Provinsi Sulawesi Selatan juga punya Rumah Adat Balla To Kajang yang unik sekali bentuk arsitekturnya.
Tiap struktur pada konstruksi rumah adat Sulawesi Selatan bernama Balla To Kajang ini bahkan mengandung makna filosofi yang gambarkan nilai dan budaya masyarakat setempat.
Nah, agar tak membuat kamu semakin penasaran, mari kita simak ulasan lengkap mengenai rumah adat Sulsel yang satu ini.
Pengertian Rumah Adat Balla To Kajang
Rumah Adat Balla To Kajang adalah sebuah rumah adat yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki ciri khas pada desain arsitekturnya.
Salah satu ciri khas yang paling menonjol adalah area anjungan yang berbentuk tanduk kerbau.
Situs bangunan rumah tradisional ini milik Suku Kajang yang kini menghuni sebuah dusun di kawasan adat Kajang Dalam. Tepatnya di Dusun Benteng, Kab. Bulukumba.
Karena berlokasi di Kabupaten Bulukumba ini, tak heran jika rumah warisan leluhur Suku Kajang ini kerap dinamai rumah adat Kajang Bulukumba.
Sama dengan rumah adat Sulawesi lainnya, rumah ini juga mengusung konsep rumah panggung yang berdiri berkat dukungan tiang-tiang penyangga.
Konstruksinya sendiri terdiri dari tiga bagian utama, yakni kolong, inti bangunan, dan atap yang mana ketiganya saling terhubung menjadi satu kesatuan.
Sementara itu, material pembuatnya beragam dan semua masyarakat peroleh dari alam. Contohnya saja beragam jenis kayu, daun nipah, jerami, ijuk, rotan, alang-alang, dan bambu.
Dengan material-material di atas, rumah ini jelas sangat ramah lingkungan dan juga lebih aman dari risiko dari kerusakan akibat gempa.
Keunikan Rumah Adat Balla To Kajang
Ada sejumlah keunikan rumah adat Balla To Kajang yang tidak dimiliki oleh rumah adat dari daerah manapun. Dan berikut keunikan-keunikannya lengkap dengan informasi detailnya.
Bangunan Berkelompok
Salah satu keunikan dari rumah adat Kajang ini adalah lokasi keberadaannya yang tampak berkelompok. Jadi, bangunan rumah yang satu dengan bangunan lainnya berada di lokasi yang berdekatan.
Dan sebagian besar rumah tradisional milik Suku Kajang ini menghadap Barat, tepatnya menghadap Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang.
Lokasi rumah yang berdekatan ini merupakan bagian dari konsekuensi dari tradisi yang menekankan pada sistem kekerabatan terdekat.
Sistem kekerabatan terdekat dalam hal ini adalah keluarga inti atau masyarakat setempat menyebutnya Batih.
Tiap kelompok rumah memiliki Benteng Tinanang atau pagar hidup sebagai pembatasnya. Alternatif pembatas lainnya adalah pagar batu yang masyarakat Kajang sebut benteng batu.
Benteng batu ini berupa tiga unit rumah batu. Rumah batu ini juga jumlahnya bisa lebih dari tiga, menyesuaikan kesepakatan yang berlaku pada kelompok masyarakat di sana.
Anjoang
Elemen Anjoang ini sama dengan anjungan yang tak lain adalah jenis aksesoris khas yang umumnya tersemat di rumah adat Sulawesi Selatan.
Anjoang pada rumah adat Balla milik Suku Kajang ini berupa tanduk kerbau atau ukiran kayu yang umumnya berbentuk naga.
Jika kamu perhatikan gambar rumah adat Balla To Kajang di atas, kamu akan menemukan aksesoris Anjoang ini pada puncak atap rumah.
Penempatan aksesoris di spot tertinggi ini tentu ada maknanya. Anjoang berbentuk tanduk kerbau ini merupakan simbol dari dunia atas.
Atau, aksesoris yang berupa ukiran kayu yang berbentuk naga merupakan binatang raksasa yang sangat kuat yang berperan sebagai penjaga langit.
Makna Simbolis
Hal unik lainnya yang bisa kamu jumpai pada rumah ini adalah adanya beberapa bagian yang mengandung makna simbolis.
Seperti aksesoris Anjoang di atap yang maknanya agung dan berarti. Selain Anjoang, ada bagian lain yang tak kalah dalam dari segi makna.
Bagian yang dimaksud adalah bangunan rumah itu sendiri yang mana bagi masyarakat Kajang, rumah adalah simbol mikrokosmos dari hutan adat.
Hal ini terepresentasikan dengan jelas pada penggunaan balok kayu yang masyarakat sebut Lilikang dan Padongko pada rumah mereka.
Balok-balok kayu ini merupakan simbol dari tangkai-tangkai pada sebuah pohon. Tangkai-tangkai ini, jika dianalogikan, merupakan tiang-tiang rumah.
Material Alam
Keunikan selanjutnya adalah material yang digunakan sepenuhnya berasal dari alam. Hal ini merupakan perwujudan bahwa masyarakat Suku Kajang sangat menghargai pemberian dari alam.
Sebagai bentuk timbal balik, mereka terus menjaga keselarasan alam, khususnya lingkungan tempat mereka tinggal dan sekitarnya.
Adapun material yang mereka perlukan untuk membangun sebuah rumah tradisional peninggalan leluhur Suku Kajang antara lain:
- Kayu untuk pondasi dan rangka badan rumah, termasuk tiang penyangga dan balok-balok kayu pada rangka alas rumah
- Alang-alang dan daun nipah untuk atap rumah
- Rotan dan ijuk sebagai pengikat
- Bilah-bilah bambu untuk dinding dan lantai.
Struktur Konstruksi Rumah Adat Balla To Kajang
Rumah adat Kajang Bulukumba ini tersusun atas tiga bagian utama. Ketiga bagian utama tersebut adalah kolong rumah, inti rumah, dan atap rumah.
Kolong Rumah
Area kolong rumah ini adalah area antara permukaan tanah dan batas bawah lantai rumah. Pada area ini terdapat tiang-tiang penopang yang di atasnya terpasang balok kayu yang berperan sebagai rangka rumah.
Tiang-tiang ini berjumlah lima buah yang berjajar dari kiri ke kanan dan lima lainnya yang berjajar dari depan ke belakang.
Struktur tiangnya sendiri berbentuk balok dan berbahan kayu terbaik. Kemudian untuk mencegah pergeseran tiang dan ketidakstabilan konstruksi, tiang-tiang ini ditanam minimal satu siku.
Semakin dalam, akan semakin baik karena kedalaman penanaman tiang tentu akan berpengaruh besar pada kestabilan dan kekuatan konstruksi.
Inti Rumah
Nah, bagian inti rumah ini adalah yang paling kompleks karena terdiri dari cukup banyak elemen. Kita mulai bahas elemen yang terletak paling bawah, yakni lantai.
Jelas sekali bahwa lantai rumah adat ini terbuat dari bambu. Spesifiknya anyaman bilah bambu yang sederhana namun nyaman dan bahkan artistik.
Material yang sama juga terlihat memenuhi dinding rumah. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bilah bambu ini terbukti efektif dalam menangkis angin dan udara dingin dari luar rumah.
Namun di sisi lain, dinding dari lembaran-lembaran anyaman bilah bambu ini juga tidak membuat area interior pengap.
Sebab, dinding ini tetap memiliki pori-pori kecil yang mana angin dan udara dengan lembut bisa masuk ke dalam ruangan melalui pori-pori ini.
Apalagi ada beberapa jendela yang bisa dibuka atau ditutup sesuai kebutuhan. Jendela-jendela ini mempunyai peran sebagai bukaan untuk sirkulasi udara dan cahaya alami Matahari.
Selain itu, jendela di sini juga dapat berperan sebagai pemanis rumah atau elemen penambah nilai estetika pada sebuah bangunan.
Ada jendela tentu juga ada yang namanya pintu. Pintu utama hanya berjumlah satu dan langsung terhubung dengan tangga yang berada tepat di depan pintu.
Tangga pada rumah ini sungguh sangat sederhana. Hanya berupa tangga kayu dengan beberapa anak tangga dan tidak memiliki pegangan atau handle feature.
Atap
Struktur atap wajib didukung oleh rangka atap yang terbuat dari rangkaian kayu yang membentuk perahu terbalik.
Jika rangka atap sudah terpasang dengan baik, elemen penutup atap baru dapat dipasang sesuai dengan rangka atap tersebut.
Penutup atap ini sendiri terbuat dari kombinasi daun nipa dan alang-alang yang dirangkai dan dipasang secara berlapis-lapis.
Agar antar lapisan tetap menyatu, tiap bagiannya terikat oleh ijuk dan rotan. Demikian juga dengan bagian-bagian struktur rumah lainnya yang menggunakan rotan dan ijuk sebagai pengikat.
Untuk struktur rumah yang memerlukan ikatan yang kuat dan tahan lama, maka jenis ikatan yang akan digunakan adalah rotan.
Namun tidak dengan struktur atau bagian rumah yang tidak memerlukan jeratan ikatan yang kuat, bisa menggunakan ijuk saja.
Demikian ulasan yang lengkap dan sangat menarik seputar rumah adat Balla To Kajang yang berasal dari Suku Kajang, Sulsel.
Dari ulasan di atas, kita dapat simpulkan bahwa rumah adat ini memiliki keunikan yang membuatnya sangat berbeda dengan rumah adat Indonesia lainnya.
Fakta menarik lainnya adalah pembagian ruangannya yang terbilang lengkap meski fasadnya terbilang sederhana.
Nah, tugas utama kita sebagai anak muda sekaligus generasi penerus bangsa, sudah selayaknya kita dukung kelestarian warisan budaya nenek moyang bangsa kita.
Minimal dengan cara mengenal rumah adat dan produk budaya lain yang berasal dari daerah kita masing-masing.