Rumah Adat Gajah Menyusu

Ada sejumlah rumah adat Kalimantan Selatan yang terkenal. Salah satunya adalah rumah adat Gajah Menyusu yang memiliki ciri khas pada bagian atapnya.

Selain khas di bagian struktur atapnya, rumah adat ini juga memiliki ciri khas lainnya, yaitu adanya ruangan tambahan yang masyarakat namai anjung.

Pastinya kamu penasaran kan seperti apa bentuk rumahnya? Agar kamu tak penasaran lagi, yuk langsung simak rangkuman lengkapnya di bawah ini.

Sejarah dan Asal Usul Rumah Adat Gajah Menyusu

rumah adat banjar gajah menyusu

Mengutip informasi dari sebuah jurnal seputar rumah adat Kalimantan Selatan, rumah ini merupakan hunian khusus untuk para warit raja.

Warit di sini adalah para keturunan langsung dari sultan atau raja yang sedang memerintah pada masa itu.

Para Warit ini nantinya akan mewarisi tahta dari penguasa yang sebelumnya memerintah.

Dengan kata lain, rumah ini adalah tempat khusus untuk mempersiapkan calon sultan atau raja.

Ada juga yang mengatakan bahwa rumah ini berguna sebagai tempat perlindungan sebelum pewaris tahta ini menjalankan tugasnya.

Sekilas tentang Rumah Adat Gajah Menyusu

gambar rumah adat gajah menyusu

Rumah adat Gajah Menyusu adalah nama sebuah rumah tradisional yang berasal dari Prov. Kalimantan Selatan.

Sesuai dengan visualnya, rumah ini mempunyai ciri khas, terutama di bagian bangunan induknya yang beratapkan Perisai Buntung.

Dan ciri khas yang paling kuat adalah bentuk atap rumah yang disebut Hidung Bapicik, atau dalam dunia arsitektur terkenal dengan istilah Atap Mansart.

Atap dengan model ini membuat tampilan muka rumah tampak berbeda. Lebih tepatnya seperti bentuk atap yang terpotong di bagian depan.

Model atap ini sengaja dibuat untuk membuat kesan bentuk atap yang tidak utuh.

Rupanya bentuk atap ini menyiratkan arti tersendiri. Kesan atap yang belum utuh ini melambangkan bahwa yang mendiami rumah ini adalah calon sultan.

Hanya saja statusnya masih calon yang artinya belum sah atau belum resmi karena masa kepemimpinannya masih belum tiba.

Nah, bagian inilah yang menyebabkan rumah ini terlihat semakin unik.

Tak hanya atap, ada bagian lain yang menambah deretan keunikan pada rumah ini. sebut saja salah satunya adalah anjung atau anjungan.

Anjung adalah ruang semi terbuka yang fungsinya hanya sebagai ruang tambahan saja.

Area anjungan ini memiliki atap yang berbeda dengan atap utama. Mengutip dari buku karangan tim Depdikbud, atap pada anjungan ini model pisang sasikat.

Sementara atap yang melindungi serambi adalah atap model Sindang Langit.

Masih mengutip sumber referensi yang sama, rumah adat Menyusu ini mempunyai desain bentuk yang sama dengan bentuk Gajah Baliku

Ciri-ciri Rumah Adat Gajah Menyusu

rumah gajah menyusu

Rumah adat Kalimantan Selatan Gajah Menyusu ini hadir dengan beberapa ciri yang sangat menonjol. Berikut adalah ciri-cirinya.

Bentuk Konstruksi

Ciri utama pada konstruksinya adalah bentuk pondasi rumah yang persegi panjang yang formasinya memanjang ke belakang.

Nah, bangunan inti yang memanjang ini masyarakat namakan rumah Hidung Bapicik.

Konstruksi bangunan inti ini terdiri dari serambi dan ruangan-ruangan di belakangnya.

Dan bagian inti ini tertutup oleh atap Hidung Bapicik atau Perisai Buntung.

Anjung atau Disumbi

Ciri khas lainnya adalah adanya anjungan atau dalam bahasa banjar bernama Disumbi.

Anjungan ini adalah ruangan tambahan yang berada di salah satu sisi bangunan induk; bisa terletak di sisi kiri atau kanan bangunan inti.

Atau, dalam perkembangannya, ada beberapa rumah adat asal Kalsel ini yang memiliki dua anjungan di kanan kiri bangunan utama.

Kedua anjungan ini masyarakat namakan Anjung Jurai Kiwa dan Anjung Jurai Kanan.

Kedua anjungan ini terletak dengan posisi sedikit ke belakang dan dilengkapi atap Ambin Sayup.

Nah, rumah Gajah Menyusu dengan tambahan dua anjungan dinamakan rumah Gajah Menyusu Ba’anjung Dua.

Ada pula yang menyebutnya dengan nama rumah Gajah Menyusu Ba’anjung Ambin Aayup karena model atap yang digunakan adalah atap Ambin Sayup.

Ketentuan penamaan ini juga berlaku pada rumah Gajah Menyusu yang hanya memiliki satu buah anjungan saja.

Rumah adat Banjar yang hanya memiliki satu buah anjung biasanya menggunakan atap pisang sasikat pada area anjungannya.

Oleh karena itulah masyarakat banjar menamai rumah ini dengan sebutan rumah Gajah Menyusu Ba’anjung Pisang Sasikat.

Pilar pada Teras

Tiang atau pilar pada area teras depan berjumlah empat, menyesuaikan bentuk pondasi yang ada.

Keempat pilar ini menyangga bangunan hingga ke bagian bubungan atap sengkuap alias Atap Sindang Langit.

Namun semakin ke sini, keempat pilar tersebut dapat diganti dengan pilar-pilar yang lebih modern seperti pilar model konsol.

Tangga

Dan ciri khas selanjutnya yang tak kalah signifikan adalah struktur tangga. Struktur tangga pada rumah ini terletak di bagian Tawing Hadapan.

Karena letaknya berdekatan dengan Tawing Hadapan, tangga ini juga masyarakat namakan Tangga Hadapan.

Posisi tangga ini tepat di teras yang dekat dengan pintu utama, dan formasinya lurus ke depan hingga ke area halaman depan rumah.

Tangga ini berdesain sederhana dan bermaterial kayu. Tidak ada fitur hand railing di kedua sisinya dan tingkat derajat kemiringannya juga sedang.

Anak tangganya berupa papan kayu yang cukup lebar sehingga nyaman saat dipijak.

Material

Nah, kalau soal material, untuk bagian pondasi rumah, termasuk tiang, dan bagian-bagian inti seperti lantai, dinding, dan atap terbuat dari material kayu ulin.

Ada alasan khusus mengapa kayu ulin terpilih sebagai material utama untuk rumah ini, yakni alasan akan kualitasnya yang sudah terbukti.

Terutama kualitas kekuatan dan ketahanannya terhadap risiko kerusakan yang disebabkan oleh faktor cuaca, kelembaban, dan serangga pemakan kayu.

Pembagian Ruangan pada Rumah Adat Gajah Menyusu

rumah adat kalimantan gajah

Melansir hasil pengamatan tim peneliti dari Kemdikbud, rumah adat masyarakat banjar ini terbagi menjadi lima ruangan. Berikut nama-nama ruangannya.

Surambi Sambutan

Area dengan nama Surambi Sambutan adalah teras depan rumah yang berupa ruang terbuka.

Area teras ini tak begitu luas namun tetap akomodatif untuk duduk santai dengan dua atau tiga orang lainnya.

Di area ini juga tidak berisi furniture apapun, dan di sekelilingnya terpasang pagar kayu sederhana.

Pagar ini hanya dua buah tongkat kayu yang ramping yang dipasang secara melintang dengan posisi atas dan bawah serta bagian tengahnya kosong.

Pamedangan atau Palatar

Ruangan ini merupakan area serambi atas yang semi terbuka. Sesuai dengan namanya, fungsi dari ruangan ini adalah ruangan khusus untuk bersantai bersama keluarga.

Di era modern seperti sekarang ini, serambi atas biasanya sudah lengkap dengan seperangkat furniture untuk menunjang kenyamanan.

Paluaran

Ini adalah ruang tamu yang fungsinya untuk menyambut sekaligus menjamu tamu yang berkunjung ke kediaman ini.

Ruang tamu ini cukup luas dan biasanya juga menjadi tempat pertemuan keluarga besar menjelang upacara adat atau acara penting lainnya.

Ruangan ini juga berperan seperti ruang serbaguna saat sedang ada acara keluarga, seperti tasyakuran, pernikahan, dan lain sebagainya.

Ambin Dalam atau Palidangan

Nah, untuk ruangan yang satu ini, berisi ruangan-ruangan yang lebih kecil lagi yang fungsinya sebagai tempat istirahat atau kamar.

Ruangan ini sifatnya sangat privat dan hanya boleh pemilik kamar atau pemilik rumah yang boleh memasukinya.

Padapuran atau Padu

Padu atau Padapuran ini adalah dapur tempat khusus untuk memasak.

Di dalamnya ada perapian dan tempat penyimpanan perlengkapan memasak dan stok bahan makanan atau hasil panen.

Anjung

Ruang tambahan yang disebut anjungan ini sifatnya opsional, alias tidak harus ada di setiap rumah adat gajah menyusu.

Jumlahnya pun tak tentu; ada yang hanya satu saja yang diletakan di sisi kanan atau kiri.

Namun ada juga yang jumlahnya sepasang dengan posisi di masing-masing sisi bangunan inti.

Fungsinya sendiri fleksibel, menyesuaikan kebutuhan si pemilik rumah.

Namun seringkali ruang tambahan ini digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu asing atau tamu yang hanya bertamu sebentar saja.

Atau, anjungan ini kerap menjadi tempat berkumpul bagi kerabat atau keluarga besar saat sedang ada acara keluarga.

Bagaimana, sungguh menarik bukan pembahasan seputar rumah adat Gajah Menyusu dari Banjar, Kalimantan Selatan ini?

Meski jumlahnya masih terbilang jarang, di Banjar sendiri rumah ini masih eksis. Bahkan banyak di antaranya yang sudah alami perubahan menjadi lebih modern.

Terutama pada penggunaan warna cat yang membuat look rumah adat ini lebih fresh.

Belum lagi adanya ornamen ukiran khas banjar yang semakin menambah keelokan salah satu rumah adat Indonesia asal Kalimantan ini.