Eksplor Daerah Bengkayang memang tak ada habisnya. Ada saja tempat menarik dan bisa nambah wawasan kita. Salah satunya adalah Rumah Ramin Bantang Bengkayang.
Dari kejauhan saja, tempatnya tampak menarik. Terlihat ada gerbang besar nan megah. Lalu di kanan kirinya terdapat sepasang kendi raksasa lengkap dengan motif khas Dayak dan naga.
Dari luar saja sudah bikin kita penasaran, kan? Lantas, seperti apa bagian dalam kompleks rumah adat Kalimantan ini? Daripada penasaran, silakan simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Sejarah tentang Rumah Ramin Bantang Bengkayang
Rumah adat Bengkayang ini merupakan salah satu warisan budaya asli Suku Dayak yang mendiami wilayah Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.
Dulu, rumah ini adalah rumah tinggal atau hunian sekaligus tempat berbagai kegiatan adat masyarakat Bengkayang.
Namun setelah pasca restorasi dan renovasi yang selesai sekitar tahun 2019 lalu, kini rumah adat ini berubah fungsi menjadi sebuah situs wisata budaya.
Perubahan status ini diperkuat dengan adanya peresmian secara langsung oleh bupati Bengkayang dan juga gubernur Kalimantan Barat tanggal 7 Juli 2019 lalu.
Sebagai destinasi wisata baru, terhitung ada banyak pengunjung yang mendatangi tempat ini. Pengunjung yang datang yang datang tak main-main karena berasal dari berbagai daerah.
Meski begitu, untuk menarik lebih banyak jumlah pengunjung, pemerintah daerah sering menjadikan kompleks rumah adat ini sebagai lokasi penyelenggaraan aneka acara festival budaya.
Contohnya yang sedang hits sekarang ini adalah Gawai Dayak yang sangat menarik dan efektif untuk memperkenalkan budaya asli Suku Dayak.
Selain sebagai situs wisata budaya, kompleks rumah adat ini juga seringkali menjadi sebuah rest area karena ada begitu banyak fasilitas yang memadai di dalamnya.
Sebut saja fasilitas toilet umum, kantin, area parkir kendaraan yang luas, dan juga spot foto yang sangat atraktif.
Desain Arsitektur Rumah Ramin Bantang Bengkayang
Ada banyak bagian rumah adat Kalimantan Barat ini yang sangat menarik untuk kita kupas dari sudut pandang dunia arsitektur.
Di antaranya di bagian bentuk, dinding, jendela, pintu, ornamen, tangga, serambi atau teras, hingga pagar atau terali pada area teras. Mari kita kupas dengan detail satu per satu bagian di atas.
Bentuk atau Desain
Dari aspek bentuk konstruksi atau bangunan, rumah adat ini adalah rumah panggung dengan tian penyangga setinggi 2 meter.
Kemudian jika kita amati dari depan, bentuk bangunannya empat persegi panjang dengan formasi memanjang ke arah samping.
Jendela
Bagian muka rumah juga terdapat banyak jendela kaca lengkap dengan frame dan kisi-kisi berwarna gelap.
Jendela kaca ini merupakan salah satu elemen baru hasil restorasi yang dilakukan beberapa tahun lalu.
Dahulu rumah adat ini juga berjendela, namun berupa jendela-jendela biasa, bukan jendela dengan penutup kaca seperti sekarang ini.
Pintu Utama
Tepat di tengah muka rumah, terdapat satu pintu utama yang berbingkai. Uniknya, bingkai pada pintu utama ini memiliki dasar warna kuning ada hiasan ukiran khas Dayak.
Pintunya sendiri memiliki dua belah daun pintu yang akan terbagi menjadi dua bagian saat dibuka. Warna daun pintunya hitam dan dari segi desain sudah tampak modern.
Di dinding-dindingna juga terdapat ornamen lukis sepasang burung enggang di sisi kanan kiri sudut frame pintu utama.
Di atas pintu utama persis juga ada ornamen yang menyerupai tanduk kerbau.
Atap
Kerangka atap pada rumah ini sangat sederhana dengan bubungan atap yang berbentuk perahu terbalik.
Untuk materialnya sendiri sudah berupa genteng merah yang terbuat dari tanah liat. Tentu material ini bukanlah material yang sama pada rumah adat Suku Dayak pada masa silam.
Biasanya Suku Dayak menggunakan ilalang, dedaunan, atau ijuk sebagai material utama atap-atap rumah mereka.
Nah, di beberapa sisi tepian atap terhubung dengan tiang-tiang, seolah tiang-tiang ini sedang menopang atap dengan lantai serambi sebagai tumpuannya.
Oiya, atap rumah adat ini tidak sepenuhnya menutupi bagian atas serambi rumah. Hanya sebagian kecil serambi saja yang tertutupi oleh atap. Tepatnya area serambi yang dekat dengan dinding rumah.
Tiang Penyangga
Khusus rumah adat ini, terdapat dua jenis tiang penyangga. Jenis tiang penyangga yang pertama adalah tiang penyangga rumah panggung.
Sementara jenis tiang penyangga yang kedua adalah tiang-tiang peyangga di area serambi yang menopang bagian atap rumah.
Dari segi tinggi, kedua jenis tiang tersebut memiliki ketinggian yang berbeda. Yang jelas, tiang-tiang penyangga rumah panggung ini setinggi dua meter.
Sementara tiang-tiang penyangga pada area serambi sedikit lebih rendah, yakni kurang lebih 1.5 meter saja.
Serambi
Area serambi pada rumah adat ini terbilang luas karena dulunya seringkali menjadi lokasi untuk kegiatan pertemuan, bermusyawarah, dan upacara adat.
Untuk keperluan pengamanan, di tepian area serambi ini terpasang pagar dari kayu dengan terali bermotif sederhana.
Menariknya, di tiap partisi antar pagar ini terdapat ornamen lukis dengan hiasan motif khas Dayak. Agar tampil lebih estetik lagi, di tiap puncak partisi pagar terpasang hiasan patung enggang berukuran mungil.
Detail-detail semacam ini juga tersemat di rumah adat Bengkayang lama di mana di pagar serambinya juga terdapat hiasan yang sama.
Tangga
Nah, rumah adat ini juga mempunyai sebuah tangga dengan railing atau pagar di sisi kanan dan kirinya.
Pagar tangganya berupa besi dengan desain yang sangat sederhana. Fungsinya, selain sebagai fitur pengaman, pagar tangga ini juga berfungsi sebagai media untuk berpengangan pada saat menaiki anak tangga.
Sedangkan anak tangga di rumah ini berjumlah banyak, menyesuaikan ketinggian rumah panggung dan juga sudut elevasi tangga itu sendiri.
Ornamen Khas Dayak
Berbicara soal ornamen khas Dayak, ada cukup banyak ornamen yang tersemat di hampir semua sudut rumah adat ini.
Salah satunya yang paling menonjol adalah dua menara dengan dua patung burung enggang raksasa.
Menara-menara ini berbentuk tugu sederhana berwarna dasar hitam dan penuh dengan hiasan motif khas Dayak yang sangat cantik.
Motif-motif tersebut berwarna merah dan putih, sehingga tampak kontras dengan badan menara yang berwarna hitam.
Di masing-masing puncak menara, bertengger patung burung enggang yang gagah dan bermata tajam.
Sekedar info tambahan, Burung Enggang ini merupakan satwa endemik sekaligus ikon dari Provinsi Kalimantan Barat.
Kembali ke bahasan ornamen, ornamen lainnya yang tak kalah menarik perhatian para pengunjung adalah patung seorang pria Dayak dan seekor anjing.
Patung pria Dayak tersebut mengenakan pakaian tradisional khas Dayak dan memegang tombak.
Sementara patung anjing tersebut mirip dengan anjing pemburu. Kedua patung ini seolah menunjukan identitas Suku Dayak yang tak lain adalah pemburu handal.
Fungsi Rumah Ramin Bantang Bengkayang
Rata-rata fungsi utama sebagian besar rumah adat Suku Dayak di Kalimantan adalah sebagai hunian untuk puluhan kepala keluarga.
Jadi tak heran jika ukuran rumah adatnya sendiri luas dan besar karena jumlah penghuninya sendiri bisa capai puluhan orang.
Selain untuk tempat tinggal, tentu ada fungsi lainnya. Salah satu di antaranya adalah sebagai balai atau tempat pertemuan untuk mendiskusikan berbagai hal tentang kemasyarakatan.
Fungsi lainnya adalah sebagai lokasi pelaksanaan upacara pernikahan dan kegiatan-kegiatan adat lainnya.
Demikian informasi yang bisa disampaikan seputar Rumah Ramin Bantang Bengkayang yang rupanya sangat menarik dari desain arsitektur hingga ornamennya.
Kamu juga bisa mengenal beragam rumah adat Indonesia lainnya dari berbagai referensi yang terpercaya, seperti buku, situs ternama, atau museum.
Dengan begitu, semakin mengenal warisan budaya ini, kamu juga akan merasa bangga akan kekayaan budaya Indonesia.
Harapannya dengan mengenalnya, kamu bisa menjadikannya sebagai wawasan baru untuk kamu bagikan ke orang-orang terdekat kamu.
Seperti keluarga, sahabat, pasangan, dan bahkan anak cucu kamu kelak.