Rumah Adat Bale Tani adalah rumah adat Suku Sasak yang menghuni Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Mungkin tak banyak di antara kalian yang mendengar tentang rumah adat yang satu ini. Namun yang jelas, rumah adat ini sebenarnya cukup terkenal, loh.
Nah, agar dapat mengenal lebih lanjut seputar rumah adat NTB Bale Tani ini, silakan kamu bisa simak rangkumannya berikut ini.
Sekilas tentang Rumah Adat Bale Tani
Rumah adat Bale Tani berasal dari Pulau Lombok yang mayoritas penduduk aslinya adalah Suku Sasak.
Terdapat dua jenis rumah adat ini, yaitu Bale Tani dan Lumbung. Keduanya berbeda dari segi fungsi.
Bale Tani adalah bangunan rumah yang berfungsi sebagai hunian atau tempat tinggal. Sedangkan rumah adat Bale Lumbung di sini biasa masyarakat gunakan untuk menyimpan persediaan bahan makanan dan hasil panen.
Bale Lumbung ini juga terkadang digunakan untuk menyimpan benda-benda lain, seperti peralatan pertanian, senjata, dan masih banyak lainnya.
Desain Arsitektur Rumah Adat Bale Tani
Rumah adat Bale Lombok ini berciri khas memiliki satu pintu yang ukurannya sempit dan dalam posisi rendah.
Bagian muka rumah, tidak ada satupun jendela, sehingga hanya akan nampak satu pintu saja.
Rumah Bale Tani ini terbagi menjadi dua bagian, yakni Bale Dalam dan Bale Luar. Bale Dalam adalah ruangan khusus untuk anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan.
Di dalamnya ada bagian khusus untuk memasak alias dapur lengkap dengan perlengkapan masaknya.
Sementara Bale Luar adalah ruangan untuk anggota keluarga selain anggota keluarga perempuan sekaligus berfungsi sebagai ruangan untuk menerima tamu.
Kemudian dari struktur bangunannya, sebenarnya tak jauh berbeda dengan rumah pada umumnya. Terdapat tiga bagian utama, yaitu atap, badan rumah, dan juga pondasi.
Atap pada rumah adat dari Sasak ini sangat sederhana, sebab terbuat dari tumpukan jerami dan berdinding Bedek atau anyaman bambu.
Memasuki area dalam rumah, kamu akan mendapati lantai rumah yang terbuat dari tanah liat yang sudah padat dan kering.
Lantai ini terasa sangat padat karena bahan yang digunakan untuk membuatnya tak hanya berupa tanah liat saja.
Melainkan ada tambahan kotoran kerbau dan abu jerami. Ketiga bahan tersebut disatukan dan diaduk hingga tercampur dengan rata, baru kemudian diratakan di atas pondasi rumah.
Hasil dari pencampuran ketiga bahan ini luar biasa mengagumkan karena menghasilkan lantai yang keras dan halus seperti menggunakan semen.
Cara pembuatan lantai ini rupanya merupakan warisan nenek moyang Suku Sasak yang diberikan secara turun-temurun.
Pembagian Ruangan pada Rumah Adat Bale Tani
Saat proses pembangunan, rumah adat ini terbagi menjadi beberapa bagian atau ruangan, atau masyarakat sana menyebutnya Rong.
Pembagian tersebut meliputi Inan Bale, Bale Luar, dan Bale dalam. Berikut penjelasan lengkapnya dari masing-masing ruangan tersebut.
Inan Bale
Ruangan yang satu ini adalah ruang induk yang meliputi Bale Luar dan Bale Dalam. Jadi dengan kata lain Inan Bale ini adalah keseluruhan bagian dalam rumah.
Di dalamnya terdapat ruangan-ruangan yang berukuran lebih kecil dan dengan fungsi masing-masing.
Ukuran Inan Bale tiap rumah di Pulau Lombok juga berbeda-beda, menyesuikan jumlah anggota keluarga yang menghuni dan kebutuhan lainnya.
Kebutuhan lainnya di sini misalnya adalah kebutuhan ruangan tambahan seperti ruangan penyimpanan barang berharga dan lain sebagainya.
Bale Luar
Ruangan dengan sebutan Bale Luar ini tak lain adalah kamar tidur atau tempat istirahat. Luas dari Bale Luar ini beragam dan biasanya akan menyesuaikan dengan jumlah yang menempatinya.
Di dalamnya berisi tempat tidur sederhana, seperti selembar alas tikar atau ada beberapa rumah yang sudah menggunakan dipan sederhana dari kayu.
Rumah yang sudah dilengkapi dipan biasanya juga telah memodifikasi isi rumah dengan furniture sederhana lainnya.Contohnya meja dan kursi, dan lain sebagainya.
Hanya saja jarang sekali dijumpai di lingkungan pemukiman adat Suku Sasak ini.
Bale Dalam
Ruangan dengan nama Bale Dalam ini berupa ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda berharga.
Tempat ini seringnya juga berfungsi sebagai ruangan serbaguna, seperti ruangan khusus untuk wanita yang akan melahirkan, tempat persemayaman jenazah, dan masih banyak lainnya.
Luas dari ruangan ini beragam dan biasanya lebih sempit daripada Bale Luar karena daya muat atau kapasitasnya memang tak sebesar Bale Luar.
Material Rumah Adat Bale Tani
Salah satu hal menarik dari rumah adat Sasak ini adalah proses pembuatannya yang menggunakan seratus persen bahan alami.
Bahkan untuk perekat antar bagian rumah yang juga menggunakan bahan perekat alami seperti getah pohon.
Menurut informasi dari laman Wikipedia, masyarakat dari Suku Sasak menggunakan beberapa bahan alami berikut dalam membangun rumah adat ini.
Kayu
Material kayu ini merupakan bahan utama untuk bagian struktur penyangga rumah. Jenis kayu yang masyarakat gunakan adalah jenis kayu yang berkualitas dan teruji dari segi ketahanan dan kekuatan.
Contohnya adalah Kayu Ulin yang terkenal dengan julukan kayu besi karena teksturnya keras seperti logam besi.
Kayu Ulin ini juga terkenal awet hingga ratusan tahun lamanya. Dan jika terendam air, jenis kayu ini akan semakin kuat.
Tentu masyarakat juga bisa menggunakan jenis kayu lain yang lebih terjangkau dari segi harga namun tetap unggul dari segi kualitas.
Bambu
Material bambu di sini merupakan bahan untuk pembuatan dinding rumah. Cara membuatnya pun mudah, yakni bambu dipotong menjadi bilahan-bilahan tipis dan lentur kemudian dirangkai seperti tikar.
Selanjutnya, karya anyaman bambu yang sudah dalam bentuk lembaran kemudian dipasang menjadi dinding-dinding rumah.
Teknis pemasangannya dengan menggunakan teknik perekatan dengan memanfaatkan bahan perekat alami, seperti getah Pohon Bajur atau Pohon Banten.
Alang-Alang dan Jerami
Nah, alang-alang dan jerami ini adalah material untuk atap rumah. Cara memasangnya dengan menumpuknya secara berlapis-lapis agar dapat menahan air hujan dan terpaan sinar matahari.
Sebab, meski hanya terbuat dari alang-alang dan jerami saja, atap ini terbilang rapat dan tak bercelah.
Jadi mampu mencegah air hujan rembes ke area dalam rumah. Oleh karenanya, area dalam rumah akan tetap aman selama musim hujan.
Campuran Abu Jerami, Tanah Liat, dan Kotoran Kuda atau Kotoran Kerbau
Berbeda dengan rumah adat NTT yang kebanyakan lantai rumahnya hanya beralaskan tanah, rumah adat Bale Tani ini menggunakan tanah liat sebagai bahan utama lantainya.
Masyarakat setempat tidak menggunakan sembarang tanah liat. Mereka menggunakan tanah liat yang sudah mereka campur dengan abu jerami dan kotoran kuda atau kotoran kerbau.
Pencampuran material-material tersebut mampu menghasilkan lantai yang keras, halus, dan tahan lama seperti lantai dari bahan semen.
Getah Pohon Kayu Bajur atau Pohon Banten
Tahukah kamu bahwa struktur bangunan rumah adat ini sama sekali tidak menggunakan paku atau tali untuk menyambung antar bagian yang satu dengan bagian lainnya.
Untuk menyatukan antar bagian, Suku Sasak memanfaatkan teknik rekat dengan menggunakan perekat alami dari pohon Kayu Bajur atau pohon Kayu Banten.
Walaupun hanya menggunakan perekat dari getah pohon, daya rekatnya sangat baik dan juga tahan lama, bahkan jauh lebih tahan lama daripada produk-produk perekat pabrikan.
Fungsi Rumah Adat Bale Tani
Bagi Suku Sasak, rumah memiliki peranan yang sangat penting. Jadi tak sekedar hunian saja, melainkan juga simbol status sosial mereka.
Oleh karenanya, dalam pembangunannya, memerlukan perhitungan khusus yang cermat, seperti waktu pembangunan yang baik menurut penanggalan lokal mereka.
Jadi, ketika akan membangun rumah, masyarakat akan berpegang pada Papan Warige untuk menentukan hari baik sebelum mulai proses pembangunan.
Papan Warige adalah pedoman lokal yang berasal dari sumber Primbon Tapel Adam dan Tajul Muluq. Keduanya merupakan rujukan yang shahih dalam penanggalan Sasak.
Bagaimana, menarik sekali, bukan? Ayo kunjungi Pulau Lombok agar dapat menyaksikan langsung rumah adat Bale Tani asli dari Suku Sasak ini.
Kamu juga bisa mengetahui info seputar rumah adat Indonesia lainnya lengkap dengan gambar dan penjelasannya di laman Rumah Adat Indonesia.
Dengan mengenal berbagai rumah adat yang ada di pelosok negeri ini, tentu kita akan semakin cinta dan bangga dengan warisan budaya Indonesia.