sepanjang 30 meter dan lebar 10 meter serta tinggi 7 meter untuk membangun rumah ini.
Keunikan lainnya yang bisa kamu temukan dari rumah ini adalah jumah anak tangga yang sesuai dengan jumlah bilik kamar yang ada di rumah ini.
Kesesuaian jumlah bilik kamar dan anak tinggi ini konon dipercaya dapat menghindari kesialan yang mungkin akan mengintai mereka.
Model atap rumah adat ini juga tak kalah unik karena bentuknya seperti pelana dan berbahan sirap.
Atap rumah ini semakin terlihat lebih menarik lagi dengan tersematnya hiasan ukiran kayu yang bermotif patung burung dan tameng perang.
Area interior rumah ini juga sangat luas sehingga mampu menampung sekitar 50 kepala keluarga. Interiornya sendiri terbagi menjadi beberapa bagian atau ruangan.
Di antaranya ada teras atau Pante, ruang tamu atau Pene, ruang keluarga, dan dapur atau Uakngmik.
Jika ada tamu yang ingin menginap, pemilik rumah biasanya akan menempatkannya di Pene atau ruang tamu rumah ini.
7. Rumah Panjae
Panjae adalah rumah adat dari Suku Dayak Iban yang struktur bangunannya menggunakan kombinasi Kayu Belian dan Kayu Ulin.
Rumah ini terbagi menjadi beberapa bagian. Diantaranya Jamu atau Tanyok, yaitu area khusus untuk menjamur pakaian dan padi.
Lalu ada teras atau masyarakat sana menyebutnya Kaki Lima. Selanjutnya adalah Ruai atau ruang bersama yang berfungsi untuk kegiatan adat dan menerima tamu.
Selain itu, ada pula bilik atau kamar. Kemudian ada yang namanya Sadau atau lumbung. Dan yang terakhir adalah Sadau Bungau, yaitu ruangan penyimpanan kerajinan dan peralatan pertanian.
8. Rumah Panjang atau Betang atau Alim
Rata-rata nenek moyang Suku Dayak Meratus dan Punan mewariskan Rumah Panjang atau Betang ke generasi keturunannya.
Uniknya, rumah ini sangat panjang sesuai dengan namanya. Sejauh ini, Rumah Betang terpanjang yang pernah ada adalah Ruma Betang dengan panjang 150 meter dengan lebar 30 meter.
Selain unik dari segi ukuran, Rumah Betang ini juga terkenal kuat dan bahkan mampu tahan hingga puluhan hingga ratusan tahun meski tertepa berbagai kondisi cuaca.
Hal ini disebabkan karena Rumah Betang terbuat dari kombinasi material Kayu Belian dan Kayu Ulin yang memang terkenal sangat kuat.
Berkat ukurannya yang sangat besar, Rumah Betang ini dapat menampung puluhan kepala keluarga sekaligus.
Tinggi dari rumah panggung ini juga fantastis karena ada yang bisa capai 5 meter dari permukaan tanah, loh.
Detail lainnya yang tak kalah menarik adalah ornamen-ornamen yang melekat di dalamnya. Ornamen-ornamen inilah yang kemudian menjadi pembeda antar Rumah Betang di area pedalaman Kalimantan.
Tentu selain jumlah anak tangga, bentuk atap, dan nama rumah itu sendiri pastinya.
Dan biasanya para penghuninya menyelenggarakan upacara-upacara adat, seperti upacara kematian, perkawinan, kelahiran, pertemuan, dll, di balai rumah ini.
9. Rumah Bubungan Tinggi
Sesuai dengan namanya, rumah adat Kalimantan Selatan yang bernama Bubungan Tinggi memiliki bubungan atap yang menjulang tinggi.
Bahkan rumah ini adalah satu-satunya rumah tradisional tertua dengan atap paling tinggi diantara rumah-rumah lainnya.
Bentuknya sendiri adalah rumah panggung dengan beberapa tiang penyangga yang berfungsi sebagai penopang pondasi rumah.
Atapnya sendiri terpasang dalam formasi miring dan berukuran besar. Sementara pada bagian badannya, rumah adat warisan Suku Banjar ini terbuat dari kayu-kayu berkualitas terbaik.
Misalnya adalah Kayu Ulin dan Kayu Galam yang mana kedua jenis kayu ini terkenal tahan lama hingga ratusan tahun.
10. Rumah Ba’anjung Gajah Baliku
Suku Banjar juga memiliki rumah adat lainnya yang dinamakan Ba’anjung yang dulunya merupakan hunian para keturunan Sultan Banjar.
Keturunan yang boleh menghuni rumah adat ini adalah keturunan utama yang kelak menjadi pewaris tahta kesultanan.
Oleh karena itu, selain megah dan nyaman, Ba’anjung ini juga didesain sebaik dan juga seaman mungkin.
11. Rumah Tadah Alas
Tadah Alas merupakan hasil pengembangan rumah adat yang bernama Rumah Balai Bini.
Hasil pengembangan yang nyata terlihat jelas pada penambahan lapisan atap perisai yang berfungsi sebagai kanopi.
Tentu dengan penambahan kanopi ini, area di bawahnya yang disebut Surambi Pamedangan jadi lebih adem dan terlindungi dari terik matahari dan air hujan.
12. Rumah Balai Bini
Dari namanya saja sudah cukup jelas bahwa Rumah Balai Bini ini adalah khusus untuk perempuan. Lebih spesifiknya lagi untuk puteri-puteri sultan.
Bangunan utamanya beratapkan atap perisai yang disebut dengan istilah Atap Gajah.
Sedangkan pada bagian anjungan atau bangunan sayap di kanan dan kiri bangunan utama menggunakan Atap Sengkuap atau Atap Anjung Pisang Sasingkat.
Dahulunya, bangunan utama pada Rumah Balai Bini ini berbentuk persegi panjang yang tertutup sepenuhnya oleh Atap Gajah atau atap perisai.
Namun kini tampak ada sedikit perbedaan, terutama di bagian atapnya. Setelah alami perkembangan, Rumah Balai Bini kini memilik model Atap Sengkuap Sindang Langit.
Dan ada tambahan elemen lainnya, yaitu berupa atap emper yang tampak menawan dengan hiasan jurai luar.
13. Rumah Baloy
Baloy adalah rumah adat dari Kalimantan Utara, tepatnya warisan budaya dari leluhur Suku Tidung.
Rumah ini memiliki cukup banyak keunikan. Seperti keunikan yang pertama ini, yakni sebagai tempat untuk menyimpan perahu.
Dari dulu hingga sekarang, masyarakat Tidung memanfaatkan area kolong Rumah Adat Kalimantan Utara Baloy ini untuk menyimpan perahu mereka.
Keunikan kedua adalah ornamen yang menempel pada Rumah Baloy berasal dari ukiran dan lukisan yang kebanyakan bermotif naga, burung, gajah, bunga, sulur, aneka tumbuhan, dan ikan kerapu.
Tentu rumah adat ini juga mempunyai desain konstruksi bangunan yang sangat estetik. Khususnya pada bagian atapnya yang belapis tiga dengan ukuran bidang yang berbeda.
Ketiga bidang atap ini semakin ke atas semakin menyempit dan di masing-masing kanan dan kiri puncak atap terdapat ornamen ukiran yang indah.
Rumah Baloy juga wajib menghadap Utara dan biasanya menjadi tempat bekumpul untuk berbagai acara adat, bukan sebagai hunian.
Selain itu, rumah adat ini juga terbagi menjadi beberapa ruangan dengan peran yang berbeda. Adapun nama-nama ruangannya adalah Ambir Kiri, Ambir Tengah, Ambir Kanan, dan Lamin Dalom.
Ambir Kiri atau Alad Kait adalah ruangan khusus untuk masyarakat Tidung yang ingin menyampaikan aduan yang ada kaitannya dengan hal-hal yang bersifat adat.
Perkara atau aduan tersebut kemudian akan disidangkan di Ambir Tengah yang mana dalam prosesnya akan ada pemuka adat yang berperan sebagai pihak yang membuat keputusan.
Ada juga Ambir Kanan atau Ulad Kamagot yang berfungsi sebagai ruangan untuk beristirahat. Ruangan ini juga bisa digunakan untuk berdamai atas suatu perkara adat.
Dan yang terakhir ada Lamin Dalom yang merupakan singgasana Kepala Adat Besar Dayak Tidung.
Itulah dia beberapa gambar dan juga penjelasan rumah adat Kalimantan yang sangat menarik untuk kita ketahui.
Ini membuktikan bahwa kekayaan budaya di Pulau Kalimantan ini luar biasa besar dan pastinya sangat membanggakan bagi masyarakat Kalimantan pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Jika kamu tertarik untuk menyaksikan salah satu rumah adat di atas, datanglah sekitar Bulan Desember mendatang.
Sebab, ada yang namanya Iraw Tengkayu, yaitu sebuah upacara adat Suku Tidung di Kabupaten Tarakan yang sangat menarik untuk kamu saksikan secara live.
Jadi, jangan sampai terlewat, ya!