Rumah Kaki Seribu

Rumah Kaki Seribu (Papua) merupakan warisan budaya Suku Arfak yang pernah mendiami kawasan kaki pegunungan Arfak Papua, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

Rumah adat Papua Barat ini memiliki nama lain Mod Aki Aksa (Igkojei) menggunakan bahasa khas Suku Arfak yaitu bahasa meyah sebagai gaya komunikasinya sehari-hari.

Selain itu rumah kaki seribu juga punya nama lain dari berbagai bahasa diantaranya, Igmam yang artinya rumah pedalaman dalam bahasa hatam dan Tu Misen yang artinya rumah dengan kaki tinggi dalam bahasa sougb.

Berbeda dengan rumah panggung lainnya, rumah Mod Aki Aksa menggunakan ribuan tiang pondasi guna menopang kuat bangunannya.

Ternyata tidak hanya hewan yang memiliki kaki seribu, rumah adat khas Suku Arfak Papua kali ini juga memiliki ribuan kaki sebagai penopang bangunan tempat tinggalnya lho.

Sejarah Rumah Kaki Seribu Papua Barat

sejarah rumah adat kaki seribu manokwari papua barat

Suku Arfak yang mendiami kawasan Papua Barat memang terbiasa mendirikan rumah menggunakan material sederhana.

Apa lagi zaman dulu sulit sekali memiliki tempat tinggal, bahkan masyarakat hanya mengandalkan sumber daya alam sekitar untuk memenuhi kebutuhan pangan semua keluarganya.

Bagaimana sejarah terciptanya rumah Mod Aki Aksa? Selain alam sebagai tantangan bertahan hidup, Suku Arfak juga rentan sekali mengalami pertikaian karena masalah sepele.

Masyarakat berusaha saling melindungi diri dalam rumah, namun masih ada gangguan yang membuat kehidupannya tidak tentram.

Akhirnya Suku Arfak berinisiatif mendirikan Mod Aki Aksa menggunakan konsep rumah panggung. Nah, masyarakat sengaja menggunakan banyak tiang sebagai pondasi bangunan.

Mereka membentuk kaki seribu sebagai penopang bangunan memanfaatkan material kayu atau bambu yang super kokoh.

Tidak hanya ingin melindungi diri dari serangan musuh, namun Suku Arfak juga menghindari serangan binatang buas dari hutan dekat rumahnya.

Konsep rumah Mod Aki Aksa juga sangat cocok bagi Suku Arfak yang ingin menghangatkan diri serta menghindari risiko bencana alam seperti banjir maupun badai.

Bentuk Arsitektur Rumah Kaki Seribu Manokwari

bentuk rumah kaki seribu papua barat

Memangnya bagaimana bentuk arsitektur rumah Kaki Seribu (Papua Barat)? Ukurannya yang luas membuat bangunan mampu menampung beberapa keluarga dalam jumlah besar.

Walaupun menggunakan material primitif, namun rumah Mod Aki Aksa memiliki konsep arsitektur unik berbeda dengan rumah adat lainnya.

Terdiri Atas 1000 Tiang Pondasi

Hal inilah yang membuat para pemerintah Papua memberinya nama “Rumah Kaki Seribu” karena memang bangunan terdiri atas banyak tiang pondasi.

Suku Arfak menggunakan ribuan kayu sebagai tumpuan utama bangunan, sehingga bangunan mampu bertahan dalam waktu lama.

Tiang-tiang pondasinya terbuat dari kayu dengan diameter sekitar 10 cm. Jarak antar tiang di fondasi rumah adat ini cukup rapat, hanya sekitar 30 cm antara satu tiang dengan yang lainnya.

Dengan menggunakan pondasi kayu, maka bangunannya menyerupai rumah panggung dengan ketinggian sekitar 3-5 meter dari permukaan tanah.

Untuk memudahkan akses masuk ke dalam rumah, tentu para penghuninya menambahkan tangga dari bahan bambu berkualitas.

Elemen Bangunan

Rumah adat Kaki Seribu Papua Barat memiliki atap terbuat dari rumput ilalang, lalu bagian lantai menggunakan anyaman rotan.

Bagian dinding rumahnya menggunakan bahan dasar kayu yang tersusun rapi secara vertikal maupun horisontal harus saling mengikat satu sama lain.

Karena Rumah Adat Kaki Seribu nggak punya jendela, satu-satunya cara biar udara bisa masuk dan keluar adalah lewat pintu. Rumah ini punya dua pintu, yaitu pintu depan dan pintu belakang.

Rumah menggunakan konsep tertutup untuk menghindari serangan binatang buas, bencana alam badai, dan udara dingin sekitarnya.

Pembagian Ruangan

Rumah Kaki Seribu biasanya terbagi atas beberapa area yang meliputi kamar wanita sisi kiri (ngimsi), kamar pria (ngimdi) sisi kanan, dan ruang khusus upacara adat.

Lantai kamar pria maupun wanita berupa batang bambu atau rotan yang sudah tersusun rapi, sehingga tidak akan jatuh ke bawah nantinya.

Di dalam rumahnya juga terdapat tempat perapian untuk menjaga kehangatan saat dingin. Selain itu ada tempat khusus untuk ritual upacara adat atau berpesta.

Ruang upacara adat tidak menggunakan alas rotan maupun bambu karena berkaitan dengan tradisi masyarakat setempat.

Jika upacara adat memang perlu mempersembahkan tarian, bisa langsung melakukan ritual menggunakan alas tanah agar prosesinya berjalan lebih khidmat.

Keunikan dan Filosofis Rumah Kaki Seribu Papua Barat

Suku Arfak mendirikan rumah Kaki Seribu (Papua) memiliki berbagai sisi unik yang belum pernah kamu temukan sebelumnya.

Setiap aspek bangunan juga ternyata mengandung makna filosofi sebagai tradisi kepercayaan Suku Arfak mulai zaman dulu hingga mengalami perkembangan modernitas.

Bangunan Memiliki Banyak Tiang Penyangga

Suku Arfak meyakini rumah Kaki Seribu tidak hanya sekedar bangunan tempat tinggal biasa, akan tetapi peninggalan nenek moyang yang bermakna filosofis.

Ribuan tiang penyangga merupakan simbol kepercayaan, cara hidup komunitas setempat, dan keyakinan Suku Arfak.

Menyimpan Patung Nenek Moyang

Sesuai pembagian ruangannya, Suku Arfak terdahulu memiliki ruang khusus sebagai tempat untuk melaksanakan upacara adat keagamaan.

Dalam ruangan tersebut, kamu akan menemukan patung nenek moyang yang selalu terpajang sebagai salah satu dekorasi interior bangunan

Menurut kepercayaan Suku Arfak, patung nenek moyang sebagai simbol penahan gangguan ilmu hitam.

Pelaksanaan upacara adat bertujuan untuk melindungi diri dari ancaman bencana alam, niat jahat musuh, dan gangguan lainnya yang mungkin terjadi.

Fungsi Rumah Kaki Seribu Manokwari

Pada umumnya rumah Kaki Seribu memiliki banyak peran penting bagi masyarakat setempat. Suku Arfak juga mayoritas mendiami area pegunungan berhawa dingin mencekam.

Jika tidak memiliki tempat tinggal nyaman, sulit bagi mereka beradaptasi bertahan hidup dalam kondisi tersebut. Untuk itu berikut beberapa fungsi rumah kaki seribu dalam kehidupan

  • Sebagai tempat tinggal keluarga
  • Sebagai tempat melaksanakan upacara adat keagamaan
  • Menyimpan harta benda, bahan pangan, dan peralatan bertani
  • Tempat berkumpulnya semua anggota keluarga
  • Tempat mendidik anak
  • Tempat berpesta
  • Tempat beternak

Fakta menariknya pada tahun 2016, rumah Kaki Seribu dari Manokwari Papua Barat ini resmi dijadikan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.

Rumah ini termasuk dalam kategori keterampilan dan kerajinan tradisional hasil karya orang Arfak.

Menurut gln.kemdikbud.go.id, warisan budaya tak benda ini bersifat abstrak serta rentan hilang seiring dengan perkembangan zaman.

Karena itu, penetapan rumah adat Kaki Seribu sebagai warisan budaya nasional bertujuan untuk melestarikan tradisi ini.

Apa lagi rumah yang penuh nilai filosofi dan budaya ini kini semakin sulit ditemukan, terutama di Kota Manokwari.

Melestarikan warisan budaya seperti rumah Kaki Seribu sangat penting agar generasi mendatang bisa terus belajar dan menghargai kekayaan budaya yang ada.

Dengan usaha pelestarian, kita bisa menjaga identitas dan kebanggaan terhadap budaya lokal, yang sekaligus menjadi bagian dari kekayaan bangsa.