Rumah adat Mandar merupakan kekayaan budaya unik berasal dari Provinsi Sulawesi Barat.
Berbeda dengan rumah adat lainnya yang sudah mulai langka, sepertinya kamu masih bisa menemukan rumah Mandar saat mengunjungi beberapa daerah Sulawesi Barat. Bagaimana keunikan rumah Mandar?
Rata-rata rumah adat Provinsi Sulawesi Barat memiliki konsep rumah panggung setinggi 3 meter. Pasti nenek moyang zaman dulu memiliki tujuan tersendiri membuat rumah panggung.
Pada pembahasan kali ini, kamu akan mendapatkan informasi mengenai sejarah hingga fungsi rumah Mandar Sulawesi Barat.
Sejarah Terbentuknya Rumah Mandar
Rumah Mandar memiliki nama lain “Boyang” memiliki sejarah tersendiri sebagai warisan nenek moyang terdahulu.
Provinsi Sumatera Barat memang pada dasarnya menjadi tempat tinggal “Suku Mandar”, oleh sebab itu tema arsitekturnya menyesuaikan tradisi hingga kebudayaan warga daerah setempat.
Perlu kamu ketahui, sejarah rumah boyang sangat berkaitan dengan suku Mandar itu sendiri.
Menurut Lontarak Mandar, masyarakat Tinambung keturunan dari sepasang manusia Tomanurung. Mereka dulu bertempat tinggal di hulu sungai Saddang sekitar tahun 1190 M hingga melahirkan keturunannya.
Keturunan Tomanurung mulai menyebar ke daerah Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Hal inilah yang membuat rumat adat Polewali Mandar berasal dari wilayah tersebut.
Keturunan Tomanurung menjadi cikal bakal golongan bangsawan, kemudian melahirkan rumah Boyang atau rumah Mandar.
Berhubung tradisinya mulai bercampur dengan kebudayaan Bugis dan Makassar, rumah boyang terkenal memiliki arsitektur unik.
Bagian depannya berbentuk panggung tinggi sekitar 3 meter, kemudian banyak tiang penyangga berasal dari material kayu yang memiliki filosofi tersendiri bagi warga Sulawesi Barat.
Jenis Rumah Boyang
Dalam Buku Arsitektur Mandar Sulawesi Barat (2018) yang diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, disebutkan terdapat dua jenis rumah Boyang, yaitu Boyang Adaq dan Boyang Beasa.
Boyang Adaq adalah rumah yang dihuni oleh kaum bangsawan, sedangkan Boyang Beasa ditempati oleh masyarakat umum.
Dari segi arsitektur, tidak ada perbedaan yang signifikan antara Boyang Adaq dan Boyang Beasa. Pembeda antar keduanya yaitu ornamen yang ada di Boyang Adaq, di mana berfungsi untuk menunjukkan status sosial tuan rumah.
Salah satu hiasan yang paling mencolok yaitu Tumbaq Lajar, tutupan bubungan yang ada di depan atap rumah.
Pada Boyang Adaq, Tumbaq Lajar dibuat bersusun antara tiga hingga tujuh tingkat, di mana semakin banyak tingkatnya, semakin tinggi pula status sosial pemilik rumah.
Perbedaan lainnya terlihat pada anak tangga. Pada rumah Boyang Adaq, anak tangga terdiri dari dua susunan. Bagian bawah memiliki tiga anak tangga, sedangkan bagian atas terdiri dari sembilan hingga sebelas anak tangga.
Di antara kedua susunan tangga ini terdapat sebuah pararang, yaitu lantai papan berukuran sekitar 1×1 meter yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan alas kaki sebelum memasuki rumah. Ornamen seperti ini tidak ada di rumah boyang beasa.
Susunan tingkat pada ornamen rumah Boyang memiliki makna penting bagi masyarakat suku Mandar.
Kabarnya, pada saat pemerintahan Arajang Balanipa yang ke-53, Hj.Andi Saharibulang, bila ada warganya yang membangun rumah adat dengan Tumbaq Lajar yang tidak sesuai dengan status kebangsawanannya, rumah tersebut akan digusur oleh pemerintah.
Bentuk Arsitektur Rumah Boyang
Bagaimana arsitektur bangunan Polewali Mandar? Sesuai penjelasan sebelumnya, mayoritas berbentuk panggung tinggi sekitar 3 meter.
Jika kamu mendatanginya langsung, bisa melihat kolong (naon boyang) berukuran cukup luas sebagai tempat penyimpanan barang atau bahan pangan para penghuninya.
Atap Mandar
Rumah adat memiliki atap berbentuk perisai memanjang mulai dari bagian depan hingga belakang. Biasanya atap mandar terbentuk dari material alami semacam daun rumbia, kayu, atau daun sirap.
Seiring berjalannya waktu, banyak warga membuat atap menggunakan campuran seng lebih kuat. Berbeda dengan rumah adat lainnya, susunan atap rumah boyang menurun sekitar 3-7 susunan ke bawah.
Terdapat jenis rumah Mandar lainnya yang memiliki satu susunan atap, namun bahan penyusunnya masih sama berasal dari kayu ataupun dedaunan sekitar.
Bagian Pondasi
Pondasi rumah berukuran tinggi berasal dari bahan semen, lalu warga menambahkannya sangga balok untuk memperkuat struktur bangunan.
Panjang balok bisa mencapai 2 meter, lalu batu besar berada samping balok sebagai penyangga agar bangunan tidak mudah bergeser nantinya.
Teras Bagian Depan
Teras rumah Mandar memiliki ukuran luas, sehingga penghuni rumah bisa melakukan berbagai kegiatan saat bersantai setelah pulang mencari bahan makanan.
Bagian depan terdapat tangga sebagai akses masuk rumah, biasanya berjumlah ganjil 7-13 anak tangga sesuai kemampuannya.
Ruangan
Dengan menggunakan lantai kayu, kamu juga bisa menemukan pembagian ruangan cukup banyak dalam satu rumah Mandar.
Umumnya ada 7 pembagian ruang, dimana 3 sebagai lotang utama, kemudian 4 sebagai lotang tambahan untuk melakukan kegiatan tertentu. Adapun penjelasan ruangan yang ada dalam rumah boyang bisa kamu baca di bawah ini.
Pembagian Ruang Rumah Boyang Suku Mandar
Samboyang
Samboyang adalah ruangan yang letaknya ada di bagian depan rumah dengan ukuran cukup luas.
Ruangan ini memiliki beberapa fungsi penting, seperti tempat menerima tamu, ruang tidur bagi tamu yang menginap, pusat pelaksanaan kegiatan ketika ada acara atau hajatan di dalam rumah, serta tempat untuk membaringkan jenazah sebelum dibawa ke pemakaman.
Karena peranannya yang beragam, pemilik rumah memberikan perhatian khusus pada kebersihan, keindahan, dan kerapian ruangan ini. Oleh karena itu, interaksi sehari-hari antara anggota keluarga jarang dilakukan di sini.
Tangnga boyang
Tangnga boyang adalah ruangan yang ada di bagian tengah rumah. Ruangan tangnga boyang bersampingan dengan ruang samboyang, tapi ukurannya lebih luas.
Fungsinya sebagai ruang keluarga, tempat di mana aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial antar anggota keluarga lebih sering berlangsung.
Tangnga boyang menjadi pusat berkumpul bagi pemilik rumah untuk melakukan berbagai kegiatan bersama.
Bui boyang
Bui boyang adalah ruangan yang terletak di bagian paling belakang rumah. Ruangan ini terdiri dari beberapa kamar (songi) yang digunakan sebagai tempat tidur bagi penghuni rumah.
Setiap kamar memiliki ukuran yang berbeda dan diperuntukkan bagi kepala rumah tangga, anak bujang, anak gadis, serta kakek dan nenek.
Khusus untuk kamar anak gadis, penempatannya lebih ditekankan pada aspek keamanan dan perlindungan guna menjaga harkat dan martabat keluarga.
Dibandingkan dengan ruangan tengah dan depan, bui boyang dianggap lebih aman dan terlindungi dari hal-hal yang dapat merusak citra keluarga.
Tapang
Tapang adalah ruangan yang berada di loteng rumah dan biasanya difungsikan sebagai gudang untuk menyimpan barang-barang.
Namun, pada masa lalu, tapang juga memiliki peran penting sebagai kamar bagi calon pengantin. Letaknya yang tersembunyi melambangkan pentingnya seorang calon pengantin menjaga kesuciannya sebelum menikah.
Paceko
Paceko adalah sebuah ruangan yang sering kali menjadi sumber aroma harum masakan. Dalam bahasa lokal, paceko berarti dapur.
Ruangan ini dibangun terpisah namun menyilang dengan bangunan utama, dengan ukuran yang hampir sama seperti ruangan-ruangan lainnya.
Di dalam paceko, terdapat sebuah ruangan khusus yang disebut pattetemeangang, yang berfungsi sebagai kamar mandi. Selain sebagai tempat memasak, paceko juga digunakan untuk menyimpan persediaan makanan.
Lego-lego
Lego-lego adalah bangunan beratap yang berada di depan rumah tapi tak berdinding. Biasanya, bangunan ini lebih sempit dibandingkan dengan bagian tambahan di belakang rumah.
Meskipun begitu, lego-lego tampak lebih menarik karena dihiasi berbagai ornamen, seperti ukiran serta garis-garis vertikal dan horizontal.
Fungsinya sebagai teras rumah, sering digunakan pemilik rumah untuk bersantai, menerima tamu sebelum masuk ke dalam, atau sebagai tempat duduk untuk menonton acara yang diadakan di halaman depan.
Naong Boyang
Naong boyang, atau yang dikenal sebagai kolong rumah, dulunya hanya berupa lantai tanah. Bagian bawah rumah ini sering dipakai sebagai kandang ternak, seperti ayam, itik, atau bahkan kuda.
Selain itu, juga digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian atau peralatan nelayan. Kadang-kadang, kolong rumah juga jadi tempat para wanita menenun kain sarung.
Nggak cuma itu, kolong rumah juga punya fungsi sosial, misalnya jadi tempat berteduh saat hujan bagi orang yang kebetulan lewat tanpa perlu minta izin pemilik rumah.
Ada juga sebagian masyarakat yang kolong rumahnya dipakai untuk upacara adat. Sekarang, banyak kolong rumah yang sudah dimodifikasi dengan tambahan dinding dan lantai permanen.
Keunikan dan Filosofis Rumah Mandar
Pembangunan Tepat Pada Hari-Hari Tertentu
Tahukah kamu pembangunan rumah Mandar tidak boleh sembarangan? Proses pembangunan rumah Mandar biasanya tepat hari Kamis, Jum’at, dan Senin.
Pembangunan rumah Mandar juga sebaiknya tidak bertepatan bulan Muharram, Safar, Dzulkaiddah, dan Jumadil Awal lho.
Aturan Susun Tiga
Pembangunan rumah Mandar mengikuti aturan tiga susun atau tiga petak, dimana susun pertama khusus pembangunan loteng atau atap.
Yang kedua adalah ‘Roang Hayang’ sebagai tempat anggota keluarga beraktivitas, sedangkan susunan ketiga “Naon Boyang” sebagai kolong penyimpanan.
Susunan pertama bermakna Tuhan, Nabi Muhammad, dan Manusia akan menjadi satu kesatuan yang tak dapat terpisah satu sama lain.
Susunan kedua memiliki makna filosofis demokrasi hukum masyarakat, sedangkan susunan ketiga sebagai simbol ekonomi, keadilan, dan persatuan warga.
Bangunan Selalu Menghadap Arah Matahari
Masyarakat suku Mandar sangat percaya bahwasannya pembangunan rumah adat Mandar harus menghadap matahari.
Keunikan seperti ini bermakna filosofis sebagai simbol keselarasan hidup manusia, kemudian juga mempertimbangkan arah kiblat saat seluruh umat Islam beribadah.
Mengandung Banyak Nilai
Rumah adat Mandar, yang dikenal sebagai Rumah Boyang, mengandung filosofi dan nilai-nilai budaya yang kaya. Di dalamnya terkandung nilai moral, etika, sosial, kebangsawanan, agama, hingga estetika.
Misalnya, nilai moral terlihat dari sekat Passollor, yang mengajarkan pentingnya menjaga etika dalam rumah.
Nilai kebangsawanan tercermin dalam susunan Tumbaq Lajar yang membedakan Boyang Adaq dan Boyang Beasa. Sementara itu, nilai estetika dapat dilihat dari ornamen-ornamen indah yang menghiasi rumah tersebut.
Filosofi utama dari rumah adat Boyang tercermin dalam struktur bangunannya. Tiga susun dan tiga petak pada rumah ini melambangkan makna mendalam dalam kehidupan masyarakat Mandar, yang dikenal dengan pepatah:
“da’dua tassisara, tallu tammallaesang”, yang bermakna “dua tak terpisahkan, tiga saling membutuhkan.” Ungkapan ini menandakan pentingnya kesatuan dan kerjasama dalam hidup bermasyarakat.
Fungsi Boyang Sulawesi Barat
Setelah mengetahui keunikan rumah adat Polewali Mandar, kamu juga harus paham fungsi rumah adat dari dulu hingga sekarang.
Rumah Mandar pastinya sangat bermanfaat sebagai tempat tinggal, bisa sebagai ruang penyimpanan, ruang berkumpul keluarga, dan beribadah menurut agama masing-masing.
Mengapa rumah adat Mandar berbentuk panggung? Fungsinya bisa melindungi para penghuni dari serangan binatang buas atau bencana alam banjir yang mungkin terjadi.
Kaum Mandar memiliki tradisi nenek moyang tersendiri yang selalu terjaga, khususnya dalam pembagian ruangan dalam rumah.
Proses Pembangunan Rumah Boyang Suku Mandar
Bagi masyarakat Mandar, membangun rumah selalu diawali dengan pertemuan keluarga besar atau kerabat untuk bermusyawarah.
Dalam rapat ini, akan dilakukan diskusi tentang pembagian tugas-tugas yang biasanya dipimpin oleh anggota keluarga yang lebih tua serta paham tentang nilai-nilai adat istiadat setempat.
Untuk memastikan hasil yang maksimal, seringkali juga dihadirkan pappapia boyang atau tukang ahli rumah.
Musyawarah ini fokus pada status sosial calon penghuni rumah, karena status tersebut akan menentukan jenis dan bentuk rumah yang akan dibangun.
Jika penghuni berstatus bangsawan, rumah yang dibangun adalah boyang adaq. Sebaliknya, jika berasal dari masyarakat biasa, rumah yang dibangun adalah boyang beasa.
Pemilihan waktu pembangunan rumah juga sangat penting karena terkait dengan sistem kepercayaan yang disebut putika, di mana ada waktu baik dan buruk.
Waktu baik dihubungkan dengan keberuntungan dan keselamatan, sehingga pemilihan waktu yang tepat diharapkan dapat membawa rezeki, keharmonisan, dan keselamatan bagi penghuni rumah.