Aceh yang terkenal dengan julukan Serambi Mekah-nya Indonesia rupanya juga punya hal lain yang menarik untuk kita kupas. Sesuatu yang menarik tersebut adalah rumah adat Santeut.
Rumah adat Aceh ini sangat populer karena hingga saat ini masih menjadi inspirasi dalam dunia arsitek modern. Bahkan di tengah modernisasi ini, desain rumah ini masih terus berkembang.
Penasaran seperti apa desain aslinya dan seperti apa pulak desain rumah ini di era sekarang ini? Sebelum mulai membahasnya, yuk kita cari tahu dulu informasi seputar rumah adat ini.
Sekilas tentang Rumah Adat Santeut

Rumah adat Santeut adalah salah satu rumah adat yang berasal dari Daerah Aceh yang modelnya berupa rumah panggung dengan 16 tiang penopang.
Dalam bahasa lokal, Santeut artinya datar, dan masyarakat Aceh juga menyebut rumah ini dengan nama Tampong Limong.
Seperti rumah di zaman modern sekarang ini, rumah Santeut ini adalah rumah tinggal permanen untuk mengakomodasi kebutuhan tempat tinggal sehari-hari.
Namun ada yang berpendapat bahwa rumah ini biasa dihuni oleh masyarakat Aceh dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Dari segi desain, rumah ini juga tampak sangat berbeda dengan rumah-rumah adat Aceh lainnya.
Contohnya saja ketinggian bangunan yang sama di tiap lantainya. Hal ini tentu sangat berbeda dengan rumah adat Aceh lainnya, seperti Rumoh Aceh yang ruang tengahnya lebih tinggi.
Dengan desain yang sama tinggi ini, masyarakat Aceh menyebut Rumah Santeut ini adalah rumah dengan desain rumah yang paling sederhana.
Kesan sederhana juga mencakup pemilihan materialnya yang rata-rata lebih murah dan lebih banyak berupa material dari alam.
Jika kita perhatikan gambar rumah adat Santeut, tak nampak adanya hiasan ukiran, baik pada dinding maupun bagian rumah lainnya.
Mungkin buat kamu yang penasaran dengan bentuk asli rumah adat ini, kamu kunjungi Daerah Loc Krueng Seumideun, Kab. Pidie.
Di daerah tersebut kamu bisa menjumpai satu-satunya rumah adat Santeut yang masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Konon usia bangunan tersebut sudah hampir mencapai satu abad sejak pembangunan. Pemiliknya sendiri adalah Keluarga Uleebalang Krueng Seumideun.
Konsep Desain Arsitektur Rumah Adat Santeut

Rumah Santeut ini adalah rumah panggung yang konstruksi bangunannya terbuat dari tiga struktur utama, yakni pondasi, inti rumah, dan penutup atap.
Semua struktur penyusun rumah ini terbuat dari material yang murah dan terjangkau; Tidak seperti rumah adat Aceh Krong Bade yang mewah dan mahal.
Pondasi
Secara umum, rumah ini adalah representasi rumah paling sederhana dan desain semacam ini telah diadopsi oleh sebagian masyarakat Aceh.
Rumah panggung ini mempunyai beberapa tiang penyangga yang bermaterialkan kayu setinggi 2.5 hingga 3 meter dari permukaan tanah.
Tiang-tiang kayu ini berbentuk balok dan terdapat kaki tiang yang berupa batu atau tanah liat agar daya sokongnya kuat dan stabil.
Untuk jumlah tiang, tidak ada jumlah pasti karena jumlah tiang penyangga dapat berbeda antar rumah yang satu dengan rumah lainnya.
Namun umumnya berjumlah 16 buah tiang. Akan berbeda lagi jika jumlah tiangnya mencapai 18, 22, bahkan 24 buah yang pastinya jumlah ruangannya akan lebih banyak lagi.
Kisaran jumlah ruangannya bisa capai lima ruangan dengan ukuran sedang hingga besar.
Inti Rumah
Bagian inti rumah ini meliputi lantai, dinding lengkap dengan pintu dan jendela, dan tangga.
Lantai rumah menggunakan material yang bisa masyarakat dapatkan dari alam, yaitu bambu.
Agar dapat diubah menjadi lantai yang nyaman untuk mobilisasi di dalam rumah, material bambu dibelah.
Belahan-belahan bambu ini lalu disusun dengan formasi berjejer dan rapat. Agar lebih nyaman lagi, bagian teratas lantai ini bisa diberi tikar atau produk anyaman lainnya.
Bambu memang menjadi material favorit karena selain murah juga efektif dalam membuat suasana di dalam rumah sejuk dan nyaman.
Sebab, sirkulasi udara tetap dapat keluar masuk dengan lancar melalui celah-celah lantai bambu ini.
Lantas, bagaimana dengan dinding rumah? Dinding rumah ini juga berbahan dasar dari material alam.
Tepatnya material kayu yang dibuat menjadi papan-papan dengan tebal, lebar, dan panjang yang sesuai dengan kebutuhan.
Susunan dindingnya juga sederhana karena hanya berupa susunan papan-papan kayu horizontal.
Untuk mendapatkan tampilan yang lebih menarik lagi, pemilik rumah mengecat bagian dinding dengan warna cat tertentu.
Area interiornya juga tak begitu luas, sehingga sebagian besar pemilik rumah ini akan memanfaatkan area kolong rumah untuk fungsi lain.
Misalnya saja untuk menerima tamu atau untuk tempat berkumpul ketika sedang mengadakan suatu acara.
Atap
Desain atapnya sederhana dan mirip dengan bentuk limas atau perahu terbalik. Hanya saja sudut kemiringannya sedikit datar.
Pada rumah adat Santeut versi asli, penutup atapnya terbuat dari daun rumbia yang dirangkai sedemikian rupa.
Meski hanya terbuat dari daun rumbia, atap ini mampu menahan air hujan dan terpaan teriknya sinar matahari.
hebatnya lagi, dengan teknik pemasangan yang bertumpuk, penutup atap dari daun rumbia ini juga mampu mencegah atap terkena rembasan air selama hujan.
Jendela dan Pintu Utama
Mengacu pada tampilan rumah adat Santeut yang masih orisinil, baik pintu maupun jendela pada rumah ini terbuat dari kayu.
Silakan amati desain jendelanya, sangat unik, bukan? Tiap jendela mengadopsi desain jendela setengah bodi bisa dibuka, yakni bagian atas. Sementara bagian bawah tidak bisa dibuka.
Saat dalam kondisi terbuka, terdapat teralis kayu di bagian dalam jendela. Tujuan pemasangan teralis ini bisa untuk privasi tanpa harus menganggu fungsi utama jendela, yakni sebagai bukaan.
Tepat di samping jendela, terdapat pintu utama dengan sistem satu bukaan. Dan tepat di depan pintu, ada elemen tangga kayu dengan beberapa anak tangga.
Anak tangga pada rumah adat ini biasanya berjumlah ganjil antara tujuh hingga sembilan buah anak tangga.
Perkembangan Rumah Adat Santeut dari Masa ke Masa

Rumah adat ini alami perkembangan dalam hal desain dan komponen materialnya dari masa ke masa.
Misalnya bagian atap yang semula hanya berbahan daun rumbia, sekitar tahun 1970-an, banyak pemilik rumah yang telah menggantinya menjadi seng.
Bahkan ada beberapa yang menambahkan plafon di bawah atap seng untuk meredam hawa panas sekaligus sebagai bagian dari pemanis ruangan.
Lanjut lagi sekitar akhir tahun 1970-an, sebagian besar rumah ini sudah memiliki teras depan yang lantainya berlapiskan beton.
Bahkan di bagian pondasi dan juga tiang-tiangnya sudah berupa material beton yang kuat dan juga awet hingga puluhan tahun.
Tak lama setelah itu, munculah rumah-rumah baru, baik yang semi-permanen maupun permanen, yang desainnya mirip dengan rumah adat Santeut ini.
Saat ini, rumah adat yang satu ini jarang kita jumpai. Terhitung hanya tersisa beberapa saja. Itupun bisa kita temukan di daerah-daerah pedalaman Aceh.
Demikian informasi seputar rumah adat Santeut yang berasal dari Aceh, salah satu rumah adat Indonesia yang cukup populer dari Aceh.
Meski kini rumah adat ini makin jarang keberadaannya, kabar baiknya, rumah ini sering menjadi inspirasi untuk rumah-rumah modern saat ini.
Dengan begitu ide desain orisinil rumah adat ini dapat terus terjaga dan akan lestari hingga ke generasi setelah kita.