Home » Kalimantan » Rumah Adat Balai Bini

Rumah Adat Balai Bini

Banjarmasin tak hanya terkenal dengan Rumah Lanting saja. Masih ada beberapa rumah adat Suku Banjar lainnya yang tak kalah populer. Salah satunya adalah Rumah Adat Balai Bini.

Rumah adat Kalimantan Selatan ini hadir dengan desain konstruksi yang sederhana dalam balutan model rumah panggung kayu.

Namun di balik kesederhanaannya, tipenya ada cukup banyak, dan tiap-tiap tipe mempunyai ciri khas yang beragam.

Untuk kamu yang penasaran dengan rumah ini, langsung simak saja penjelasan lengkapnya berikut ini.

Pengertian Rumah Adat Balai Bini Kalimantan Selatan

rumah adat balai bini kalimantan selatan

Rumah Adat Balai Bini adalah sebuah bangunan rumah panggung kayu yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan.

Lebih spesifiknya lagi, rumah ini merupakan warisan nenek moyang Suku Banjar yang menempati sebagian besar Prov. Kalsel.

Bentuknya rumah panggung dengan material kayu sebagai material utamanya. Kemudian dari desain kontruksinya, tergolong lumayan sederhana.

Dulunya rumah ini dibangun secara khusus untuk tempat tinggal para puteri sultan, keluarga sultan dari pihak perempuan, dan para pengasuhnya.

Melansir informasi dari Wikipedia, balai bini ini sebenarnya adalah bagian dari tipe rumah adat Kalimantan Selatan Baanjung yang sangat terkenal.

Rumah Balai Bini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Bangunan induknya berbentuk segi empat memanjang
  • Atapnya berbentuk perisai yang menyerupai joglo
  • Memiliki anjung di samping kiri dan kanan bangunan induk
  • Atap anjungnya berbentuk sengkuap yang disebut atap pisang sasikat
  • Terdapat pagar randang besi di terasnya
  • Memiliki pintu masuk yang diapit oleh dua jendela di bagian depan
  • Serambi pamedangannya menggunakan pagar Kandang Rasi

Tipe Rumah Adat Balai Bini

gambar rumah adat balai bini

Ada lima tipe Rumah Adat Balai Bini menurut salah satu tim peneliti dari Depdikbud, Kallsel, Tim Muskala.

Kelima tipe tersebut adalah sebagai berikut:

  • Balai Bini dengan Atap Jurai atau atap perisai
  • Balai Bini dengan Atap Sindang Langit atau Atap Sengkuap di kedua sisi Anjung
  • Balai Bini Pamedangan yang memiliki atap sambungan dengan Atap Pisang Sesikat
  • Balai Bini Pamedangan yang mempunyai penutup berupa Kandang Rasi
  • Balai Bini Paluaran yang berciri khas memakai Tataban.

Tipe-tipe ini muncul sebagai hasil pengembangan di beberapa bagian konstruksinya. Dan berikut penjelasan fase-fase perkembangan rumah adat khas Suku Banjar ini.

Perkembangan Rumah Adat Balai Bini

rumah balai bini

Keragaman Rumah Adat Balai Bini ini muncul karena adanya penambahan bagian struktur tertentu sesuai dengan kebutuhan pada masa itu.

Berikut penjelasan fase-fase perkembangannya, dari rumah adat biasa yang masih orisinil hingga bertambah di beberapa bagian konstruksinya.

Rumah Balai Bini Versi Orisinil

Pada konstruksi Rumah Balai Bini yang masih orisinil, secara umum, bentuknya empat persegi panjang dari depan hingga ke belakang.

Di bagian depan, terpasang atap sebagai penutup rumah. Penutup atap ini bermodelkan atap perisai yang dalam bahasa lokal disebut Atap Gajah.

Atap Gajah ini menaungi area Surambi Pamedangan sampai beberapa ruangan di belakangnya.

Nah, secara keseluruhan, bentuk rumah semacam ini masyarakat Banjar namakan Rumah Gajah.

Rumah Balai Bini Plus Anjung

Dalam perkembangannya, Rumah Gajah ini mulai mengalami penambahan satu atau dua ruangan.

Tambahan ruangan ini biasanya akan ditempatkan di salah satu sisi samping bangunan utama. Untuk peletakannya menyesuaikan kebutuhan.

Bisa terletak di sisi kanan atau kiri dari bangunan utama. Atau, bisa juga di kedua sisi dari bangunan utama dengan posisi sedikit ke belakang dari bangunan utama.

Nah, ruangan ini masyarakat Banjar sebut dengan istilah Anjung. Anjung ini mempunyai atap model Sengkuap atau Atap Pisang Saskita.

Kombinasi bangunan utama plus Anjung inilah yang kemudian masyarakat sebut Rumah Balai Bini.

Rumah Balai Bini Plus Anjung Jurai

Penambahan ruangan tak berhenti di sini saja. Yang semula sudah mendapat penambahan ruangan berupa Anjung, beberapa waktu berikutnya muncul penambahan selanjutnya.

Ruangan yang mendapat penambahan ruangan lainnya adalah Anjung, baik Anjung Kanan maupun Anjung Kiwa atau kiri.

Keduanya mendapat sambungan lagi berupa ruangan-ruangan yang beratap Jurai luar atau Jurai Laki.

Ruangan-ruangan tambahan dengan Atap Jurai luar inilah yang kemudian kita sebut Anjung Jurai Kanan dan Anjung Jurai Kiwa.

Rumah Balai Bini Plus Atap Sindang Langit

Perkembangan lebih lanjut sangat nampak di bagian atapnya, khususnya pada Atap Sengkuap atau Atap Sindang Langit.

Model Atap Sindang Langit ini juga terkenal dengan sebutan atap emper depan karena memang posisinya menaungi area depan rumah.

Struktur atapnya sendiri lebih lebar. Belum lagi ada tambahan jurai luar yang model penutup atapnya juga melebar ke area emper samping kiri dan kanan bangunan.

Semua struktur atap ini menyatu dengan kedua atap Anjung. Agar struktur atapnya tetap kuat dan stabil, terdapat tiang-tiang emper yang menopang atap tersebut.

Pembagian Ruangan di Rumah Adat Balai Bini

rumah adat banjar balai bini

Sama dengan rumah adat Indonesia pada umumnya, rumah adat ini juga pastinya ada pembagian ruangan. Berikut nama-nama ruangan lengkap dengan fungsinya.

Surambi Muka

Dari namanya saja, kamu pasti bisa dengan mudah menebaknya. Ya, tepat sekali, Surambi Muka ini adalah area serambi atau teras depan.

Teras depan adalah area terluar dari bangunan utama dan berupa area outdoor namun terkoneksi dengan tangga utama.

Tangga inilah yang akan menghubungkan area emper ini dengan bagian teras rumah.

Surambi Sambutan atau Ambin

Nah, untuk jenis Surambi yang satu ini adalah area teras yang terletak persis di depan bangunan utama.Posisinya juga menyatu dengan bangunan utama.

Jika kamu perhatikan gambar Rumah Adat Balai Bini di atas, di area surambi muka sudah dilengkapi dengan pagar keliling. Pagar keliling inilah yang dinamakan Kandang Rasi.

Pagar keliling ini bermaterialkan kayu dan di bagian teralis pagar nampak terpasang ukiran bermotif geometris.

Selain pagar kayu, ada pula beberapa tiang penyangga yang merupakan tiang-tiang hasil sambungan dari tiang-tiang pondasi rumah.

Tiang-tiang pada Surambi muka ini berguna sebagai penopang penutup atap yang menaungi area Surambi tersebut.

Biasanya tiang-tiang pada Surambi Sambutan ini berjumlah empat buah. Namun ada yang berjumlah lebih dari empat buah, menyesuaikan panjang area Surambi Sambutan.

Kemudian di bagian atap Surambi, terpasang penutup atap model Sindang Langit.

Tangga

Pada bagian tengah-depan Surambi Muka, terpasang tangga utama yang juga materialnya dari kayu murni.

Uniknya, anak tangga pada tangga utama ini harus berjumlah ganjil. Misalnya berjumlah tiga atau lima trap agar sesuai dengan nilai adat budaya leluhur sebelumnya.

Pamedangan

Area pamedangan adalah ruangan semi terbuka yang terletak di belakang Surambi Pamedangan.

Masyarakat menyebut ruangan Pamedangan ini juga dengan sebutan Paseban atau Palatar Dalam.

Sama seperti Surambi, area ini juga sudah dilengkapi dengan pagar atau Kandang Rasi yang cantik karena ada hiasan ukirannya.

Paluaran

Ruangan yang bernama Paluaran ini kerap disebut juga dengan istilah Ambin Sayup yang fungsinya sebagai ruangan untuk menerima tamu.

Untuk menciptakan kesan sedikit lebih privat, pemilik rumah biasanya akan memasang Tataban atau semacam partisi ruangan.

Tataban ini umumnya berupa papan kayu yang terpasang dari bawah hingga ke bubungan atap.

Agar tampak lebih estetik, di bagian permukaannya terukir oranamen ukiran bermotif geometris atau flora.

Nah, bagian permukaan yang ada hiasan ukiran inilah yang wajib menghadap area ruang tamu atau Ambin Sayup.

Palidangan atau Ambin Dalam

Masuk lagi ke dalam, ada ruangan lagi yang bernama Palidangan atau Ambin Dalam yang berisi bilik-bilik kamar.

Ruangan ini sifatnya sangat privat dan hanya pemilik kamar yang boleh mengaksesnya. Untuk jumlah bilik, akan menyesuaikan dengan luas ruangannya.

Padapuran atau Padu

Ini adalah ruang dapur di mana kegiatan memasak atau mengolah bahan makanan akan berpusat di ruangan ini.

Di dalamnya sudah tentu berisi tungku tradisional untuk memasak. Lalu ada area tersendiri untuk menyimpan peralatan makan.

Di dinding dekat tungku, biasanya terdapat tempat untuk menyimpan berbagai perlengkapan memasak.

Kemudian di langit-langit dapur, tepatnya di atas tungku, ada semacam gantungan-gantungan untuk mengeringkan sekaligus mengawetkan bahan makanan.

Buat kamu yang sangat penasaran dengan rumah adat ini dan ingin menyaksikannya secara langsung, jika ada kesempatan, silakan kunjungi Kota Banjarmasin.

Tepatnya di Jalan 9 November, Kelurahan Banua Anyar, masih ada satu unit Rumah Adat Balai Bini yang masih kokoh dan terawat.

Bahkan hingga kini rumah ini masih aktif dihuni oleh keturunan asli pemilik yang sebelumnya.

Dan jika dilihat dari desain konstruksinya, Rumah Balai Bini masih mempertahankan grand design yang asli.

Dalam artian, rumah ini tidak pernah mengalami perubahan sejak pertama kali rumah ini dibangun.

Hal ini tentu saja sebagai upaya untuk melestarikan warisan leluhur yang berupa rumah adat asli dari Suku Banjar.

Itu dia penjelasan lengkap seputar Rumah Adat Balai Bini yang berasal dari Daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Semoga informasi ini dapat menambah kebanggaan dan juga kecintaan kita terhadap warisan nenek moyang kita.

Lebih spesifiknya rumah adat Indonesia yang ada di seluruh penjuru tanah air.

Scroll to Top