Hobi berwisata keliling Nusantara? Jika iya, sudahkah kamu mengunjungi Kolaka, Sulawesi Tenggara? Di sana ada Rumah Adat Mekongga yang menarik sekali untuk kamu datangi.
Sebab, ada sepuluh miniatur rumah adat dengan fungsi yang berbeda-beda. Salah satu di antaranya ada sebuah museum yang menyimpan benda-benda peninggalan leluhur Suku Mekongga.
Desain arsitekturnya juga tak kalah menarik, loh. Penasaran kan seperti apa penampakannya? Yuk simak informasi berikut untuk tahu jawabannya.
Sekilas tentang Rumah Adat Mekongga Kolaka

Rumah Adat Mekongga adalah nama sebuah rumah adat milik Suku Mekongga yang sebagian besar menghuni Kab. Kolaka, Prov. Sulawesi Tenggara.
Bangunan megah dengan desain arsitektur yang khas ini merupakan sebuah duplikasi dari rumah adat Suku Mekongga yang sesungguhnya.
Meski hanya sebuah duplikat, semua detail struktur pada desain konstruksi bangunan ini dibuat semirip mungkin dengan versi aslinya.
Rumah adat milik Suku Mekongga yang asli sendiri merupakan peninggalan Raja Latambaga atau Bokeo Latambaga.
Dengan demikian, rumah adat tersebut berfungsi sebagai tempat tinggal raja atau ketua suku yang memimpin pada masa itu.
Kini, bangunan duplikat dari rumah adat ini menjadi sebuah destinasi wisata, tepatnya sebagai museum.
Di dalamnya tersimpan berbagai benda dan juga informasi yang ada kaitannya dengan Suku Mekongga.
Asal-usul dan Sejarah Rumah Mekongga
Rumah Mekongga merupakan manifestasi kosmologi masyarakat Tolaki yang terinspirasi dari legenda Mokole I Langgai Meokole (Raja Burung Ga).
Mitos lokal menceritakan burung raksasa berjuluk Ga yang menjadi simbol perlindungan dan kearifan alam.
Bentuk atap rumah yang menyerupai mahkota dengan ujung melengkung ke atas diyakini merepresentasikan sayap burung Ga yang sedang terbang, sekaligus metafora hubungan harmonis antara manusia, langit, dan bumi.
Nama Mekongga sendiri berasal dari frasa Mekong-konggaha (Tolaki Kuno), yang berarti “tempat menenun kebijaksanaan”, merujuk pada fungsi rumah sebagai pusat transmisi pengetahuan lintas generasi.
Desain Arsitektur Rumah Adat Suku Mekongga

Seperti umumnya rumah adat Sulawesi Tenggara, rumah adat Suku Mekongga ini merupakan bangunan rumah panggung yang luas dan tanpa sekat.
Tinggi konstruksinya sekitar 60 hingga 70 kaki dari permukaan tanah dengan tiang-tiang kayu yang menopangnya.
Sesuai dengan gambar Rumah Adat Mekongga di atas, konstruksi bangunan rumah ini terbagi menjadi pondasi yang berupa tiang penopang, bangunan inti, atap, dan tangga.
Tiang Penopang
Rumah adat dengan model rumah panggung ini berdiri dengan kokohnya berkat dukungan tiang-tiang penopangnya yang terbuat dari kayu.
Tinggi masing-masing tiangnya sekitar 1.5 hingga 2 meter dari permukaan tanah. Sementara ketinggian keseluruhan bangunan bisa capai 60 hingga 70 kaki dari permukaan tanah.
Tiang-tiang kayu pada rumah adat ini dibentuk balok agar lebih rapi dan seragam.
Penampilannya juga semakin menarik dengan baluran cat berwarna gelap yang cukup kontras dengan warna bangunan intinya.
Terlihat jelas bahwa tiang-tiang ini terpasang menembus hingga ke bangunan inti dan berakhir di bubungan atap.
Dengan model pemasangan semacam, daya topang tiang-tiangnya akan semakin kuat dan bisa bertahan lama hingga tahunan.
Bangunan Inti
Pondasi bangunan inti pada rumah ini berbentuk persegi dengan sisi yang sama. Pada bagian interiornya tidak memiliki sekat, sehingga terlhat luas nan lapang.
Bagian dindingnya terbuat dari papan kayu yang terpasang dengan posisi vertikal. Papan-papan kayu tersebut tersusun dengan sangat teratur dan rapat, sehingga tampak sempurna dari luar.
Begitu juga dengan lantai rumah ini yang sangat nyaman untuk mobilisasi ke sana kemari berkat material papan kayunya yang kokoh.
Di bagian serambi depan atau teras, terlihat ada railing atau pagar keliling setinggi pinggang orang dewasa.
Railing ini terbuat dari papan kayu yang tersusun dengan rapat dan rapi.
Dan tahukah kamu, material papan kayu pada railing ini berbahan sama persis dengan material papan kayu pada dinding rumah.
Bahkan tebal-tipis, panjang, dan tone warna-nya juga dibuat sama agar tampak seragam dengan struktur dinding rumah.
Tangga
Nah, struktur tangga pada rumah adat inilah yang paling unik. Keunikannya bisa kamu lihat pada bagian atap yang menaunginya. Ya, ada atap tambahan yang terpasang tepat di atas tangga.
Atap tambahan ini berukuran jauh lebih kecil daripada atap utama. Namun material dan bentukya sama persis dengan atap utama.
Hanya saja ada detail-detail yang berbeda dengan detail pada atap utama. Sebut saja detail ornamen yang tersemat di bagian muka atap mungil ini.
Kemudian untuk struktur tangga, siapa pun yang akan mengaksesnya akan nyaman karena struktur tangga ini sudah dibekali dengan fitur railing.
Railing di sini adalah semacam pagar yang juga berfungsi sebagai pegangan yang dapat digunakan oleh pengunjung saat menaiki atau menuruni anak tangga.
Anak tangganya berjumlah 30, jumlah yang melambangkan banyaknya jumlah helai bulu pada sayap Burung Kongga atau burung gagak.
Keseluruhan struktur tangga pada rumah adat ini murni dari kayu dengan balutan tone gelap yang sama dengan tone tiang-tiang penopang rumah.
Satu-satunya yang terlihat sangat menonjol dari segi pemilihan warna adalah ornamen ukiran berwarna kuning yang terdapat pada railing tangga.
Atap
Pertama yang akan kita bahas soal atap rumah adat Sulawesi satu ini adalah bentuknya. Rumah adat asal Suku Mekongga ini mempunyai atap berbentuk pelana.
Atap pelana adalah model atap yang hanya memiliki dua sisi panel, yaitu satu panel di sisi kiri dan satu lagi sisanya di sisi kanan.
Ciri khas dari atap pelana ini adalah pada saat pemasangan, akan muncul bentuk segitiga jika kita lihat dari angle depan.
Jadi, bagian bentuk atap segitiga ini dapat kita lihat di bagian atas muka bangunan inti rumah adat ini.
Kemudian ciri khas lainnya adalah atap berbentuk pelana ini hanya memiliki satu bubungan yang terletak di tengah.
Bubungan tunggal ini terbentuk karena adanya garis pertemuan antara dua sisi panel atap saat sedang proses pemasangan.
Dan yang tak kalah menarik dari atap rumah adat ini adalah ornamennya yang sangat cantik dan juga khas.
Salah satunya adalah ornamen di bagian lisplang atap yang berwarna kuning dan berbentuk geometris.
Sekilas ornamen ini sangat mirip dengan Gigi Balang pada lisplang rumah adat Betawi. Hanya saja berbeda pada bentuk atau motif dan juga warnanya.
Ornamen lainnya juga bisa kita jumpai pada bagian bawah tepi atap yang berupa lukisan berbentuk motif geometri berwarna kuning.
Ornamen yang sama juga terdapat di sepanjang tepian atap, khususnya di keliling sudut bentangan atap yang berbentuk segitiga.
Keunikan Rumah Adat Mekongga
Ada beberapa keunikan Rumah Adat Mekongga yang dapat kamu temui saat mengunjunginya. Berikut daftar keunikannya.
Keunikan pertama ada pada struktur anak tangga yang konstruksinya lengkap karena sudah dilengkapi railing dan anak tangga.
Anak tangganya juga berjumlah 30 buah yang mengandung makna filosofi yang erat kaitannya dengan nilai dan budaya Suku Mekongga.
Jumlah anak tangga ini melambangkan jumlah helai bulu pada sayap Burung Kongga. Bagi Suku Mekongga, Burung Kongga adalah simbol kekuatan dan kebesaran.
Masih terkait dengan ornamen, ada cukup banyak penggunaan ornamen di rumah adat ini. ornamen-ornamen ini rupanya adalah karya warga lokal Kolaka.
Keunikan lainnya yang terlihat mencolok dari luar adalah ornamen kayu runcing yang terletak di ujung atap depan.
Kayu runcing ini lebih dari sekedar ornamen. Elemen ini adalah simbol tombak yang masyarakat Suku Mekongga gunakan untuk menghalau Burung Kongga.
Pada zaman dulu, Burung Kongga kerap bertengger di atap rumah-rumah warga.
Dan keunikan yang terakhir adalah pembagian ruangan di rumah adat ini yang terkesan terbatas pada ruang untuk publik saja.
Hal ini sesuai dengan fungsi utama rumah ini pada masa kini, yakni sebagai museum.
Meski berfungsi sebagai museum, penataan ruangnya disesuaikan dengan susunan ruangan versi aslinya.
Pada rumah adat yang asli, susunan ruangannya terdiri dari empat bilik yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.
Adapun fungsi keempat bilik tersebut adalah ruang pertemuan adat, gudang penyimpanan senjata pusaka, ruang kerja raja, dan ruang abdi raja.
Makna Filosofi Rumah Adat Mekongga
Bagi Suku Mekongga, rumah adat mereka adalah bagian dari identitas mereka. Ada makna filosofis yang tersemat yang mana menggambarkan nilai adat dan budaya mereka.
Misalnya fasad rumah itu sendiri yang melambangkan nilai kerjasama dan gotong royong.
Nilai-nilai ini sudah mereka kenal sejak leluhur mereka yang selalu menerapkan prinsip kerjasama dan gotong royong pada saat membangun sebuah rumah adat.
Masyarakat Suku Mekongga juga masih memegang teguh kekutan spiritual dan bentuk penghormatan kepada leluhur mereka.
Seperti yang mereka aplikasikan pada penggunaan ornamen yang ada kaitannaya dengan Burung Kongga.
Burung Kongga adalah simbol kekuatan dan kebesaran bagi mereka.
Kemudian pemilihan jumlah tiang penopang yang berjumlah 12 buah. Angka 12 ini adalah jumlah pemimpin besar di Suku Mekongga.
Dari sini, kita memahami bahwa rumah adat bagi suatu suku di Indonesia tak hanya sekedar tempat tinggal. Melainkan juga lambang identitas budaya dan spiritual suku tersebut.
Tentu ini sangat menarik karena ada ratusan rumah adat Indonesia yang berasal dari ratusan atau bahkan ribuan suku yang berbeda.
Itu dia informasi yang sangat menarik mengenai Rumah Adat Mekongga di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Saat ini rumah adat ini menjadi sebuah museum yang sangat menarik. Kamu bisa mengunjunginya saat ada kesempatan.