Provinsi Maluku ternyata juga memiliki warisan budaya khas berupa rumah Baileo yang unik dari segi eksterior maupun interiornya lho.
Keunikan rumah adat Baileo konon mendapatkan pengaruh dari nenek moyang Suku Huaulu yang pernah menempati Pulau Seram, Gunung Binaiya, Ambon ratusan tahun lalu.
Awalnya hanya petinggi desa yang menempati Baileo, namun kini Baileo sangat berguna sebagai tempat berkumpulnya masyarakat Desa Huaulu, Kecamatan Saparua, Provinsi Maluku Tengah.
Masyarakat bisa menggunakan Baileo sebagai tempat nongkrong, upacara adat, musyawarah desa, dan kegiatan lainnya.
Sejarah Rumah Baileo Khas Maluku Tengah
Pada masa lampau Suku Huaulu hanya beranggotakan 50 kepala keluarga, di mana mereka bertempat tinggal sambil mencari bahan pangan alam sederhana.
Dalam usaha mempertahankan hidupnya, Suku Huaulu seringkali mendapatkan ancaman para musuhnya yang akhirnya memicu terjadinya peperangan.
Suku Huaulu membangun perkampungan kecil terdiri atas bangunan berderet bernama “Baileo”. Rumah adat Baileo memiliki bentuk sama, lalu menggunakan material sederhana seperti kayu dan daun rumbia.
Saat membangun Baileo, konon Suku Huaulu juga menambahkan tengkorak musuhnya yang sudah mati.
Mereka menggunakan tengkorak musuh sebagai pondasi utama bangunan. Berdasarkan sejarah rumah adat Baileo, awalnya hanya petinggi desa yang berhak menempati rumah tersebut.
Berhubung situasi perang sedang pelik, kepala desa memerintahkan semua warganya ikut menempati Baileo.
Baileo sebagai tempat menyusun strategi perang sekaligus menyelesaikan berbagai permasalahan Suku Huaulu.
Seiring berjalannya waktu, penggunaan tengkorak sebagai pondasi Baileo mulai tidak berlaku. Hingga saat ini, Suku Huaulu justru memanfaatkan tempurung kelapa sebagai tiang rumah panggungnya.
Jenis-jenis Rumah Adat Baileo Maluku
Secara keseluruhan terdapat banyak rumah baileo yang tersebar di negeri Maluku. Masing-masing daerah tentu punya ciri khas dalam hal bentuk bangunan dan ukirannya, berikut ini beberapa diantaranya.
Baileo Nolloth
Di daerah Nolloth Maluku, rumah adat baileo punya nama lain Simaloa Pellamahu, yang artinya yaitu rumah adat atau tempat upacara adat.
Selaras dengan namanya, rumah baileo lebih sering dipakai untuk acara upacara adat yang masih ada sampai saat ini.
Secara desain, baileo Nolloth adalah bangunan rumah panggung yang terbuat dari papan dan kayu, dengan atap yang terbuat dari daun rumbia.
Uniknya, bangunan ini sama sekali tidak menggunakan paku, melainkan menggunakan pasak kayu dan diikat dengan gemutu (ijuk).
Bangunan ini berbentuk persegi dan berdiri di atas tiang-tiang yang ditanam di tanah yang sedikit lebih tinggi.
Tiang-tiang tersebut menjadi penopang utama seluruh bangunan. Lantainya terbuat dari papan, sedangkan dindingnya disusun dari kayu yang disilangkan, menyerupai pagar.
Tinggi bangunannya sekitar 75 cm dari lantai. Di dalamnya terdapat 20 tiang kayu, dengan 10 tiang di sisi barat dan 10 di sisi timur. Tiang-tiang ini melambangkan marga-marga yang ada di negeri Nolloth.
Baileo Ihamahu
Baileo di Negeri Ihamahu, yang dikenal sebagai Simaloa Peimahu, punya arsitektur rumah panggung yang keren banget.
Material rumahnya menggunakan kayu gufasa dan kayu besi serta tiga pintu masuk yang ada di samping dan depan. Kedua pintu tersebut dilengkapi dengan tangga kayu.
Atapnya menggunakan daun sagu, dan warna merah mendominasi keseluruhan bangunan, dengan ukiran emas di tiang-tiangnya yang menambah kesan megah.
Terakhir kali direnovasi pada tahun 2007, jadi masih terlihat kokoh dan terawat.
Di dalam baileo, terdapat sembilan tiang dari kayu gufasa, sebagai simbol sembilan soa (kelompok masyarakat) di Ihamahu, diantaranya yaitu: Soa Iha, Mahu, Atala, Matalete, Soulima, Hatulesi, Pia, Kulur, dan Siri-Sori.
Dari ketiga pintu di sebelah utara, timur, dan barat, pintu utama untuk masuk raja terletak di sebelah timur. Terdapat dua tiang di samping kanan dan kiri sebagai penjaga pintu yang bernama Soa Hatulesu dan Soa Atala.
Kedua soa ini punya peran penting untuk menyediakan pangan di negeri Ihamahu, karena mereka menguasai lahan pertanian yang luas.
Baileo Haria
Dalam catatan sejarah, yang pertama kali membangun rumah baileo haria yaitu Pati Arang Besi dari marga Souhoka pada tahun 1700-an.
Nama teon negeri Haria adalah Leiwaka, yang terdiri dari kata “Lei” yang berarti menaruh, menambah sedikit, atau berjalan maju, dan “Waka” yang artinya menjaga.
Baileo ini dikenal dengan sebutan Palapessy Umatoru, yang berarti rumah tiga rumpun. Tapi, makna dari “rumah tiga rumpun” sendiri belum berhasil ditemukan dalam penelitian maupun wawancara di negeri Haria.
Baileo Negeri Haria punya bentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu, dengan lantai papan dan atap dari daun sagu.
Tampak sekilas, bentuk rumahnya terlihat seperti perahu dengan banyak tiang. Bangunan ini dibiarkan polos tanpa cat, tanpa hiasan, dan terbuka tanpa dinding.
Tiang-tiang penyangganya berjumlah 84, disusun dalam 4 baris, di mana setiap baris ada 21 tiang.
Rumah adat Maluku Tengah ini memiliki dua pintu, satu ada di sisi barat dan yang satunya lagi berada di sebelah timur, di mana masing-masing dilengkapi tangga sebagai penghubung ke tanah.
Pintu di sisi timur digunakan sebagai pintu masuk, sedangkan pintu di sisi barat adalah pintu keluar.
Marga Loupatty dan Sarimolle bertugas menjaga pintu masuk, sementara marga Tamaela dan Parinussa menjaga pintu keluar.
Baileo Ullath
Baileo yang ada di Negeri Ulath disebut Lua Kuhu, yang artinya adalah tempat berkumpul.
Tidak seperti kebanyakan baileo lainnya, Baileo Ulath dibangun langsung di atas tanah, bukan sebagai rumah panggung, meskipun pondasinya dibuat cukup tinggi, sekitar 1 meter dari tanah sehingga tetap memberi kesan seperti rumah panggung.
Bangunan ini tidak memiliki dinding, hanya dibatasi pagar sederhana dari balok kayu setinggi 1 meter, sementara bagian atasnya dibiarkan terbuka, memberikan rasa lapang dan bebas.
Lantai dari baileo ini terbuat dari pasir pantai, menghadirkan suasana alami yang sederhana. Atapnya ditutupi daun sagu, bahan yang menyatu dengan lingkungan sekitarnya.
Umumnya, rumah adat baileo ullath punya tiga pintu yang terletak di sebelah selatan, utara dan barat. Ketiga pintu tersebut juga mempunyai tangga untuk menghubungkan lantai bangunan dengan tanah.
Meskipun tampak sederhana, pondasi bangunannya sudah menggunakan bahan semen untuk kekuatan.
Baileo ini ditopang oleh 32 tiang, yang memiliki makna simbolis karena masing-masing tiang mewakili marga-marga di Negeri Ulath.
Beberapa diantaranya adalah Maail, Toisuta, Supusepa, Lilinuapelu, Siwabessy, dan banyak lagi, seperti halnya tiang-tiang ini berdiri kokoh bersama, demikian juga komunitas mereka saling menopang satu sama lain dalam kebersamaan.
Rumah Baileo Latu Suli Siwa Hina Allane Negeri Allang
Dari banyaknya Baileo di Maluku, Baileo Latu Suli Siwa Hina Allane yang ada di Negeri Allang, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, jadi salah satu yang masih bertahan sampai sekarang.
Meski sudah berusia tua, Baileo Allang ini masih terjaga dengan baik. Bahkan, sudah beberapa kali direnovasi, dan yang terakhir dilakukan pada tahun 2010.
Sebagai tempat pertemuan adat, Baileo punya kesakralan tersendiri. Karena itu, setiap pembangunan atau renovasinya harus mengikuti prosesi adat yang sudah diwariskan secara turun-temurun.
Biasanya, semua masyarakat yang tinggal di Negeri Allang bakal terlibat gotong royong dalam pembangunannya.
Sebelum dibongkar, tetua adat akan melakukan ritual penurunan simbol baileo berupa dua buaya loreng yang perannya diberikan kepada keluarga Ralahalu.
Setelah selesai, barulah keluarga Huwae bertanggung jawab membongkar bagian bubungan rumah, sedangkan untuk tiang-tiangnya menjadi tugas dari keluarga Patty.
Bentuk Arsitektur Rumah Adat Baileo
Bagian Atas
Atap rumah baileo umumnya berbentuk tumpal atau segitiga sama kaki. Material atap rumahnya menggunakan daun rumbia atau daun sagu.
Konstruksi atapnya menggunakan bahan kayu dan bambu, yang disambung dengan pasak kayu, pasak besi, paku, atau juga dengan cara diikat pakai tali ijuk.
Bagian Bawah
Baileo biasanya dibangun di atas tanah yang agak tinggi, dengan tumpukan batu atau beton sebagai penahan tanah. Ada tiang-tiang yang ditanam di tanah, dan jumlah tiangnya bisa berbeda-beda tergantung baileo.
Selain tiang utama, ada juga tiang tambahan yang dipasang berdekatan dengan tiang utama untuk memperkuatnya sebagai penopang bangunan.
Pada rumah baileo haria dan baileo nolloth, tiang untuk penyangganya sebagian tertanam di dalam tanah. Di sisi lain, rumah adat Baileo Ihamahu dan Baileo Haria, tiang-tiang penyangganya terletak di atas pondasi beton.
Rumah Baileo terkenal memiliki berbagai keunikan yang mungkin belum pernah kamu temui sebelumnya.
Konon, setiap aspek bangunan mengandung makna filosofis tersendiri bagi Suku Huaulu. Berdasarkan gambar rumah adat Baileo, arsitektur bangunannya tidak banyak mengalami perubahan sejak dulu.
Bagian Tengah
Bagian tengah bangunan baileo adalah lantai dan dindingnya. Material pada lantai rumah adat baileo umumnya menggunakan papan yang disusun di atas tiang-tiang kayu, memakai pasak atau paku sebagai perekatnya.
Selain itu, terdapat pula rumah baileo yang tak punya kolong seperti rumah baileo ihamahu dan baileo ullath.
Meskipun begitu pondasi kedua rumah tersebut dibuat lumayan tinggi serta lantainya dihubungkan dengan tangga di pintu.
Untuk lantainya, baileo Ihamahu, Haria , dan Nolloth memakai papan, sementara baileo Ullath menggunakan pasir pantai sebagai alas lantainya.
Selanjutnya dinding pada rumah baileo memakai material dari papan kayu setinggi satu meter. Dinding pada rumah baileo Nolloth dan Ihamahu terbuat dari balok kayu.
Dalam rumah baileo Nolloth, balok-balok kayu akan disusun menyilang membentuk pola tumpal, sementara di baileo Ullath, balok-baloknya disusun vertikal seperti pagar.
Dinding baileo Ihamahu diukir dengan motif khas Maluku. Jumlah pintu tiap baileo juga berbeda-beda. Baileo Haria dan Ullath punya dua pintu, baileo Nolloth punya empat pintu di tiap sisinya, dan baileo Ihamahu punya tiga pintu.
Ciri Khas Rumah Baileo Maluku Tengah
Bentuk Bangunannya Unik
Sesuai penjelasan sebelumnya, Baileo memiliki arsitektur sangat unik menggunakan bahan ramah lingkungan.
Bentuknya panggung terbuat dari material kayu dan bambu, kemudian terdapat tiang penyokong berjumlah 8-9 buah mulai dari bagian depan sampai belakang bangunan tersebut.
Memiliki Tangga dan Atap
Atap bangunan Baileo biasanya hanya terbuat dari daun rumbia karena Suku Huaulu berusaha mempertahakan kearifan lokal tradisi nenek moyang.
Untuk memudahkan akses masuk rumah, kamu akan menemukan 3 tangga atau pijakan pada bagian depan, kiri, dan belakang bangunan.
Bentuknya Terbuka
Banyak orang menyebut rumah Baileo sebagai “Rumah Bundar” karena tidak memiliki dinding, kemudian rumahnya tidak bersekat.
Berbeda dengan rumah adat lain, Baileo cenderung memilih konsep terbuka agar bisa menyatu bersama alam sekitarnya.
Tidak Punya Kamar
Ciri khas rumah baileo selanjutnya yaitu tidak berkamar, terlihat dari desainnya yang tak bersekat dan terbuka.
Sama halnya dengan rumah adat sasadu, rumah baileo lebih difungsikan sebagai tempat pertemuan adat daripada untuk tempat tinggal.
Lantai dan Ornamen
Beberapa Baileo menggunakan lantai tanah, namun sebagian lainnya memilih lantai batu semen karena dianggap lebih awet dan perawatannya sangat mudah.
Kamu juga akan melihat ukiran unik hewan atau benda-benda langit pada bagian sisi kiri dan kanan rumah adat tersebut.
Keunikan dan Filosofis Rumah Adat Baileo
Meletakkan Batu Pamali Depan Baileo
Suku Huaulu selalu meletakkan batu Pamali depan pintu Baileo bukan tanpa alasan. Batu Pamali umumnya berbentuk kerikil kecil sebagai tempat arwah leluhur yang mendatangi Baileo.
Batu juga memberikan isyarat kepada suku lain untuk menghormati Baileo sebagai tempat sakral bagi warga.
Memiliki Tiang Siwa Lima
Rumah tradisional dari Maluku Tengah ini ternyata juga menyimpan pusaka budaya yang bisa kamu temukan pada bagian sisi kanan dan kiri bangunan.
Suku Huaulu menyebutnya “Siwa Lima” yang bermakna filosofi persatuan seluruh desa Provinsi Maluku agar saling menghargai keragaman budaya.
Ornamen Interior Unik
Sesuai penjelasan sebelumnya, Baileo memiliki ornamen benda-benda langit serta hewan seperti anjing, ayam, matahari, bulan, dan lainnya.
Ukiran ornamen Baileo ternyata memiliki banyak arti mulai simbol perdamaian, kemakmuran, sesembahan para leluhur, dan tempat sakral.
Arsitektur Menyerupai Pendopo Joglo
Baileo memang menggunakan konsep panggung, namun sekilas mirip sekali pendopo Joglo, rumah adat jawa.
Hal ini seolah menjelaskan bahwasannya Baileo merupakan tempat suci yang bisa memberikan rasa tentram sekaligus ketenangan bagi masyarakat sekitarnya. Bagaimana sangat unik, bukan?
Fungsi Rumah Adat Baileo
Zaman dulu Baileo menjadi Balai Desa sekaligus tempat ibadah bagi Suku Huaulu. Tidak hanya itu, para warga juga menggunakan Baileo sebagai tempat musyawarah menyusun strategi perang.
Berdasarkan informasi Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, rumah adat Baileo memiliki fungsi sebagai berikut.
- Tempat mengadakan pertemuan serta melaksanakan upacara adat
- Tempat melakukan musyawarah untuk memecahkan masalah warga
- Tempat menyimpan barang pusaka masyarakat Suku Huaulu
- Sebagai tempat menjalankan ibadah
- Rumah singgah bagi kalangan kerajaan ataupun kepala desa
- Sebagai salah satu warisan budaya Provinsi Maluku yang sangat berharga.
Walaupun keberadaan rumah adat lain sudah semakin langka, hingga saat ini warga Kecamatan Saparua Maluku Tengah masih melestarikan Baileo sebagai tempat sakral bagi para generasi muda kelak.