Rumah adat Sulawesi ada cukup banyak. Salah satunya adalah Rumah Adat Banua Maoge Wotu yang tak luput dari perhatian.
Sebab, bentuknya megah dan sudah pasti akan membuat siapa saja yang melihatnya akan berdecak kagum.
Kamu pastinya juga penasaran kan dengan kemegahan rumah adat Sulawesi Selatan ini? Tak perlu berlama-lama lagi, yuk simak pembahasan berikut ini.
Sekilas tentang Rumah Adat Banua Maoge Wotu
Rumah Adat Banua Maoge Wotu adalah salah satu rumah adat Suku Wotu yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya dari Kec. Wotu, Kab. Luwu Timur.
Sama dengan rumah adat Sulawesi lainnya, rumah ini juga berbentuk rumah panggung dengan ciri khas sokongan tiang penyangga sebanyak 99 buah.
Material utamanya adalah kayu ulin yang keras dan tahan lama. Kemudian dari desain, cukup sederhana dengan dukungan atap berbentuk pelana.
Masyarakat setempat biasanya membangun rumah adat mereka ini dengan dua muka dengan posisi depan-belakang dengan formasi bangunan terdepan agak menyamping.
Rumah adat ini semakin tampak memukau dengan detail ornamen ukiran pada tiang, pintu, dan dinding-dindingnya.
Ornamen ukiran ini menampilkan motif khas asli masyarakat Wotu yang indah dan bertemakan alam.
Fungsi Rumah Adat Banua Maoge Wotu
Mengutip situs Orami, rumah adat ini hadir dengan dalam beberapa fungsi, dan berikut adalah penjelasan masing-masing fungsinya.
Pusat Kegiatan Adat dan Budaya
Salah satu fungsi Rumah Adat Banua Maoge Wotu ini adalah sebagai sentra kegiatan adat dan budaya.
Contohnya adalah berbagai upacara adat yang melibatkan masyarakat dan para pembesar adat.
Misalnya saja upacara perayaan panen raya yang penuh suka cita. Kemudian contoh lainnya adalah upacara pernikahan yang menggunakan tata cara adat, dan masih banyak lainnya.
Istana
Faktanya, pada zaman dahulu, rumah adat ini pernah menjadi sebuah bangunan istana yang masyarakat namakan Istana Macoa Bawalipu.
Macoa Bawalipu adalah julukan untuk pemimpin adat di Kecamatan Wotu. Atau mungkin setara dengan camat di masa sekarang.
Namun istana di sini bukan sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya. Melainkan sebagai tempat penyimpanan harta benda berharga kepunyaan Macoa Bawalipu.
Termasuk di dalamnya ada benda-benda pusaka, senjata, dan benda-benda peninggalan Macoa Bawalipu yang masih menjabat pada masa itu.
Pusat Musyawarah Adat
Dan fungsi yang terakhir adalah rumah ini menjadi sentra penyelenggaraan kegiatan musyawarah adat.
Musyawarah adat di sini semacam pengadilan adat yang berperan memberikan konsekuensi atas suatu kesalahan.
Kesalahan di sini sifatnya spesifik. Artinya, hanya sebatas kesalahan seperti pelanggaran hukum adat yang berlaku di masyarakat.
Konsekuensi yang dibebankan kepada seseorang yang terbukti melanggar juga berupa konsekuensi hukum adat yang sudah disepakati oleh para pembesar adat.
Ciri Khas Rumah Adat Banua Maoge Wotu
Rumah adat Sulawesi Selatan bernama Banua Maoge Wotu sangat menonjol di beberapa aspek, seperti aspek bentuk, struktur, material, dan tiang-tiangnya.
Aspek-aspek ini yang kemudian menjadi ciri khas utama pada rumah adat ini. Yuk kita kupas satu per satu ciri khasnya.
Bentuk
Dari bentuk, pondasi rumah adat ini berbentuk persegi panjang dengan tiang-tiang sebanyak 99 buah dan atap yang bentuknya seperti pelana.
Bentuk ini tergolong sederhana tanpa mengurangi kesan megah pada fasad bangunannya. Kesan megahnya semakin kuat dengan adanya detail muka atap yang berlapis-lapis.
Tampilan muka atap ini semakin menarik dengan balutan warna merah bata yang berasal dari warna genteng yang terpasang.
Struktur
Bagaimana dengan struktur rumah adat ini? Nah, kalau dari struktur, keseluruhan struktur bangunan ini tersusun atas kayu-kayu yang sangat berkualitas.
Alhasil, konstruksi yang dihasilkan terbukti kokoh bahkan hingga sekarang. Kabarnya, material kayu penyusun rumah ini sebagian besar adalah material kayu keras seperti kayu ulin.
Kayu ulin di sini menjadi rangka utama alias pondasi rumah yang terdiri dari 99 buah tiang penopang dan rangka badan rumah, termasuk bantalan bawah lantai.
Sementara untuk struktur selain rangka utama, masyarakat Wotu menggunakan material kayu lain seperti kayu jati untuk bagian dinding, lantai, dan bagian rumah lainnya.
Material
Macam material penyusun rumah adat ini di antaranya adalah kayu ulin, kayu jati, dan kayu kelapa.
Masing-masing material menempati struktur tertentu yang sesuai dengan fungsi utama pada bangunan tersebut.
Misalnya, untuk bagian pondasi rumah, termasuk tiang-tiang penyangga, memerlukan material yang sangat kuat dan tahan lama.
Dan material yang paling cocok untuk pembuatan rangka utama sebuah rumah adalah kayu ulin. Ya, kayu ulin mendapatkan sebutan kayu besi karena teksturnya sangat keras seperti logam besi.
Berbeda dengan struktur rumah lainnya yang bisa dibangun dengan menggunakan material kayu lain, seperti jati dan kayu kelapa.
Tiang
Seperti yang sudah diinfokan sebelumnya bahwa tiang penyangga yang menopang konstruksi rumah adat ini berjumlah 99 buah.
Semua tiang ini tersusun dengan sangat rapi dengan formasi teratur yang mana formasi tiang tersebut dari beberapa baris.
Masing-masing baris terdiri dari tiang-tiang lainnya hingga total terpasang sebanyak 99 buah.
Dalam satu unit rumah, umumnya ada lima baris tiang dan masing-masing baris terdapat tiang-tiang lain yang berjejer ke belakang.
Keunikan Rumah Adat Banua Maoge Wotu
Rumah adat masyarakat Wotu ini menyimpan keunikan tersendiri. Salah satunya adalah keunikan pada jumlah tiang penyangganya.
Keseluruhan jumlah tiang yang menopang bangunan rumah adat ini adalah 99 buah.
Rupanya penentuan jumlah tiang ini memiliki tujuan, yakni sebagai simbol kekuatan, persatuan, dan juga kemakmuran bagi masyarakat.
Keunikan lainnya adalah penyematan ornamen dan juga ukiran di beberapa bagian rumah, seperti pada dinding dan juga pintu utama.
Ukiran ini berupa kaligrafi beraksara Hijaiyah. Sementara ornamen lainnya yang melekat berupa motif-motif berbentuk geometris khas Wotu.
Nilai Filosofis Rumah Adat Banua Maoge Wotu
Rumah adat ini bukan sekedar bangunan biasa. Ada nilai filosofis di sejumlah bagiannya. Seperti nilai filosofis berikut ini.
Tiang 99
Angka 99 yang mengacu pada jumlah tiang penyangga pada rumah. Sembilan puluh sembilan ini adalah angka pilihan yang memiliki makna filosofis yang dalam, yakni persatuan dan juga kekuatan.
Ada juga yang menyebutkan bahwa angka 99 ini melambangkan Asmaul Husna dalam agama Islam.
Struktur Rumah
Masyarakat Wotu mengakui bahwa rumah adat mereka ini terhitung sangat kokoh dari segi struktur berkat pemilihan material yang tepat.
Kekokohan bangunan rumah ini rupanya juga sangat dekat dengan arti harfiahnya, yaitu kuat dan tak mudah rusak dan usang oleh zaman.
Jumlah Tiang
Ya, jumlah tiang yang totalnya 99 buah di sini juga merupakan simbol harapan untuk memperoleh kesuburan dan kemakmuran.
Bagi masyarakat Wotu, angka 99 ini adalah angka sakral di mana angka tersebut mengandung banyak makna. Salah satunya adalah makna kemakmuran untuk semua masyarakat Wotu.
Demikian penjelasan detail seputar rumah adat Banua Maoge Wotu lengkap dengan gambar dan juga keunikannya.
Harapannya informasi ini dapat memberikan manfaat, minimal menambah wawasan baru buat kamu.
Jika kamu ingin tahu lebih banyak lagi rumah adat Indonesia, silakan kamu bisa cari tahu informasinya dari buku, situs, jurnal, atau dengan mendatangi museum budaya terdekat.
Atau, jika ingin lebih afdol lagi, kamu bisa mengunjungi rumah adat favorit kamu secara langsung. Dengan begitu, kamu dapat saksikan kemegahan serta detail desain arsitekturnya yang autentik.