Rumah Pohon Papua

Indonesia adalah negara yang kaya akan warisan budaya nenek moyang. Salah satunya adalah warisan rumah pohon di Papua yang bisa kita jumpai di daerah pedalaman Papua.

Rumah adat Papua Pegunungan ini secara harfiah benar-benar berada di atas pohon dengan ketinggian tertentu. Uniknya lagi, meski berada di atas pohon, rumah ini berukuran cukup besar, loh.

Penasaran seperti apa penampakannya dan apa saja keunikannya? Sebelum membahasnya, yuk kita cari tahu dulu asal usul adanya rumah pohon khas Papua ini.

Sekilas tentang Rumah Pohon Papua

Rumah Pohon Papua Suku Korowai

Rumah diatas pohon Papua merupakan sebuah hunian asli Suku Korowai yang merupakan salah satu dari 255 suku yang mendiami Tanah Papua.

Suku ini adalah suku asli yang mendami wilayah Papua yang dikelilingi oleh dua sungai besar dan juga pegunungan di sisi Utara.

Areanya yang tertutup oleh bentang alam ini membuat Suku Korowai ini terisolasi, sehingga tak banyak menerima pengaruh budaya dari luar.

Dalam artian, mereka hidup dengan mengandalkan skill yang mereka miliki dari warisan turun-temurun yang mereka terima dari nenek moyang mereka.

Termasuk dalam hal skill membangun rumah pohon suku di Papua yang mereka huni sehari-hari.

Rumah pohon yang mereka huni sungguh unik dan dibangun di atas pohon yang tingginya tak main-main, yakni antara 15 hingga 50 meter.

Mereka memilih untuk membangun rumah di atas pohon dengan tujuan agar dapat terhindar dari gangguan roh jahat dan serangan binatang buas.

Hal ini sangat wajar mengingat bahwa rumah-rumah pohon yang mereka bangun ini benar-benar berada di kawasan hutan pedalaman yang sarat akan binatang buas.

Pohon yang mereka pilih sebagai bagian dari pondasi rumah mereka juga bukan sembarang pohon. Melainkan pohon berukuran besar, tinggi, dan kokoh.

Konstruksi Rumah Pohon Papua

Rumah pohon orang Papua dibagun di atas sebuah pohon pilihan. Tepatnya di pucuk pohon yang mana cabang dan ranting pohon yang tumbuh di pucuk ditebang kemudian dijadikan pondasi rumah.

Cabang-cabang dan juga ranting tersebut kemudian mereka gunakan sebagai material untuk membangun konstruksi rumah mereka.

Terkait dengan konstruksi, rumah pohon buatan Suku Korowai ini terdiri dari beberapa bagian, dan berikut bagian-bagiannya.

Kerangka Rumah

Struktur kerangka rumah pohon ini terbuat dari batang-batang kayu yang berukuran kecil. Batang-batang kayu ini mereka rangkai hingga membentuk rangka desain rumah yang mereka inginkan.

Untuk merangkai tiap bagiannya, mereka menggunakan tali yang terbuat dari material alami, jadi sama sekali tidak menggunakan paku.

Meski hanya menggunakan tali, struktur rangka rumah tetap kokoh dan mampu menjaga bentuk rangka rumah tetap stabil.

Lantai

Berbeda dengan rumah pada umumnya, lantai pada rumah pohon ini tentu saja berupa cabang-cabang pohon.

Agar lebih rapi dan nyaman, ada sebagian dari mereka yang merangkai cabang-cabang pohon lalu menjadikannya sebagai alas atau lantai rumah mereka.

Tujuannya, agar lantai rumah rata, baik untuk duduk maupun untuk tidur di malam hari.

Dinding

Masyarakat Suku Korowai memanfaatkan daun-daun dan juga kulit pohon sagu sebagai material utama untuk dinding rumah pohon mereka.

Meski hanya terbuat dari daun dan kulit pohon sagu, dinding-dinding ini terbukti mampu menahan terpaan angin dan udara malam yang dingin.

Mereka juga kerap rutin menggantinya apabila dinding rumah sudah nampak usang dan menipis.

Atap

Material atap pada rumah pohon Suku Korowai ini sama persis dengan material untuk dinding, yakni berupa dedaunan dan juga kulit pohon sagu.

Hanya saja material-material ini disusun dengan rapi lalu dipasang sebagai penutup atap di atas rangka atap.

Nah, rangka atap untuk rumah pohon ini memiliki bentuk yang sangat sederhana, yaitu bentuk segitiga atau jika dalam dunia tiga dimensi, bentuknya seperti perahu terbalik.

Model rangka atap ini umumnya terpasang pada rumah dengan kerangka pondasi rumah segi empat seperti yang digunakan pada rumah ini.

Untuk membuat rangka atap, Suku Korowai menggunakan batang-batang kayu berukuran sedang dan kecil lalu mengikatnya dengan ranting atau akar-akaran.

Setelah terangkai dengan baik dan kuat, mereka akan mulai memasang penutup atap yang terbuat dari rangkaian dedaunan atau kulit pohon sagu.

Jika penutup atap sudah terpasang dengan posisi yang benar, tahap terakhir adalah mengikat ujung-ujung penutup atap dengan rangka atap.

Biasanya proses pembangunan rumah pohon khas Papua ini memerlukan waktu sekitar tujuh hari.

Pembangunan pun dilakukan secara bersama-sama dengan sesama kelompok Suku Korowai.

Fakta Menarik dari Rumah Pohon Papua

gambar rumah pohon papua

Ada sejumlah fakta menarik dari rumah adat Suku Korowai ini. Apa saja faktanya? Yuk kita kupas satu-satu.

Ritual Khusus Sebelum Membangun Rumah Pohon

Ya, salah satu fakta menarik terkait dengan rumah pohon Suku Korowai adalah adanya ritual khusus sebelum pembangunan rumah pohon.

Malam hari sebelum pembangunan di esok harinya, Suku Korowai biasanya akan mengadakan ritual upacara pembersihan roh jahat.

Caranya adalah dengan cara pengusiran roh jahat sesuai dengan tata adat leluhur mereka.

Hanya Bertahan 3 Tahun

Fakta menarik lainnya adalah rumah pohon ini rata-rata hanya bisa bertahan hingga tiga tahun saja.

Oleh karenanya, masyarakat Suku Korowai akan rutin berpindah tempat ke pohon lainnya untuk mendirikan rumah pohon baru untuk mereka tinggali.

Suku Korowai sangat Adaptif

Keberadaan rumah adat pohon Papua ini juga merupakan bukti nyata bahwa masyarakat asli Papua sangat adaptif.

Mereka mampu bertahan hidup dengan baik di lingkungan tengah hutan yang jauh dari peradaban.

Namun mereka mampu menyesuaikan diri dengan cara mereka sendiri. Untuk bisa bertahan, mereka sangat pandai dalam memanfaatkan sumber daya alam secara efisien.

Utamakan Keselarasan Alam Hutan

Hebatnya lagi, mereka sangat bijak dalam memanfaatkan alam yang sudah memberikan segalanya kepada mereka.

Mereka sangat konsisten dalam mengutamakan keselarasan alam di sekitar mereka. Dengan cara ini, alam tetap terjaga kelestariannya.

Sekali lagi ini adalah hanya salah satu contoh nyata sebuah peradaban primitif dari salah satu suku asli Papua yang mampu beradaptasi dengan baik di tengah lingkungan hutan yang keras.

Ini sekaligus menunjukan salah satu kekayaan budaya asli salah satu kehidupan suku di Papua yang berbeda dan pastinya unik.

Rumah Pohon Bukanlah Hunian

Mungkin publik meyakini bahwa rumah pohon Suku di Papua ini adalah sebuah hunian yang mengakomodasi kebutuhan fisik mereka.

Namun pendapat ini sebagian benar dan sebagiannya lagi tidak benar.

Sebab, menurut sebuah buku dengan judul Potret Manusia Pohon karangan Hanro Yonathan Lekitoo, rumah pohon ini bukanlah hunian.

Melainkan sebagai wahana untuk menyaksikan keindahan pemandangan hutan dan sebagai media untuk menunjukan kekuatan kepada suku atau kelompok lain.

Sementara itu, hunian mereka yang sebenarnya adalah rumah-rumah panggung yang dibangun tiga hingga sembilan meter dari permukaan tanah.

Sekilas memang mirip dengan rumah pohon karena lokasinya berada di antara pepohonan. Namun kenyataannya, rumah yang mereka namai Xaim ini berdiri di atas tiang-tiang dari pohon kecil.

Pohon-pohon kecil ini berperan sebagai pancang yang dapat menopang berat rumah seluas 15 meter ini.

Nah, Xaim inilah yang sering publik anggap sebagai rumah pohon Papua Suku Korowai. Padahal keduanya jelas berbeda, baik dari segi fungsi maupun struktur konstruksinya.

Bagaimana, apakah informasi di atas sudah menjawab rasa penasaran kamu mengenai rumah Pohon Papua Selatan, terutama rumah pohon kepunyaan Suku Korowai?

Semoga informasi ini dapat menambah wawasan baru mengenai kehidupan suku-suku pedalaman Papua, khususnya rumah adatnya.

Dan jika kamu berminat untuk mengetahui info detail mengenai rumah adat Indonesia lainnya, ada begitu banyak referensi yang bisa kamu manfaatkan.

Contohnya dari buku hingga situs-situs di internet yang bisa kamu akses secara online kapan saja dan di mana saja.

Atau, jika ingin lebih puas lagi, silakan datangi TMII, tepatnya di Anjungan Daerah yang menghadirkan replika rumah adat dari masing-masing 38 provinsi yang ada di Indonesia.

Jangan lupa ajak orang-orang tersayang agar kunjungan kamu semakin seru dan ramai.