Rumah Adat Balla Lompoa

Jika kebetulan sedang berada di Kabupaten Gowa, ada baiknya kamu singgah sebentar ke Rumah Adat Balla Lompoa yang kini beralih fungsi menjadi sebuah museum terkenal.

Rumah adat Sulawesi Selatan ini terkenal akan keindahan desain struktur arsitekturnya yang sangat khas. Tiap sudut ruangan dan strukturnya mencerminkan identitas sang pencetus, yakni Etnis Makassar.

Daripada penasaran dengan sisi keindahan arsitekturnya, tak perlu berlama-lama lagi, yuk segera simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Sejarah Rumah Adat Balla Lompoa

Rumah Adat Balla Lompoa adalah

Rumah Adat Balla Lompoa adalah sebuah istana kediaman raja sekaligus pusat kegiatan adat yang terletak di tengah Kota Sungguminasa, Kab. Gowa, Prov. Sulawesi Selatan.

Kini bangunan megah rumah adat Makassar ini telah beralihfungsi sebagai sebuah museum dengan desain bangunan yang masih orisinil dan autentik.

Rumah adat Sulawesi Selatan ini eksis sejak tahun 1936, tahun di mana Raja Gowa ke XXXVI memerintah dan membangunnya.

Rupanya ide pembangunan istana sekaligus tempat kediaman raja ini muncul sebagai imbas dari salah satu upaya penolakan Perjanjian Bungaya.

Salah satu isi perjanjiannya adalah raja Gowa tidak boleh mendirikan rumah, perkampungan, dan benteng-benteng pertahanan di area dekat laut.

Selain itu, semua benteng pertahanan yang ada pada masa itu juga Belanda hancurkan. Kecuali Benteng Ujung Pandang yang kini sudah berganti nama menjadi Fort Rotterdam.

Komposisi Rumah Adat Balla Lompoa

Rumah Adat Balla Lompoa gowa

Setelah kita bahasa seputar sejarah Rumah Adat Balla Lompoa, masih banyak hal menarik yang perlu kita bahas dari bangunan bersejarah ini. Salah satunya adalah komposisi bangunannya.

Melansir situs Wikipedia, Rumah Adat Balla Lompoa ini terdiri dari beberapa ruangan. Lebih tepatnya ada ruangan depan, ruangan tengah, dan ruangan belakang.

Berikut adalah penjelasan detailnya lengkap dengan fungsi dan juga penamaan masing-masing ruangan dalam bahasa lokal.

Ruangan Depan

Area ruangan depan pada rumah adat Makassar ini dalam bahasa lokal disebut Paddaserang ri Dallekang. Fungsinya adalah sebagai ruangan khusus untuk menjamu para tamu.

Dulu pada saat masih berfungsi sebagai istana, ruangan depan ini juga menjadi pusat kegiatan pemerintah.

Jadi sangat wajar jika areanya paling luas jika kita bandingkan dengan luas ruangan-ruangan lainnya.

Ruangan Tengah

Nama lain ruangan tengah ini adalah Paddaserang ri Tangngah. Di dalamnya terdiri dari beberapa ruangan dengan ukuran yang lebih kecil atau bilik.

Bilik pertama adalah ruangan khusus untuk menyiman benda-benda pusaka milik kerajaan. Sedangkan bilik kedua, fungsinya sebagai tempat peraduan sang raja.

Dan bilik ketiga adalah tempat khusus untuk raja dan keluarganya. Di ruangan inilah raja beserta keluarga berkumpul sekedar untuk bersantai atau bercengkerama.

Ruangan Belakang

Nah, kalau ruangan belakang ini masyarakat Makassar menyebutnya Paddangsirang Riboko. Fungsinya lebih fokus pada kegiatan yang biasa wanita lakukan.

Contohnya adalah kegiatan memasak atau mengolah bahan-bahan makanan menjadi aneka menu siap santap.

Bentuk dan Fungsi Ruang pada Rumah Adat Balla Lompoa

Rumah Adat Balla Lompoa bantaeng

Secara ruang, bangunan rumah adat ini terbagi menjadi tiga bagian. Ketiga bagian tersebut antara lain bagian atas, tengah, dan bagian bawah.

Atas

Bagian atas pada rumah ini berupa loteng atau dalam bahasa lokal kita sebut Pammakang. Fungsi utama bagian loteng ini adalah sebagai plafon.

Pammakang di rumah ini biasanya digunakan untuk tempat persembunyian dari musuh. Sedangkan Pammakang pada rumah biasa berfungsi sebagai ruang penyimpan hasil panen padi.

Selain loteng, ada juga atap atau Ullu Balla. Atap pada rumah ini berbentuk prisma dan menggunakan tutup bubungan yang masyarakat Makassar sebut Sambunglayang.

Sambunglayang ini terdiri dari lima lapisan yang menandakan bahwa rumah ini adalah hunian raja atau bangsawan yang sangat terhormat.

Lain lagi dengan bubungan Sambunglayang di rumah-rumah biasa yang hanya terdiri dari satu atau dua lapisan saja.

Kembali ke bahasan atap pada rumah hunian raja ini. Di bagian sudut atas bubungan, ada sebuah bagian yang masyarakat sebut Onjong.

Onjong ini terpasang di bagian depan dan belakang rumah induk dan serambi. Nah, bagian ini biasanya memiliki ciri adanya hiasan replika tanduk kepala kerbau.

Hiasan ini adalah simbol derajat pemilik rumah tersebut.

Kemudian untuk material, atap ini bermaterial sirap hitam yang secara penuh menutupi serambi, badan rumah, dan area atas tangga utama.

Badan Rumah

Bagian badan rumah kita sebut Kale Balla. Luasnya sekitar 60×40 meter persegi dan terbagi menjadi tiga bagian, yakni depan, tengah, dan belakang.

Bagian depan atau Paddaserang Riolo adalah area serambi yang langsung terhubung dengan tangga. Fungsi serambi ini sebagai tempat persinggahan tamu sebelum memasuki ruangan tengah.

Masyarakat Makassar juga menamai area serambi rumah mereka dengan sebutan Lego-Lego atau Paladang.

Biasanya bagian ini terletak di sisi kiri badan rumah induk. Luasya kira-kira 4×4.5 meter.

Sekelilingnya terdapat pagar setinggi setengah tinggi dinding rumah. Pagar-pagar ini dilengkapi terali berjumlah 15 batang.

Di belakang serambi, ada ruang tengah atau Paddaserang ri Tangngah. Fungsi utamanya sebagai tempat menjamu tamu, bermusyawarah, dan pengadaan upacara adat.

Luasnya capai 18×18 meter persegi di mana pada bagian dinding depan terdapat tiga buah jendela kaca khas bangunan Belanda.

Sementara di dinding-dinding di sisi kanan-kiri, masing-masing mempunyai enam buah jendela.

Di dalam ruangan tengah ini, kita akan menjumpai koleksi foto raja Gowa pada saat masih memerintah, pakaian-pakaian raja, dan dua buah payung kebesaran.

Terakhir ada bagian belakang rumah atau masyarakat setempat menamainya dengan istilah Paddaserang Riboko.

Di dalamnya berisikan ruangan-ruangan kamar tidur dan Gaddong Kalompoang, yakni ruang khusus untuk penyimpanan benda milik Kerajaan Gowa.

Selain kamar dan ruangan penyimpanan, di bagian belakang rumah ini juga terdapat ruang makan dan juga ada koridor.

Bawah

Area bawah pada rumah adat ini bernama Passiringan. Strukturnya berupa tiang-tiang penopang berjumlah 78 buah.

Tiang-tiang ini sangat kuat karena terbuat dari kayu jati. Menariknya, tiang-tiang ini masih kokoh dan belum pernah alami pergantian hingga saat ini.

Jika kita perhatikan gambar Rumah Adat Balla Lompoa di atas, tiang-tiang yang menopang rumah ini berbentuk segi empat.

Di bagian kaki-kakinya terdapat struktur pondasi beton yang berbentuk segi empat juga.

Nah, tepat di bawah lantai, terpasang rangka penopang yang tersusun dari balok-balok kayu dengan formasi membujur dan melintang.

Agar masing-masing balok tetap pada tempatnya, balok-balok tersebut disatukan dengan pasak besi.

Bagaimana dengan fungsi bagian belakang rumah ini? Dahulu, bagian belakang bangunan istana Kerajaan Gowa ini digunakan sebagai tempat untuk memarkirkan kendaraan.

Sedangkan pada rumah Balla biasa, bagian belakang rumah tersebut kerap dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyimpan perkakas pertanian.

Rumah Adat Balla Lompoa Saat Ini

sejarah Rumah Adat Balla Lompoa

Kini rumah adat Balla Lompoa Makassar ini telah menjadi museum sejarah dan budaya. Di dalamnya tersimpan berbagai koleksi benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa.

Ruangan-ruangan yang semula berfungsi layaknya ruangan-ruangan yang ada di sebuah hunian, kini sebagian besar ruangan tersebut berganti menjadi tempat penyimpanan.

Dan sebagai museum, banyak pengunjung dari berbagai daerah turut meramaikan tempat ini.

Tentu tujuannya adalah untuk kegiatan rekreasi edukasi, khususnya edukasi seputar sejarah dan budaya warisan Etnis Makassar.

Namun ada juga sejumlah pengunjung yang datang dengan tujuan penelitian. Biasanya pengunjung tersebut adalah mereka yang berasal dari kalangan akademisi.

Kemudian terkait dengan koleksi, jenis koleksi yang tersimpan di musum bekas istana Kerajaan Gowa ini sangat beragam.

Sebut saja ada aneka naskah kuno atau naskah tua, senjata tradisional, pakaian adat, perhiasan, dan bahkan ada berbagai peralatan rumah tangga yang berbahan logam.

Dan di antara sekian banyak koleksi yang tersimpan di museum ini, ada satu jenis koleksi yang selalu curi perhatian para pengunjung.

Koleksi yang dimaksud adalah AL Qur’an dengan rangkaian huruf yang ditulis tangan. Mengutip dari situs Detik.com, AL Qur’an tulis tangan ini sudah ada sejak abad ke-16.

Demikian informasi menarik seputar Rumah Adat Balla Lompoa yang sekarang ini sudah dialihfungsikan menjadi sebuah museum Kerajaan Gowa.

Harapannya informasi ini dapat menambah wawasan buat kamu dan bisa menjadi referensi yang bermanfaat untuk keperluan studi atau penelitian.

Dan jika kamu memerlukan lebih banyak lagi informasi seputar rumah adat Indonesia, silakan kamu bisa memilih berbagai sumber informasi valid dari buku atau sumber-sumber digital yang terverifikasi.